[caption id="attachment_314218" align="aligncenter" width="336" caption="NTT dari atas Fokker 50 "]
Tampaknya, keindahan alam tersebut mampu sedikit mengusir rasa takut. Saya lebih banyak takjub sambil tak henti mengucap 'subhanallah', mencoba berdialog pada Tuhan lewat doa dalam hati. Tiba-tiba muncul genangan air mata yang ketika jatuh berusaha saya sembunyikan. Ini bukan tangisan rasa takut. Bukan juga ekspresi kegembiraan. Mungkin lega karena saya berhasil melawan rasa takut.
Saya melihat jam tangan. Perjalanan baru 25 menit. Cuaca dilaporkan cerah. Saya masih menikmati keindahan di bawah sana sambil terus mengambil foto. Sesekali melihat jam tangan, siapa tahu perjalanan sudah 50 menit dan sebentar lagi mendarat.
Benar kan. Tak lama, pilot mengumumkan kabar baik tersebut. Saya membetulkan posisi duduk dan kembali komat kamit baca doa. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini saya beranikan mata untuk tetap melek ketika akan landing. Menarik karena tampaknya posisi bandara mirip seperti di Bali, dekat atau bahkan bersebelahan dengan laut.
Roda pesawat hampir menjejak bumi, tapi yang saya lihat bukan aspal melainkan pasir pantai. Wah, ini bakal mendarat di pasir gitu? Saya mulai menghitung, satu, dua, tiga, dan.. pesawat berhasil mendarat dengan selamat di Bandara Mali, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur. Sstt.. ternyata, letak aspal bandara sama pasir pantai cuma beda sejengkal doang. He-he. (to be continued)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI