Annisa melamun dengan membayangkan kejadian kemarin, bahkan tubuhnya tidak berhenti bergetar karena bayangannya masih terlintas di benak dirinya. Dan yang paling membuat terkejut adalah dia yang melakukan itu.
"Sudah jangan di pikirkan, bahkan di situasi seperti ini kita tidak bisa berbaik hati kepada orang" Abang Annisa yang duduk di sebelah perempuan itu berusaha menenangkan.
Hari ini mereka berada di sebuah minimarket mengambil beberapa makanan untuk persediaan mereka di perjalanan, sebenarnya sang Abang juga cukup ragu untuk keluar dari rumah mereka, tetapi mereka juga tidak bisa hanya diam dan duduk di tempat tersebut bisa saja ada orang yang masih hidup di luar sana selain orang - orang jahat seperti dua orang yang mereka temui kemarin.
"Tapi bang".
"Jangan tapi - tapi , situasi ini sudah terlalu kacau untuk di pikirkan Annisa".
23 MEI 2045, 10:00AM
KOTA A (KANTOR POLISI)
Annisa yang bersembunyi di sudut ruangan dan sudah memasang peredam pistol, mengarahkan senjata tersebut tepat kearah kaki orang yang sedang berjalan di depan sana. Annisa dengan perlahan menarik pelatuknya dan.
Dor, dor, dor.....
Tiga kali tembakan meleset orang tersebut melihat kearah Annisa berjalan dengan cepat, kemudian mendorong beberapa kardus yang menutupi perempuan itu.
"Kurang ajar" kata pria yang sudah menarik Annisa keluar, ia mengangkat tangannya untuk bersiap menampar Annisa, tetapi sebuah tembakan mendarat pas di lengan pria tersebut.
"Jangan sentuh dia" teriak Abang Annisa yang berdiri tidak jauh dari mereka berdua.
Pria tersebut melepas cengkramannya dari tas milik Annisa, kemudian berjalan dengan memegangi lengannya kearah sang Abang.
Ia siap melayangkan pukulan untuk laki - laki yang menembaknya itu, tetapi dengan cepat pukulan dari belakang kepalanya membuat pria itu tersungkur.
"John kau dimana?" teriakan seorang pria dari luar membuat Annisa dan Abangnya menghela nafas.
Mereka dengan pasrah menggeret dan menali orang yang di ketahuinya bernama John tersebut.
"Astaga John" ternyata yang muncul adalah seorang wanita dengan rambut pendek, di kedua sisi celananya terdapat saku yang berisi pistol. Wanita itu melihat kearah Annisa dan Abangnya dengan wajah penuh amarah.
"Kurang ajar" Akhirnya di ruangan tersebut, terjadi pertengkaran dua lawan satu, kemudian berakhirnya pertengkaran tersebut karena pasangan dari John terkapar diatas lantai dengan darah yang keluar dari pelipis dan sudut bibir wanita itu.
Kemudian Annisa dan Abangnya menggeret wanita tersebut dan menyandarkan di sebelah John, "apa yang terjadi dengan kota ini?" kata Abang Annisa dengan menali kedua orang tersebut.
John yang masih sadar menggelengkan kepala, ia bercerita bahwa dia dan isteri nya juga merupakan orang baru di kota itu. Saat mereka keluar rumah pada pagi hari, semua bangunan sudah terbengkalai dan tidak ada orang satu pun yang berlalu lalang hingga mereka bertemu dengan dua orang yang membawanya menuju sebuah gudang.
Annisa yang memperhatikan kedua orang terseut menaikkan satu alisnya saat melihat sebuah lampu berwarna merah yang ada di leher bagian belakang.
"Apa ini?" Annisa dengan cepat menunjuk lampu berwarna merah tersebut.
Abangnya dengan cepat ikut melihat, ia mengarahkan tangan untuk mencabut alat tersebut dan berhasil. Tetapi efeknya di luar dugaan pria tersebut meronta kesakitan saat alat itu di lepas wajahnya menjadi pucat. Sedangkan melihat itu Annisa dan Abangnya dengan cepat keluar dari ruangan tersebut kemudian menutup pintu itu dengan rapat.
FLASHBACK OFF.
Perempuan itu menghela nafasnya, ia kembali mengambil beberapa barang dan memasukkan kedalam tas yang sudah cukup berat menurutnya.
"Ayo kita keluar" laki - laki itu berjalan di depan Annisa berbelok kekanan, disana lah mereka berdua bisa melihat betapa kacaunya kota tersebut, gedung yang di tutupi oleh banyaknya tanaman hijau dan juga mobil - mobil yang terbengkalai yang paling parah adalah jembatan yang sudah tidak terhubung.
"Berapa tahun kota ini mati dan rusak seperti ini" Annisa mengatakan itu dengan kedua tangan memegang tali tasnya.
Mereka berjalan menyusuri setiap mobil yang terbengkalai, kadang juga mereka sedikit melompat ke atas mobil untuk melewati jalan yang tertutup. Cukup lama mereka berjalan, hingga keduanya melihat seseorang yang tak jauh berjalan di depan mereka.
"Annisa jangan lengah" kata sang Abang yang memperingatkan perempuan itu.
"Hm" kata perempuan itu yang melihat kearah seseorang didepan sana.
"Hei" panggil orang tersebut yang berjalan kearah mereka dan mengangkat kedua tangan karena melihat Abang Annisa yang menodongkan pistol.
"Berhenti di situ" laki - laki di depan sana berhenti cukup dekat jaraknya dengan mereka berdua saat ini. Tetapi saat akan menurunkan pistolnya, mereka berdua di kagetkan dengan beberapa orang di belakang laki - laki tersebut dan juga suara ledakan bom beberapa kali di belakang sana dan di belakang mereka.
"Sembunyi" Annisa dan Abangnya bersembunyi terpisah, sedangkan laki - laki yang berdiri disana sudah jatuh tak berdaya karena tembakan dari beberapa orang tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H