Kurangnya rasa percaya diri saya sangat tinggi. Sudahlah badan saya kurus ditambah komentar orang-orang yang selalu menghina membuat saya selalu susah tampil di publik.Â
Bahkan bersosialisasi dengan orang baru terasa sulit. Tidak mudah menaruh kepercayaan begitu saja.Â
Akan ada perasaan prasangka dan was-was kalau mereka tiba-tiba memandangi tubuh saya dari atas sampai bawah. Tak jarang saya lebih suka main dan berbincang dengan kucing atau ayam.Â
Seperti mereka menerima keberadaan saya dengan tulus. Namun, karena makhluk sosial saya mau nggak mau harus berinteraksi dengan manusia tapi kali ini saya mencoba untuk menjaga jarak dan tidak mau membuka lingkaran pertemanan.
Perasaan ini sudah semakin parah. Agar tidak berlarut-larut saya mencoba untuk menemukan kembali jalan tentang makna kehidupan dan kembali kepada Tuhan.Â
Saya merangkak naik untuk membangun kembali kepercayaan diri dengan menerima kenyataan dan lebih banyak besyukur lagi.Â
Proses yang panjang untuk menempatkan diri untuk menjadikan ejekan dan pandangan tidak sedap tertuju pada kita untuk dijadikan motivasi. Saya mempelajarinya bertahun-tahun dengan learning by doing.Â
Tidak mudah mengubah perasaan yang tak kasat mata dibandingkan perubahan yang fisik. Perasaan akan selalu relatif.
 Maka kunci untuk tetap konsisten dalam membangun kepercayaan diri dengan kembali mengingat Tuhan. Kalau Tuhan mencintai hamba-Nya bagaimana pun bentuk dan rupanya.
Itu pengalaman yang ku lalui menjadi orang kurus-sekarang masih kurus, sih. Tetapi, setidaknya percaya diri dan usaha untuk membuat tubuh ideal masih ada.Â
Bahkan saya tidak peduli lagi dengan komentar bernada body shaming dan lebih fokus pada yang lain. Contohnya? Ya, saya unggul dalam bidang pendidikan.