Mohon tunggu...
Firdilla Kurnia
Firdilla Kurnia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Padjadjaran

MC

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Pembelaan Orang Kurus dan Stigma Masyarakat

26 September 2022   09:46 Diperbarui: 5 Oktober 2022   01:45 587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang tidak mau memiliki tubuh yang ideal? Pasti kebanyakan orang mendambakan tubuh yang bagus dan sehat. Tentu, saya pun juga mau. 

Sebagai orang yang memiliki level status BMI kurang berat badan alias kurus saya mencoba cara-cara dari A-Z untuk memenuhi kalori yang dibutuhkan. 

Lalu saran dokter gizi hingga influencer tiktok agar memulai rutinkan olahraga untuk meningkatkan massa otot serta minum suplemen yang baik. 

Tapi yang mau saya bahas bukan tips penggemuk badan atau kiat sukses menaikkan berat badan 12 kg dalam sebulan. 

Yang ingin saya sampaikan adalah terkait bagaimana stigma masyarakat terhadap orang yang kurus dan dampak apa yang dirasakan oleh mereka yang tubuhnya kurus. Mungkin nanti bakal diselipin sedikit tips di akhir.

Orang yang badannya kurus memiliki kesamaan emosi dengan orang yang gemuk yakni tidak percaya diri dengan penampilannya. 

Tubuh ceking karena daging minim membaluti tulang layak diterbangkan angin dianggap seperti kurang makan dan tidak pandai mengurus badan. 

Saya yang mendengar komentar itu hanya mengurut dada padahal saya tetap makan 3 kali sehari atau lebih dan sering mandi juga.

Apalagi ketika saya mencoba memakai baju yang sedikit sempit-biasanya selalu kedodoran, ini cuman kebetulan aja-gerombolan ibu-ibu tukang ghibah tiba-tiba mengejek, "Dek, itu baju nggak kesempitan? Seksi banget.", sambil ketawa. 

Jelas saja saya kesinggung namun tanpa membalas saya hanya nyengir melewati mereka dengan rasa sesak di dada.

Kurangnya rasa percaya diri saya sangat tinggi. Sudahlah badan saya kurus ditambah komentar orang-orang yang selalu menghina membuat saya selalu susah tampil di publik. 

Bahkan bersosialisasi dengan orang baru terasa sulit. Tidak mudah menaruh kepercayaan begitu saja. 

Akan ada perasaan prasangka dan was-was kalau mereka tiba-tiba memandangi tubuh saya dari atas sampai bawah. Tak jarang saya lebih suka main dan berbincang dengan kucing atau ayam. 

Seperti mereka menerima keberadaan saya dengan tulus. Namun, karena makhluk sosial saya mau nggak mau harus berinteraksi dengan manusia tapi kali ini saya mencoba untuk menjaga jarak dan tidak mau membuka lingkaran pertemanan.

Perasaan ini sudah semakin parah. Agar tidak berlarut-larut saya mencoba untuk menemukan kembali jalan tentang makna kehidupan dan kembali kepada Tuhan. 

Saya merangkak naik untuk membangun kembali kepercayaan diri dengan menerima kenyataan dan lebih banyak besyukur lagi. 

Proses yang panjang untuk menempatkan diri untuk menjadikan ejekan dan pandangan tidak sedap tertuju pada kita untuk dijadikan motivasi. Saya mempelajarinya bertahun-tahun dengan learning by doing. 

Tidak mudah mengubah perasaan yang tak kasat mata dibandingkan perubahan yang fisik. Perasaan akan selalu relatif.

 Maka kunci untuk tetap konsisten dalam membangun kepercayaan diri dengan kembali mengingat Tuhan. Kalau Tuhan mencintai hamba-Nya bagaimana pun bentuk dan rupanya.

Itu pengalaman yang ku lalui menjadi orang kurus-sekarang masih kurus, sih. Tetapi, setidaknya percaya diri dan usaha untuk membuat tubuh ideal masih ada. 

Bahkan saya tidak peduli lagi dengan komentar bernada body shaming dan lebih fokus pada yang lain. Contohnya? Ya, saya unggul dalam bidang pendidikan.

Banyak orang di luar sana yang tidak seberuntung saya dalam mengelola perasaannya kala menghadapi kurang percaya diri terhadap penampilan. 

Sampai-sampai ada yang memilih merawat sindrom body dysmorphic-tapi ini gangguan mental yang siapa saja bisa kena, sih, bukan orang kurus saja. Hal ini justru bisa menjadi batu loncatan agar mengakhiri hidup. Sementara ejekan yang semacam akan terus ada di tengah-tengah masyarakat kita.

Stigma masyarakat terhadap orang kurus tak jauh berbeda dengan pandangannya pada orang gemuk. Di Indonesia sendiri kalau melihat model kurus dianggap kurang gizi-biasanya sih ini yang julid di media sosial- atau atlet angkat besi yang besar dan tebal dibilang gembrot. 

Kudu piye aku tuh mas? Lebih-lebih kalau diejek aja tapi orang kurus sama juga kena bully-yang ngebully juga nggak cantik-cantik amat.

Pernah saya memikirkan apakah hanya di Indonesia saja yang seperti ini? Tentu tidak jawabannya. Ada beberapa negeri di belahan bumi kita ini tetap sama memandang sebelah mata orang-orang yang serba kekurangan-kurang cantik/ganteng, kurang kaya, kurang penampilan, bahkan kurang eksis. Capek banget, deh, pengen pindah planet.

Eits, ternyata untuk kurang kurus tidak perlu khawatir berlebihan ternyata ada beberapa tempat yang menerima orang kurus sampai menjadikan kurus sebagai tubuh ideal. Seperti negara Korea Selatan dan Cina. 

Dua negara ini tidak terlalu mempermasalahkan tubuh yang kurus. Contohnya aja banyak idol K-pop yang kurus semampai atau aktris-aktris Cina. Jadi, orang kurus masih ada tempat di bumi ini. Mungkin saya atau kamu cuman salah tempat saja.

Sementara itu yang patut kita, orang kurus, ingat kalau kurus bukan berarti kurang gizi. Ada banyak faktor kenapa kita terus-terusan kurus padahal sudah makan banyak. 

Bukan karena tidak mau makan tapi ada gen kurus dari orangtua kita dan penyebab hormon yang tidak stabil serta makanan yang kita makan dengan kalorinya. 

Saya bukan dokter tapi wawasan saya tentang berat badan cukup baik. Makanya ketika makan banyak nggak nambah-nambah mungkin harus memperbaiki hormon dan meal plan-nya.

Ngaku deh kenapa kita tetap kurus karena kurang budget untuk bikin meal plan yang bagus dan  olahraga intens yang baik dengan peralatan yang menunjang. 

Jadi, kita kurus penyebab juga karena gak ada uang untuk beli makanan kaya akan protein setiap harinya. Ditambah cemilan dan suplemen yang mahal. Untuk menjadi cantik butuh usaha apalagi memiliki tubuh ideal.

Setelah saya menyadari ini saya beralih untuk menunda dulu program diet menaikkan berat. Bukan tidak mau melakukannya saat ini tapi melihat kondisi saya yang anak rantau yang lagi kuliah, beban pendidikan lebih menyita fokus saya. 

Belum lagi uang kosan masih belum dibayar lunas. Menunda sekarang lebih baik daripada memaksakan yang ujung-ujungnya pertengah tahun nggak makan sebulan.

Untuk kalian yang sudah sampai bawah bacanya saya menjanjikan tips hidup orang kurus yang menjalani harinya dengan santai.

Pertama, bagaimana pun rupamu akan ada tempat yang selalu menerima keberadaanmu. Maka carilah. Beri kesempatan untuk mereka membuat circle denganmu. Pasti akan ada apalagi bumi diisi 7 miliar manusia, masa sih nggak ada satu pun yang mau sama kamu.

Kedua, jadilah orang budek untuk mereka yang mengejek. Itu aja. Biar nggak jadi toxic. Sudah cukup kamu jadi beban orangtua jangan nambah jadi beban negara.

Ketiga, ini paling penting loh. Kembali kepada Tuhan dan dekati Dia. Niscaya hidupmu akan selalu damai dan tentram.

Menjadi kurus tidak buruk juga. Dengan memiliki kekurangan ini kita lebih tahu mana yang benar-benar tulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun