Mohon tunggu...
Firda EkaKurnia
Firda EkaKurnia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Jember

masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jadikan Inovasi sebagai Solusi Firda Peserta KKN BTV 3 UNEJ Kembangkan Usaha Bawang Merah Desa Prajekan Lor

7 September 2021   20:25 Diperbarui: 7 September 2021   20:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan bentuk pengabdian mahasiswa pada masyarakat. Untuk ketiga kalinya Universitas Jember melaksanakan KKN dengan tema Back To Village yaitu kembali ke Desa. Tepatnya tanggal 11 Agustus KKN BTV III Universitas Jember 2021 terlaksana dan akan berakhir pada tanggal 09 September. Tujuan dari KKN Back To Village III tentunya karena kondisi saat ini sedang terkena wabah Covid-19, yang mengharuskan masyarakat membatasi aktivitas untuk mengurangi penyebaran Covid-19. Salah satu peserta KKN BTV3 Universitas Jember Firda Eka Kurnia Sari melaksanakan KKN di desa tempat nya bertepat di Desa Prajekan Lor Rt. 01 Rw.04 

Kali ini KKN BTV3 Universitas Jember Mengangkat lima tema, Firda Eka Kurnia Sari yang akrab dipanggil Firda ini mengambil tema Program Pemberdayaan Wirausaha Masyarakat Terdampak Covid-19. Hal ini seiring dengan dampak terbesar dari adanya Covid-19 yaitu sektor ekonomi yang mengalami pemerosotan. Asiatin dan Doni merupakan sepasang suami istri yang menjadi sasaran KKN oleh Firda yang merupakan petani bawang merah. Alasan Firda yang merupakan Mahasiswa Ekonomi Syariah ini melakukan pengabdian pada petani bawang merah karena dampak dari adanya Covid-19 juga mereka rasakan. 

Dibawah pengawasan dosen pembimbing lapangan  Ir. Sundahri, PGDip.Agr.Sc., M.P, Firda menjalankan program kerjanya. Program kerja yang dilakukan salah satunya adalah dengan melakukan inovasi olahan dari bawang merah. Baginya, inovasi dalam usaha perlu dikembangkan, apalagi sebelumnya usaha bawang merah yang dijalani Asiatin dan suami hanya menjual bawang merah begitu saja. 

Lebih lanjut gadis asal kota tape ini menjelaskan, dengan adanya inovasi usaha akan dapat terus eksis, untuk usaha bawang merah khususnya inovasi dilakukan untuk terus mengembangkan usaha disaat pandemi. Salah satu permasalahan yang menjadi alasan adanya inovasi karena penjualan bawang merah yang menurun yang disebabkan karena minat konsumen juga semakin sedikit. 

Setelah melakukan beberapa survei, Firda menemukan beberapa fakta baru bahwa konsumen khususnya ibu-ibu lebih cenderung suka dengan sesuatu yang instan. Maka dari adanya inovasi ini dilakukan untuk membuat bawang merah menjadi olahan produk. 

Bawang merah adalah bumbu dapur yang hampir ada disetiap makanan, dan biasanya bawang merah juga dijadikan sebagai bawang goreng untuk pelengkap makanan. Sehingga, Firda mahasiswi KKN BTV3 ini membuat inovasi baru dari usaha bawang merah Asiatin dan Doni yaitu membuat olahan bawang merah menjadi bawang merah bubuk. 

Lebih lanjut Firda mengatakan terkait inovasi yang dibuat berdasarkan kesepakatan bersama sasaran itu. Dengan membuat olahan bawang goreng dan bawang merah bubuk dapat mengikuti keinginan konsumen yang cenderung suka pada sesuatu yang instan. Bawang goreng merupakan pelengkap yang diberikan pada masakan seperti bakso dan nasi goreng. 

Sedangkan bawang merah bubuk merupakan bahan untuk dijadikan sebagai bumbu makanan yang bentuknya sudah dirubah dalam bentuk bubuk dan masa pakainya dapat lebih lama dari bawang merah yang tidak diolah. 

"Adanya inovasi ini karena setelah melakukan survei di pasar, untuk bawang merah sendiri tidak terjual dipasaran dan untuk bawang merah goreng sendiri keberadaannya mudah ditemui dipasar tetapi masih kurang menarik. Contohnya saja dari segi harga dan berat dapat dikatakan cukup mahal dengan packaging yang hanya plastik saja" ujarnya. 

Untuk menutupi kekurangan yang ada dipasaran dara berusia 21 tahun ini juga melakukan pembuatan logo dan keterangan tambangan untuk produk selain itu kemasan yang dipakai juga memakai wadah yang menarik. 

Selain itu juga memberikan nama untuk usaha bawang merah, "untuk usahanya saya memberikan nama BAPER atau Bawang Merah Super, untuk nama sendiri sudah disetujui bersama sasaran" ujarnya. Semua ini lakukannya itu membuat identitas yang dapat membuat orang lebih mengenal lagi usaha Bawang Merah Asiatin dan suami. 

Program kerja yang berkaitan dengan inovasi ini Firda lakukan di mulai pada minggu ke-3 pelaksanaan KKN. Sejak awal pembuatannya sampai pemasaran alhamdulillah olahan bawang merah yang dibuat Firda bersama sasaran diterima masyarakat, yang awal pembuatan bawang merah goreng telah terjual. Baginya membantu sasaran bukan hanya melaksanakan tugas dan mencari nilai untuk kuliah saja, tetapi bagaimana dia dapat memaksimalkan kinerjanya. 

"Besar harapan saya agar usaha mbak Atin dan Mas Doni dapat berkembang, terlebih dengan adanya inovasi ini. Selain itu dengan adanya inovasi ini dapat membantu menaikkan pendapatan yang selama pandemi mengalami penurunan dan harapan lain untuk kedepannya dapat membuka lapangan pekerjaan untuk yang membutuhkan" pungkasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun