Demi mencapai salah satu impian terbesarnya, yakni memboyong keluarga kecilnya kelak ke negeri seberang guna hidup lebih mapan pada waktu yang sudah ditetapkan, diterimalah tawaran itu. Â Toh, ia sudah membulatkan tekad untuk menyelesaikan studi tidak lebih dari 2 tahun. Tidak akan lama.
Genap 3 tahun membina biduk rumah tangga, kediaman mereka belum juga diisi kehadiran si jabang bayi. Faktor kesibukan menjadi penyumbat keharmonisan keduanya. Dukungan kepada sang kekasih adalah yang utama.Â
Abraham dengan segala cita-citanya mengejar gelar M.B.A di Inholland University sementara  Sarah tak puas apabila hanya berkelindan pada satu aktivitas monoton. Selain bekerja di bank swasta, nyaris setiap hari Minggu wanita itu sibuk mengurus ini dan itu di gereja.
Ketika Abraham pulang ke tanah air, ia sampai tidak tahu apa saja kegiatan istrinya selama di rumah. Pada mulanya, ia membuang segala rasa curiga, toh Sarah pasti sadar apa yang dilakukannya merupakan hal mulia dan tidak akan merugikan mereka berdua.Â
Musim liburan yang dibayangkan akan menyenangkan justru terasa kecut. Tidak ada bedanya saat berada di Amsterdam. Mengabari si suami merupakan hal yang sulit dilakukan oleh istri semacam Sarah. Nyatanya wanita itu baru pulang ketika jarum jam di puncak angka dua belas malam.Â
Ponsel Abraham tampak tenang-tenang saja, tiada panggilan atau balas pesan atas nama Sarah, de Vrouw. Pikirannya masih diliputi maklum, apalagi bila berkaca pada dirinya, betapa ia sering diberondong berbagai kesibukan dan mengabaikan istrinya selama ini.
Abraham berkejaran dengan kewajiban studi kampus dan kondisi rumah tangganya yang mulai terasa sepat. Apalagi peruntungannya sebagai asisten peneliti tak selalu memenuhi kebutuhan rumah tangganya di negeri asal dan kebutuhan sehari-hari di negeri perantauan. Ia perlu menyisakan dana pribadi di pundi-pundi tabungannya dengan bekerja lebih ekstra.
Sisa liburan tinggal 2 hari lagi sebelum kembali ke Negeri Tulip, tetapi sikap Sarah tak kunjung menunjukkan perubahan. Kesabarannya hampir rontok tatkala beredar gossip kedekatan Sarah dengan seorang biarawan tampan di gereja.Â
Malam itu, Abraham duduk di ruang tamu, menggenggam ponsel yang menghubungkan saluran panggilan kepada kontak istrinya. Ia menunggu sampai batang hidungnya muncul di depan pintu.Â
Jam berdenting tepat di angka 12, saat itulah Sarah membuka gagang pintu dan seketika menjadi masam wajahnya melihat gestur sang suami sedang melipat tangan di dada. Belum sampai Abraham membuka mulut Sarah sudah lebih dulu mencecar.
"Terserah mau berpikir apa, tapi aku malas banyak omong. Lebih baik kau segera kembali dan fokus selesaikan studimu" Sederet dalih meluncur dari mulut wanita itu dibarengi biji mata menyorot tajam.