Sebagaimana disampaikan dalam konstitusi bahwa para saudara "hendaknya bekerja dengan setia dan bakti sedemikian rupa sehingga mereka tidak memadamkan semangat doa dan kebaktian suci.[9]
 Fransiskus yang setia menyatakan kehendaknya untuk bekerja sebagaimana tertulis dalam wasiat-nya;
 Dan aku bekerja dengan tanganku dan aku memang mau bekerja. Dan kukehendaki dengan sangat, supaya saudara lainnya melakukan pekerjaan yang pantas. Yang tidak pandai hendaknya belajar, bukan karena keinginan menerima upah kerja, melainkan untuk memberikan teladan dan mengenyahkan pengangguran. Dan bilamana kita tidak diberi upah kerja, hendaklah kita mengungsi ke meja Tuhan dengan meminta sedekah dari pintu ke pintu. [10]
Wasiat di atas merujuk pada suatu pekerjaan tangan[11] dalam usaha memenuhi kebutuhan hidup harian mereka. Mereka harus hidup dari upah kerja yang mereka peroleh dengan segala bentuknya. Di sisi lain, bila mereka tidak menerima upah mereka tidak boleh bersungut-sungut. Seandainya upah kerja tidak mencukupi untuk menghidup diri mereka sendiri, barulah mereka meminta sedekah. Fransiskus menyebukan bahwa meminta sedekah adalah "sebutan mengungsi ke meja Tuhan"[12]
 Pekerjaan tangan merupakan kerja harian yang dilakukan dengan menggunakan kekuatan fisik dan rasio demi kelangsungan hidup. Bagi Fransiskus pekerjaan tangan merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan. Dia menyukai pekerjaan tangan. Hal ini tampak dalam seluruh karya dan hidupnya. Dalam melakukan pekerjaan tangan, ia menjadi contoh dan teladan yang baik bagi para saudaranya. Ia juga menghendaki agar mereka dapat memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan pelbagai kegiatan yang baik, benar dan berguna. Pekerjaan tangan yang biasa mereka lakukan adalah memanen atau mengirik panenan bersama para petani dan membangun Gereja.[13] Â
 Dalam kerja tangan, Fransiskus tidak mau kalua-kalau para saudaranya menjadi batu sandungan atau merugikan keselamatan jiwa mereka. Ia menghendaki agar para saudaranya melakukan pekerjaan tangan dengan benar dan baik. Dengan demikian, mereka mampu membahagiakan semua orang yang berada bersama dengan mereka melalui teladan kerendahan hati dan kesabaran sekaligus juga untuk menghindarkan pengangguran dan menghadirkan Allah dan Putra[14]-Nya Yesus Kristus dalam segala tindakan.14
 Konstitusi Saudara-Saudara Dina Kapusin 2013 menekankan bahwa kerja tangan merupakan bagian penting dari hidup kekapusinan.[15] Para saudara Kapusin tidak boleh mengizinkan dirinya dilayani, tetapi mau bekerja seperti semua orang miskin untuk mencari nafkahnya. Kendatipun tetap melaksanakan kerja tangan dan kerja rumah dan saling melayani satu sama lain.[16] Konkretisasi kerja tangan sangat tampak dalam pelaksanaan kerja rumah tangga, misalnya mencuci piring, menyediakan makanan ternak, mengurus bunga, berkebun dan sebagainya. Melalui kerja tangan ini, tampaklah cinta kasih persaudaraan dan menyadarkan kesetiaan dalam pelayanan.[17]Â
5. Â Â Â Kerja menurut Ratio Formationis Generalis Ordo Fratrum Minorum CappuccinorumÂ
Menurut Ratio Formationis Generalis Ordo Fratrum Minorum Capuccinorum, kerja adalah rahmat yang memungkinkan kita merasa diri terealisasi secara manusiawi dan profesional.[18] Kerja dipandang bernilai sebagai pelayanan persaudaraan. Kerja pada tahap pendidikan initial formations digariskan bahwa penting membantu para postulant untuk mengerti kerja sebagai rahmat dan kesempatan dengan mengintensifkan kerelaan untuk mengerjakan tugas sederhana dan kerja rumah tangga.[19]
Pada masa novisiat kerja ditegaskan sebagai satu nilai karismatis dan menjadi bagian spiritualitas. Kita diundang untuk mengolah dan memelihara bumi dengan bekerja sama dalam ikatan saling ketergantungan diantara kita.[20] Spiritualitas kerja ini, dilanjutkan dalam posnovis sebagai masa yang tepat untuk mengenali dan mengalami berbagai bentuk kerja yang mungkin dalam ordo.[21]
Maka nilai dari kerja penting bagi pendidikan kapusin. Kerja adalah spirit yang hidup dalam pendidikan kapusin sebagai pelayanan persaudaraan. Dari kerja, saudara muda diajarkan mengolah, memelihara bumi dan melatih diri untuk tetap kreatif dalam pelayanan bersama.Â