"Jangan sentuh dia" teriak Abang Annisa yang berdiri tidak jauh dari mereka berdua.
Pria tersebut melepas cengkramannya dari tas milik Annisa, kemudian berjalan dengan memegangi lengannya kearah sang Abang.
Ia siap melayangkan pukulan untuk laki - laki yang menembaknya itu, tetapi dengan cepat pukulan dari belakang kepalanya membuat pria itu tersungkur.
"John kau dimana?" teriakan seorang pria dari luar membuat Annisa dan Abangnya menghela nafas.
Mereka dengan pasrah menggeret dan menali orang yang di ketahuinya bernama John tersebut.
"Astaga John" ternyata yang muncul adalah seorang wanita dengan rambut pendek, di kedua sisi celananya terdapat saku yang berisi pistol. Wanita itu melihat kearah Annisa dan Abangnya dengan wajah penuh amarah.
"Kurang ajar" Akhirnya di ruangan tersebut, terjadi pertengkaran dua lawan satu, kemudian berakhirnya pertengkaran tersebut karena pasangan dari John terkapar diatas lantai dengan darah yang keluar dari pelipis dan sudut bibir wanita itu.
Kemudian Annisa dan Abangnya menggeret wanita tersebut dan menyandarkan di sebelah John, "apa yang terjadi dengan kota ini?" kata Abang Annisa dengan menali kedua orang tersebut.
John yang masih sadar menggelengkan kepala, ia bercerita bahwa dia dan isteri nya juga merupakan orang baru di kota itu. Saat mereka keluar rumah pada pagi hari, semua bangunan sudah terbengkalai dan tidak ada orang satu pun yang berlalu lalang hingga mereka bertemu dengan dua orang yang membawanya menuju sebuah gudang.
Annisa yang memperhatikan kedua orang terseut menaikkan satu alisnya saat melihat sebuah lampu berwarna merah yang ada di leher bagian belakang.
"Apa ini?" Annisa dengan cepat menunjuk lampu berwarna merah tersebut.