Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

YKS Akhirnya Wafat, Gantinya Lebih Bermartabat

30 Juni 2014   18:45 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:08 6552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Acara bernama Yuk Keep Smile (YKS) benar-benar telah almarhum, dan 'penguburannya' dilakukan tadi malam. Rasanya plong melihat prime time di Trans TV tidak lagi dituangi polah tingkah orang-orang dewasa yang tak jelas juntrunganya. Lalu, apa acara pengganti di slot itu?

Sebuah serial bertajuk "Kisah 9 Wali" tadi malam menjadi pembeda Trans TV sesudah sekian lama asyik menggarap film-film hantu, demit, pocong, dan cinta monyet. Tak sia-sia Trans mengampanyekan serial ini sejak lama sebab "Kisah 9 Wali" tampak benar dibesut serius dan menjaga mutu untuk sajian bulan Ramadhan.

[caption id="attachment_331381" align="aligncenter" width="450" caption="Para pemeran wali dalam jumpa pers, 27 Juni lalu. (Sumber Harian Terbit)"][/caption]

"Kisah 9 Wali" mengikuti jejak 'kakak-kakak'-nya macam "Oh Ternyata" atau "Bioskop Indonesia Premiere" yang menyajikan subjudul berbeda di tiap episode. Tadi malam, dua subjudul ditayangkan sekaligus, yakni Raden Said si Brandal Lokayaja dan Raden Said Menjadi Sunan Kalijaga.

Disutradarai Deni Pusung dengan penulis skenario yang dikomandani Ratih Kumala (selama ini Ratih menjadi semacam penulis tetap skenario di Trans TV), "Kisah 9 Wali" menyajikan kisah legendaris tentang perjalanan para wali dalam menyebarkan agama Islam di Jawa. Kisah yang bukunya bisa dibeli di Gramedia, atau dibaca-baca di internet, tetapi Trans TV tak peduli itu karena mereka punya visi kental untuk proyek ini.

Di subjudul Raden Said si Brandal Lokajaya, film ini menceritakan asal-usul Sunan Kalijaga. Nama kecil Kalijaga adalah Raden Said, putra Adipati Tuban Tumenggung Wilatikta. Raden Said menjadi "Robin Hood" dengan merampok bahan makanan dari orang-orang kaya dan pejabat pemerintah yang menindas rakyat, untuk dibagikan kepada fakir miskin di wilayahnya. Saat menjarah lumbung kadipaten dan lain-lain, Raden Said memakai nama palsu Lokajaya dan menutup parasnya dengan topeng.

Tadi malam, episode Raden Said si berandal Lokajaya kemudian disambung Raden Said Menjadi Sunan Kalijaga. Di ujung tayangan, Raden Said bertemu Sunan Bonang untuk kemudian dia meminta Sunan Bonang menjadi gurunya.

Tentu Trans TV patut diapresiasi sebab dengan gagah berani mengubur YKS dan 'membayar utang' dengan memroduksi serial sejarah yang patut ditonton oleh generasi terkini. Generasi yang mungkin mulai tak hirau dengan jejak-jejak Islam dan siapa tokoh-tokoh di balik itu.

Dibesut dengan gambar yang gagah dan cukup detail, kemudian ditopang dengan pencahayaan yang  'manusiawi' dengan meninggalkan ruang terang benderang seperti di sinetron-sinetron RCTI, MNCTV, Global TV, dan Indosiar, serial "Kisah 9 Wali" cukup menghibur meski tidak sesempurna film bioskop yang digarap menggunakan pita seluloid 35 mm.

[caption id="attachment_331382" align="aligncenter" width="450" caption="Donny Alamsyah, salah satu ikon penting film ini. (bp.blogspot.com)"]

1404103435578923629
1404103435578923629
[/caption]

Apalagi terdapat juga bintang-bintang film yang punya aura dan karakter kuat, macam Donny Alamsyah (Sunan Kalijaga) dan Dimas Seto (Sunan Muria) yang memberi peta pada kita serial yang didukung Mendiknas Muhammad Nuh dan pakar sejarah Islam KH Agus Sunyoto ini mau diletakkan dimana. Maklum saja, Donny punya peran penting di film-film laris macam Gie, Merantau, 9 Naga, The Raid, The Raid 2: Berandal, serta belasan film lainnya.

Selain itu, tata kelahi film ini juga tidak kampungan. Dialog-dialognya bernas, alur cerita bergegas, mengindahkan unsur-unsur dramaturgi, dan tampak benar pengatur rias pemain tidak sesembrono juru rias film-film silat di tivi yang mengecat jenggot atau memasang wig saja ngawurnya bukan kepalang. Juga pemilihan lokasi yang mencerminkan kerajaan Majapahit, rumah Tumenggung Wilatikta yang menggambarkan kediaman pejabat di masanya, serta aura masa silam yang cukup memikat di kisaran hutan dan pegunungan.

Hanya yang perlu saya kritik, sedikit saja sih, seyogyanya busana para pemain tidak harus semuanya baru. Ada ganjalan di hati: masak rakyat jelata yang hidupnya kelaparan dan pas-pasan kok baju-bajunya seolah baru saja dibeli dari pasar. Juga saya lihat ada beberapa pemain yang memakai sandal masa kini, seperti dipakai Dewi Rasawulan, adik Raden Said. Satu lagi, ada rumah rakyat miskin dengan lantai keramik yang bagus. Ini kan kurang pas.

Oiya satu lagi, di stasiun lain malam nanti ada kisah wali tandingan, dengan judul yang mirip-mirip milik Trans TV. Meski terkesan saling salip di bulan Ramadhan, saya prediksi garapan Trans TV lebih bagus karena dibesut oleh orang-orang lama di film dan tampak sangat siap.

-Arief Firhanusa-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun