Metode ini secara luas diakui akurat metode perhitungan konsumsi barang jadi dikenal sebagai metode pengeluaran expediture dan digunakan secara umum, dan meruapak metode yang setandar perhitungan PDB di berbagai negara besar.Teoti penegeluaran ini menggunakan asumsibahwa semua pengeluaran untuk barang di tamabahkan, formula perhitungan harus menfhitung total produksi karena setiap barang yang diproduksi akhirnya diubah dalam berbagai bentuk.
Inflasi
Menurut Rosyidi (2009 h. 131) juga menjelaskan bahwa inflasi merupakan gejala kenaikan harga yang berlansung secara terus-menerus. Kenaikan harga yang berlangsung sekali atau dua kali saja, lalu reda kembali bukan inflasi namanya. Jika kenaikan itu terjadi secara terus-menerus, maka itulah yang disebut inflasi atau terjadi kenaikan harga itu berlangsung terus selama setahun. Jadi berdasarkan pengertian diatas, penulis menyimpulkan bahwa inflasi merupakan suatu kondisi dimana proses kenaikan harga-harga secara terusmenerus dalam waktu yang sanga
inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya sehingga proses inflasi merupakan proses perbuatan bagian rezeki antar golongan masyarakat untuk memperoleh bagian yang lebih besar daripada yang mampu disediakan oleh masyarakat itu sendiri yang berdampak terhadap permintaan barang dan jasa yang pada akhirnya akan menaikan harga.Â
Proses perebutan ini disebut inflationary gap karena permintaan efektif barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah output/barang yang tersedia (penawaran agregat). Keterbatasan jumlah persediaan barang terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat (Boediono, 1995: 169).
Proses inflasi akan berlangsung terus selama permintaan efektif lebih besar dari jumlah output yang dihasilkan. Inflasi akan berhenti bila permintaan efektif tidak melebihi jumlah output yang tersedia pada harga-harga yang berlaku. Cara mengatasi inflasi seperti ini dengan meningkatkan jumlah output yang dihasilkan untuk mengantisipasi kelebihan permintaan yang terjadi. Permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (timbulnya demand full inflation).
Jenis-Jenis Inflasi.
Menurut Sukirno (2006 h. 337) dalam ilmu ekonomi, inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan keparahannya antara lain :
- Inflasi ringan ( kurang dari 10 persen / tahun) Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum terlalu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dikendalikan karena harga-harga naik secara umum, tetapi belum mengakibatkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan nilainya di bawah10 persen per tahun.
- Inflasi sedang ( antara 10 persen sampai 30 persen tahun) Inflasi sedang belum membahayakan kegiatan ekonomi, tetapi inflasi ini dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat yang mempunyai penghasilan yang tetap, inflasi sedang berkisar antara 10 persen -30 persen per tahun
- Inflasi berat (antara 30 persen sampai 100 persen / tahun) Inflasi berat, inflasi sudah mengacaukan perekonomian pada kondisi inflasi berat ini orang cenderung menyimpan barang. Orang tidak mau untung menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju tingkat inflsi. Inflasi berat berkisar antara 30 persen - 100 persen per tahun.
- Inflasi berat (antara 30 persen sampai 100 persen / tahun) Inflasi berat, inflasi sudah mengacaukan perekonomian pada kondisi inflasi berat ini orang cenderung menyimpan barang. Orang tidak mau untung menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju tingkat inflsi. Inflasi berat berkisar antara 30 persen - 100 persen per tahun.
Dampak dari inflasi
Menurut Nanga (2005, h. 245) inflasi yang terjadi di dalam suatu perekonomian memiliki beberapa dampak atau akibat sebagai berikut:
- Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota masyarakat, dan inilah yang disebut efek redistribusi dari inflasi (redistribusi effect of inflation). Hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan ekonomi dari anggota masyarakat, sebab retribusi pendapatan yang terjadi akan menyebabkan pendapatan riil satu orang meningkat, tetapi pendapatan riil orang lainnya jatuh. Namun parah atau setidaknya dampak inflasi terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan tersebut adalah sangat tergantung pada apakah inflasi tersebut dapat diantisipasi (anticipated) ataukah tidak dapat diantisipasi (unanticupated). Inflasi yang tidak dapat diantisipasi sudah tentu akan mempunyai dampak atau akibat yang jauh lebih serius terhadap redistribusi pendapatan dan kekayaan, dibandingkan dengan inflasi yang dapat diantisipasi
- Inflasi juga dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi (economic efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi mengalahkan sumberdaya dari investasi yang produktif (pruductive investment) ke investasi yang tidak produktif (unproductive investment) sehingga mengurangi kapasitas ekonomi produtif. Ini yang disebut "efficiency effect of inflation".
- Inflasi juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output dan kesempatan kerja (employment), dengan cara yang lebih langsung yaitu dengan memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukan, dan juga memotivasi orang untuk bekerja lebih atau kurang dari yang telah dilakukan selama ini. Ini disebut "output and employment effect of inflation".
- Inflasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang tidak stabil (unstable enviroment) bagi keputusan ekonomi. Jika sekira nya konsumen memperkirakan bahwa tingkat inflasi dimasa mendatang akan naik, maka akan mendorong mereka untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu dimana tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan bank atau lembaga peminjaman (lenders) lainnya, jika sekiranya menduga bahwa tingkat inflasi akan naik di masa mendatang, maka mereka akan mengenakan tingkat bunga yang tinggi atas peminjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan ( Nanga, 2005, h. 247).
PENUTUP