Apa sih yang dimaksud dengan puisi itu? Puisi adalah salah satu jenis karya sastra yang menyampaikan gagasan dan emosi penulisnya melalui penggunaan bahasa yang indah, bermakna, dan mengikuti pola irama, rima, serta struktur tertentu. Puisi menjadi medium kreatif untuk menuangkan gagasan imajinatif dengan cara yang unik, memadukan keindahan bunyi, bentuk, dan makna.Â
Menurut para ahli, puisi memiliki beragam definisi: Herman Waluyo menyebutnya sebagai warisan sastra tertulis yang paling awal, sementara Sumardi menekankan penggunaan bahasa yang dipadatkan dan penuh imajinasi. Thomas Carlyle menyebut puisi sebagai ungkapan pikiran yang musikal, sedangkan James Reevas memandangnya sebagai ekspresi bahasa yang kaya dan memikat.Â
Pradopo menganggap puisi sebagai rekaman pengalaman manusia yang penting, sementara Herbert Spencer menekankan aspek emosional yang menyatu dengan keindahan bahasa. Kemampuan berbahasa meliputi beberapa aspek, yaitu mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca. Di antara aspek-aspek tersebut, menulis dan membaca menjadi fokus utama bagi siswa di berbagai jenjang pendidikan, khususnya di tingkat sekolah dasar.
Dalam konteks pendidikan, puisi menjadi salah satu cara untuk mengenalkan dunia sastra kepada siswa, terutama anak-anak. Sebagai karya sastra yang mengandung nilai pendidikan, moral, sosial, dan budaya, puisi mampu mengasah kepekaan emosi, logika, serta rasa kemanusiaan siswa.Â
Pengenalan puisi sejak dini, terutama di tingkat sekolah dasar, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir kritis, dan mengekspresikan diri secara kreatif.Â
Guru berperan penting dalam membimbing siswa agar mampu menuangkan ide dan pengalaman mereka menjadi karya puitis. Misalnya, dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai inspirasi, guru dapat membantu siswa menemukan objek menarik, menggali ide, memilih kata yang tepat, dan menyusun puisi yang sederhana namun bermakna.Â
Keberhasilan pembelajaran puisi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kurikulum, metode pengajaran, peran guru, sarana prasarana, dan lingkungan. Untuk menciptakan suasana belajar yang menarik, guru perlu menghadirkan kegiatan yang kreatif dan melibatkan siswa secara aktif.Â
Dengan pendekatan yang menyenangkan, pembelajaran menulis puisi tidak hanya menjadi pengalaman belajar yang seru tetapi juga mampu melatih siswa untuk berpikir imajinatif, peka terhadap sekitar, dan menghargai keindahan bahasa. Puisi bukan hanya media ekspresi personal, tetapi juga jembatan untuk membangun rasa empati dan apresiasi terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Menulis puisi adalah sebuah proses kreatif untuk menyampaikan pesan kepada pembaca. Dari sudut pandang penulis, kegiatan ini memiliki berbagai tujuan yang beragam, antara lain:Â
1. Tujuan Penugasan
Menulis puisi sering dilakukan oleh siswa atau mahasiswa sebagai bagian dari tugas belajar yang diberikan oleh pendidik. Tugas ini biasanya bersifat wajib dan dirancang untuk melatih keterampilan menulis serta memenuhi tuntutan pembelajaran. Dalam konteks ini, menulis puisi menjadi sarana untuk melatih kemampuan siswa atau mahasiswa dalam mengolah kata sesuai arahan yang diberikan.Â
2. Tujuan Estetis
Salah satu tujuan utama menulis puisi bagi para sastrawan adalah menciptakan karya yang indah dan artistik. Penulis yang mengejar tujuan estetis sangat memperhatikan pilihan kata atau diksi, serta gaya bahasa yang digunakan dalam puisinya.Â
Dengan pemilihan kata yang tepat dan pengolahan bahasa yang kreatif, mereka berusaha menciptakan sebuah karya yang tidak hanya enak dibaca tetapi juga mampu memikat hati pembaca melalui keindahan bahasanya. Kemampuan memainkan kata dan menghadirkan suasana dalam puisi menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan ini.
3. Tujuan Kreatif
Menulis puisi juga bertujuan untuk mendorong kreativitas penulis. Dalam puisi yang berorientasi pada tujuan kreatif, seorang penulis ditantang untuk memaksimalkan imajinasi mereka.Â
Mereka harus mampu menciptakan puisi yang kaya dengan unsur seperti latar, alur, dan gaya bahasa yang unik. Tujuan kreatif ini menitikberatkan pada kemampuan penulis untuk menghasilkan karya yang inovatif, penuh ide segar, dan mampu menarik perhatian pembaca. Dengan cara ini, penulis tidak hanya menghasilkan puisi, tetapi juga memperkaya karya sastra dengan pendekatan baru yang menginspirasi.Â
Ketiga tujuan ini (penugasan, estetis, dan kreatif) membentuk fondasi penting dalam menulis puisi, baik untuk keperluan pendidikan maupun untuk menciptakan karya sastra yang bernilai tinggi.
Puisi nggak cuma soal tulisan, loh! Kamu bisa menggambar dulu, lalu bikin puisi berdasarkan gambar itu. Metode ini namanya menulis berbasis rangsangan visual. Jadi, gambar kamu nggak cuma keren, tapi juga bisa jadi inspirasi puisi penuh makna. Seru, kan? Yuk, cari tahu tutorialnya dan mulai eksplorasi kreativitasmu!
Kegiatan menggambar memberikan beragam manfaat untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa sekolah dasar. Aktivitas ini mendorong siswa untuk berpikir secara bebas dan mandiri, sekaligus membuka kesempatan bagi mereka melakukan riset sederhana yang mendukung pembelajaran dari berbagai kegiatan.Â
Selain itu, menggambar melatih siswa berpikir secara fleksibel melalui cara konkret dalam mengekspresikan ide atau objek, sehingga menjadi dasar yang kokoh untuk keterampilan menulis formal. Kegiatan menggambar juga memiliki hubungan mendasar dengan pengembangan kecakapan menulis, karena siswa belajar merekam ide secara visual sebelum dituangkan ke dalam tulisan.Â
Lebih jauh lagi, menggambar mendukung eksplorasi seni yang melibatkan kecakapan berpikir tingkat tinggi, seperti pengambilan keputusan, evaluasi, dan pemecahan masalah.
Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menggambar dapat digabungkan dengan kegiatan menulis, misalnya menulis puisi. Pendekatan ini selaras dengan prinsip pembelajaran tematik terpadu yang tidak memisahkan setiap mata pelajaran, tetapi mengintegrasikannya.Â
Guru dapat mengajak siswa untuk menggambar berdasarkan tema yang telah disepakati, lalu meminta mereka menulis puisi berdasarkan gambar tersebut. Metode ini dikenal sebagai kegiatan menulis berbasis rangsangan visual, di mana gambar menjadi dasar untuk memancing kreativitas siswa dalam merangkai kata-kata puitis.
Guru dapat mengambil beberapa langkah untuk menerapkan literasi menulis puisi yang berbasis pada gambar. Pertama, guru bersama siswa menentukan tema gambar yang akan dijadikan inspirasi, baik berdasarkan kesepakatan maupun topik yang sedang dibahas dalam pembelajaran.
 Setelah tema ditetapkan, siswa didorong untuk mengeksplorasi berbagai aspek terkait tema tersebut, baik dengan membaca, mengamati lingkungan sekitar, maupun memanfaatkan imajinasi mereka. Eksplorasi ini dapat dilakukan di perpustakaan, di luar kelas, atau melalui media yang disediakan guru
. Hasil eksplorasi ini kemudian digambarkan oleh siswa. Setelah menggambar, siswa diminta mengamati hasil karya mereka dan mencatat kata-kata indah yang terinspirasi dari gambar tersebut. Guru bertugas memberikan arahan dan pertanyaan yang mendorong siswa untuk lebih mendalami karya mereka.Â
Kata-kata indah ini kemudian digunakan sebagai bahan untuk menyusun kerangka puisi. Dengan menggunakan kerangka ini, siswa dapat mengembangkan puisi mereka secara bebas sambil tetap memperhatikan elemen puisi seperti rima, irama, bait, dan makna. Setelah puisi selesai, siswa diajak untuk merevisi dan mengedit karya mereka agar lebih sempurna, baik secara mandiri, dengan bantuan teman, atau bersama guru.
Langkah terakhir adalah mempublikasikan puisi. Siswa dapat membaca puisinya di depan kelas, menempelkan karya terbaik di papan portofolio atau majalah dinding, sehingga mereka merasa diapresiasi dan termotivasi untuk terus berkarya.Â
Melalui proses ini, siswa tidak hanya belajar menulis puisi, tetapi juga mengembangkan keterampilan bahasa, memperkaya nilai estetika, memahami budaya multikultural, dan membiasakan diri membaca serta mengapresiasi karya sastra. Kegiatan ini mendorong siswa untuk bereksplorasi, menemukan pengetahuan baru, dan menumbuhkan kecintaan terhadap seni serta literasi.
Daftar Pustaka:
Nuroh, E. Z., & Hidayati, U. N. (2023). Analisis Media Visual Berbasis Kata Kunci pada Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Cendekiawan, 5(1), 45--61. https://doi.org/10.35438/cendekiawan.v5i1.284
Rahayu, T., & Kurniawan, P. Y. (2021). Pelatihan Membaca dan Menulis Puisi pada Peserta Didik TPA Al-Husna. JAMU: Jurnal Abdi Masyarakat UMUS, 2(01), 89--96. https://doi.org/10.46772/jamu.v1i02.552
Septiani, D., Abdullilah, A., & Rahman Sidik, P. N. (2023). Pengaplikasian Cerpen dan Puisi Untuk Meningkatkan Minat Baca dan Menulis Pada Anak- Anak di Lingkungan Limo Tengah RT 04 RW 03 Depok - Jawa Barat. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat Indonesia, 2(2), 26--33. https://doi.org/10.55542/jppmi.v2i2.602
Setiawan, H., Mahendra, S., Aji, W., & Aziz, A. (2019). Puisi Berbasis Hasil Karya Gambar: Inteligensi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 2(1), 50--60.
Subkhi Mahmasani. (2020). View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk. 274--282.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H