Abangnya dengan cepat ikut melihat, ia mengarahkan tangan untuk mencabut alat tersebut dan berhasil. Tetapi efeknya di luar dugaan pria tersebut meronta kesakitan saat alat itu di lepas wajahnya menjadi pucat. Sedangkan melihat itu Annisa dan Abangnya dengan cepat keluar dari ruangan tersebut kemudian menutup pintu itu dengan rapat.
FLASHBACK OFF.
Perempuan itu menghela nafasnya, ia kembali mengambil beberapa barang dan memasukkan kedalam tas yang sudah cukup berat menurutnya.
"Ayo kita keluar" laki - laki itu berjalan di depan Annisa berbelok kekanan, disana lah mereka berdua bisa melihat betapa kacaunya kota tersebut, gedung yang di tutupi oleh banyaknya tanaman hijau dan juga mobil - mobil yang terbengkalai yang paling parah adalah jembatan yang sudah tidak terhubung.
"Berapa tahun kota ini mati dan rusak seperti ini" Annisa mengatakan itu dengan kedua tangan memegang tali tasnya.
Mereka berjalan menyusuri setiap mobil yang terbengkalai, kadang juga mereka sedikit melompat ke atas mobil untuk melewati jalan yang tertutup. Cukup lama mereka berjalan, hingga keduanya melihat seseorang yang tak jauh berjalan di depan mereka.
"Annisa jangan lengah" kata sang Abang yang memperingatkan perempuan itu.
"Hm" kata perempuan itu yang melihat kearah seseorang didepan sana.
"Hei" panggil orang tersebut yang berjalan kearah mereka dan mengangkat kedua tangan karena melihat Abang Annisa yang menodongkan pistol.
"Berhenti di situ" laki - laki di depan sana berhenti cukup dekat jaraknya dengan mereka berdua saat ini. Tetapi saat akan menurunkan pistolnya, mereka berdua di kagetkan dengan beberapa orang di belakang laki - laki tersebut dan juga suara ledakan bom beberapa kali di belakang sana dan di belakang mereka.
"Sembunyi" Annisa dan Abangnya bersembunyi terpisah, sedangkan laki - laki yang berdiri disana sudah jatuh tak berdaya karena tembakan dari beberapa orang tersebut.