Saya cuma menikmati senja sambil melihat anak-anak muda yang narsis dan pacaran. Ya, di tempat seperti ini memang tidak banyak yang bisa dilakukan selain foto dan melihat bangunan bersejarah. Buat yang pacaran, mungkin asik-asik saja.
Menjelang Magrib, kami bergegas pulang. Mampir makan soto sebentar, lalu nongkrong di KaliMilk. Katanya, ini adalah salah satu tempat tongkrongan yang lagi cukup nge-hits di Jogja.
Sesuai namanya, mayoritas menu di sini terdiri atas susu sapi yang diberi varian rasa. Ada coklat, hazelnut, kopi, dan lain-lain. Soal rasa, buat saya sih biasa saja. Susu hazelnut yang saya pesan malah kemanisan. Tapi, soal interior atau atmosfer, saya akui juara. Karena kekenyangan, saya pilih balik hotel dan tidur.
Hari Ke-2 : Menyusuri Goa Pindul
Petualangan saya di Jogja belum berakhir di tempat susu itu. Hari kedua, lagi-lagi saya diajak ke tempat yang belum pernah saya datangi. Namanya Goa Pindul. Berada di wilayah Gunung Kidul, perjalanan ke sana lumayan menyita waktu, kira-kira 1,5 - 2 jam dari pusat kota.
Bayangan saya, berwisata ke goa itu enggak pakai acara basah-basahan. Eh, ternyata beda dong. Saya mesti pakai ban dan pelampung, lalu ban-nya nanti didorong sama pemandu. Saya yang enggak bawa baju ganti, terpaksa beli dulu. Okelah.
Seperti Volcano Tour, pengelola wirawisata Goa Pindul menawarkan sejumlah paket menarik dengan harga bervariasi. Ada 4 yang utama, yakni Cave Tubing Pindul seharga Rp 35 ribu/orang untuk wisatawan domestik dan Rp 50 ribu untuk wisatawan asing, River Tubing Oyo seharga Rp 45 ribu (domestik) dan Rp 60 ribu (asing), Caving Si Oyot seharga Rp 45 ribu (domestik) dan Rp 55 ribu (asing), serta Tracking Sendang seharga Rp 15 ribu (domestik) dan Rp 25 ribu (asing). Paket yang saya ambil meliputi Cave Tubing Pindul dan River Tubing Oyo dengan durasi sekitar 2-2,5 jam.
Tiap grup wisatawan harus didampingi satu pemandu. Tugas mereka selain menjaga keselamatan, juga menjelaskan asal usul Goa Pindul beserta keistimewaan lainnya. Sayaa tinggal duduk di ban saja menikmati arus air yang datar. He-he.
Pertama, kami memasuki sebuah goa yang panjangnya sekitar 300 meter. Lantaran norak, saya rada-rada takut karena makin jauh, cahayanya makin minim. Maka dari itu, mas-mas pemandu wajib bawa senter.