Mendengar kabar hubungan cinta Syamsir Alam dan Tyas Mirasih kandas di tengah jalan belum lama ini, saya tidak terkejut.
[caption id="attachment_355339" align="aligncenter" width="476" caption="Syamsir Alam dan Tyas Mirasih saat masih pacaran. (kapanlagi.com)"][/caption]
Pemain sepakbola di negeri ini nasibnya bumi dan langit dengan pesepakbola Eropa. Di sana pemain sepakbola lebih tenar ke seantero dunia ketimbang selebritis yang dinikahi atau dipacarinya, sementara di Indonesia justru sebaliknya: pemain bola seolah hanya menumpang popularitas artis yang dipacari/dinikahi.
Contohnya saja Mandy Capristo. Meski dia penyanyi, penulis lagu, dan pedansa serta model, namun namanya tak bakal melambung kemana-mana jika tak dipacari Mesut Ozil, punggawa Timnas Jerman. Begitu pula Shakira. Oke dia penyanyi dan penari perut top, tapi bila saja ia tak dinikahi Gerard Pique yang identik dengan Timnas Spanyol plus megaklub Barcelona, tentu saja Shakira hanya akan ada di rak-rak toko CD dan kaset. Irina Shayk, Mellisa Satta, atau Gabriella Lenzi pun tak akan dikenal banyak orang bila tak dipacari Cristiano Ronaldo, Kevin Boateng, dan Neymar.
Nah, di sini, di negeri ini, Gaston Castano itu tadinya juga cuma pria yang dikenal oleh pecandu sepakbola nasional. Tapi gara-gara dipacari dan kemudian bertunangan dengan Julia Perez, maka namanya ngetop. Bahkan, ketika ia muncul di TV bersama Jupe dalam iklan kondom, publik terkadang lupa Gaston itu pemain bola.
[caption id="attachment_355340" align="aligncenter" width="567" caption="Gaston-Julia Perez. (tribunnews.com)"]
Malah, Diego Michiels itu lebih dikenal sebagai pacar Nikita Willy ketimbang sebagai pemain naturalisasi yang harus membuat gagah Timnas Indonesia. Dan karena berpacaran dengan bintang film muda kaya raya, Michiels boleh dikata lebih disorot soal aktivitasnya di luaran ketimbang di lapangan bola.
[caption id="attachment_355341" align="aligncenter" width="537" caption="Diego Michiels-Nikita Willy. (tribunnews.com)"]
Baik Gaston-Jupe maupun Diego-Nikita kini sama-sama tak lagi berhubungan asmara, menemani Tyas-Samsir yang bulan Oktober lalu resmi putus. Putusnya hubungan cinta pemain bola dengan selebritis ini tampaknya tak jauh-jauh dari kesenjangan sosial. Celakanya, tak jarang artis juga menggunakan pemain sepakbola untuk mengatrol popularitasnya -- yang ini hampir sama dengan artis manca -- sehingga rasanya tak adil bila penilaian negatif pada pemain bola di negeri ini.
[caption id="attachment_355342" align="aligncenter" width="350" caption="Markus Horison-Kiki Amalia. (tribunnews.com)"]
Perceraian kiper Markus Horison dengan Kiki Amelia, Juni tahun lalu, penyebabnya masalah uang. Begitu pula fakta yang terkuak dari perceraian Kurniawan Dwi Yulianto dengan Dewi Kartika pada 2003.
[caption id="attachment_355343" align="aligncenter" width="471" caption="Kurniawan Dwi Yulianto-Kartika Dewi. (tempo.co.id)"]
Saya kira putusnya hubungan cinta para pesepakbola lain dari para selebriti di negeri ini juga disebabkan jarak yang renggang antara penghasilan artis laris dengan pemain sepakbola Indonesia. Sementara itu, artis-artis tidak laris berharap berpacaran dengan pemain sepakbola akan menuai sensasi. Dengan begitu popularitasnya menjulang.
Atau, bisa pula para selebriti kurang laris itu berharap bisa tertopang oleh si pemain guna menutupi kebutuhan-kebutuhan tampilannya. Sayangnya belum tentu pacaran dengan pemain bola mendongkrak popularitas, dan penghasilan pemain juga tidak cukup mampu mendukung pemenuhan kebutuhan glamor sang artis. Kasus perceraian Markus-Kiki Amelia bisa jadi acuan. Kisruh keduanya lahir lantaran nasib Markus di lapangan bola terlunta-lunta akibat PSSI pecah.
Sistem kontrak dan penggajian pemain di Indonesia memang belum bisa menjadi gantungan untuk hidup wah. Klub-klub di Indonesia memberlakukan kontrak setahun/permusim dengan pola penggajian yang dicicil. Satu musim diasumsikan 10 bulan. Jadi misalnya seorang pemain dikontrak Rp 100 juta/permusim, maka ia akan menerima Rp 10 juta/perbulan, atau bila saat teken kontrak ia sudah menerima DP sebesar 25 persen (yang berarti menerima panjar Rp 25 juta), maka perbulan ia cuma mendapat Rp 7,5 juta.
Pemain-pemain asing di ISL bisa mendapat kontrak di atas Rp 500 juta, sementara di divisi utama sering di bawah angka itu. Sementara pemain-pemain lokal kelas bintang ada yang mencapai Rp 1 miliar, tapi juga banyak yang kisaran Rp 100 juta-Rp 200 juta. Itu pun tidak setiap musim mereka direkrut klub. Saat jeda kompetisi (yang berarti status mereka bebas kontrak), pemain-pemain ini tak punya penghasilan.
Dengan penghasilan sebesar itu, pemain sepakbola tak mampu memacari (apalagi memperistri) kaum selebritas. Maka, alangkah salutnya kita pada pasangan pemain Gunawan Dwi Cahyo dan artis Okie Agustina. Pria Jepara itu bisa jadi tak secanggih Pasha Ungu saat menyuplai kebutuhan Okie saat keduanya masih berstatus suami istri, tetapi Gunawan-Okie adalah pasangan bahagia yang saling memahami.
[caption id="attachment_355344" align="aligncenter" width="420" caption="Gunawan-Okie Agustina. (kapanlagi.com)"]
-Arief Firhanusa-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H