Mohon tunggu...
Arief Firhanusa
Arief Firhanusa Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pria yang sangat gentar pada ular

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Masha and The Bear", Jokowi, dan Najwa Shihab

1 Agustus 2014   20:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:40 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demam film animasi Masha and The Bear merasuki bak-bak truk hingga tas sekolah anak-anak TK. Saya menjumpai beberapa bak truk dan bus mini di jalanan pantura selama mudik lebaran ini di-airbrush bergambar tokoh Masha dan Misha.

Masha adalah pemeran utama dalam Masha and The Bear yang suaranya diisi oleh Elsie Kate Fisher dalam versi Bahasa Inggris, dan Alina Kukushkin dalam versi Bahasa Rusia, asal film ini diimpor. Lalu siapa Misha? Misha adalah tokoh beruang yang dalam Masha and The Bear adalah pemeran utama kedua.

Jangankan anak-anak kecil dan remaja, saya saja suka nonton film yang melukiskan betapa jahilnya gadis imut bernama Masha ini. Bertudung syal warna ungu, ia sering mengganggu Misha. Kejahilan kanak-kanak yang kepo dan hiperaktif,  yang kemudian sering dimaafkan Misha dengan berlaku sebagai teman maupun paman. Kita dibuat tertawa menyaksikan betapa repotnya Misha memberesi kerusakan maupun kekotoran di rumah dan kebunnya akibat ulah Masha, dan kemudian tersenyum lega lantaran happy ending yang dilahirkan oleh kreator film ini.

Jujur saya berterima kasih pada antv yang beruntung mendapatkan film bermanfaat ini dan kemudian menyiarkannya di pagi dan sore hari, meski sering mengulang episode yang sudah ditayangkan sebelumnya.

Di waktu hampir bersamaan, Indosiar menyiarkan Keluarga Somat. Film kartun yang dikerjakan oleh Dreamtoon dan diudarakan dalam tajuk "Kartun Keluarga" ini sesungguhnya ingin menjunjung tinggi kearifan lokal. Setiap tokoh dalam film ini berbahasa Indonesia yang Jawa-nya amat medok. Bahwa film ini produk tangan-tangan Indonesia, maka itu patut diberi apresiasi. Hanya saja, terdapat beberapa hal yang bisa menjadi pembeda antara Masha and The Bear dengan Keluarga Somat.

Kelemahan itu antara lain dalam pembikinan grafis yang kurang elok. Aroma kartun masih mendominasi ketimbang animasi. Mungkin para kreatornya ingin membuat film 3 dimensi yang simpel seperti Upin dan Ipin agar mudah dikunyah. Tetapi Upin dan Ipin amat kuat menyajikan karakter. Sesuatu yang penting untuk membangkitkan imajinasi anak-anak.

Gerak bibir dengan ucapan di Keluarga Somat juga tidak kompak. Gerakan tangan maupun badan pun tampak tidak logis. Seorang penjual bakso hanya ingin mengatakan: "Tolong cuci mangkuk-mangkuk itu sebelum kalian pergi!" saja seolah ia sedang melakukan negosiasi dengan menggerak-gerakkan tangan seperti rapat pleno.

Selain itu, Keluarga Somat tidak membidik segmentasi secara khusus -- misalnya anak-anak prasekolah -- karena juga menampilkan konflik manusia dewasa. Padahal, film animasi lebih kenes untuk bermain-main di usia-usia anak-anak dan praremaja -- Captain Tsubasa, Garfield, Popeye itu contoh-contohnya -- kendatipun kini orang dewasa juga banyak ditawari film-film berserat animasi macam Transformers atau Kungfu Panda.

Masha and The Bear sepertinya membangunkan tidur kita setelah sebelumnya kita pun sempat ditowel-towel agar terbangun dari tidur yang panjang oleh kehadiran film animasi manca macam Angry Birds dan Spongebob yang kemudian menjadi gambar-gambar di buku tulis, tas, dan kaus itu. Tertidur, sebab Indonesia ternyata masih harus berbelanja dari luar negeri untuk menghibur anak-anak. Padahal, kita memiliki banyak animator unggul. Sayangnya, animator-animator tersebut justru bekerja di mancanegara!

Anda pernah mendengar nama Pamela Halomoan, kan? Gadis berusia 21 tahun ini penemu tokoh "Wolly", karakter babi yang badannya kombinasi beberapa hewan. Lalu ada Rini Sugianto. Pekerja di perusahaan WETA Digital Selandia Baru ini terlibat dalam proyek pengerjaan film The Adventures of Tintin dan sejumlah film Hollywood lainnya macam Avengers.

Di luar itu ada lagi yang lebih paten di lingkungan Hollywood macam Andre Surya yang terlibat di pembikinan film beraroma animasi yang amat kental seperti Transformers, Iron Man, Star Trek, Terminator: Salvation, Indiana Jones, dan sebagainya. Juga ada Griselda Sastrawinata, seorang animator di studio animasi Dreamwork yang dilibatkan dalam film animasi Shrek. Dreamwork menelurkan banyak film animasi top macam Kungfu Panda, Madagascar, dan lain-lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun