Mohon tunggu...
Ari Fakhrizal
Ari Fakhrizal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mama, Aku Tidak Bodoh

25 Februari 2018   16:41 Diperbarui: 25 Februari 2018   16:52 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sisi kecerdasan anak tidak bisa diukur dengan nilai matematika Bu, tapi bagaimana kita mengetahui ada kecerdasan lain yang dimiliki oleh seorang anak. Oleh karena itu kalau boleh saya memberikan saran, Pertama perlakukan dia sama layaknya dengan kakaknya karena dia butuh pengakuan. 

Kedua hindari membanding-bandingkan antara dia dengan kakaknya karena itu akan menyakiti perasaannya dan yang ketiga, Selamat..! Farhan putra Ibu Juara 1 Lomba menulis cerpen tingkat nasional yang di selenggarakan oleh Majalah Bobo bulan lalu." "Subhanallah, apakah itu benar Bu?" Tanya Bu Nina dengan wajah berkaca-kaca. "Benar Bu, anak Ibu itu luar biasa, sambutlah dia dengan suka cita ketika pulang nanti." "Baik Bu." "Assalammualaikum." "Wa'alaikumsalam."

Bel pulang telah berbunyi, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 12.00 siang. Matah!ripun telah menunjukkan keperkasaannya, dengan pancAran sinarnya yang hampir membakar kulit. 

Sejenak Farhan mengusap peluh di kenifgnya$ pulang dengan membawa tas gendong berwarna hitam, berjalan menyusuri sisi jalan dan berjalan tak tentu arah, sambil membayangkan apa yang akan Mamanya katakan saat dia tunjukkan hasil ulangan matematikanya kepada mamanya. Sudah pasti mamanya akan marah, mencacinya dan mengatainya dengan anak bodoh. 

Setibanya dirumah Farhan langsung membuka pintu dengan perlahan, matanya melirik keseluruh penjuru ruangan berharap Mamanya sedang belanja ke warung, jadi dia bisa lolos dari sergapan sang Mama. "Kenapa tidak mengucapkan salam?" Sahut Bu Nina yang sudah menunggunya di depan pintu masuk. 

"Ma..maaf Ma, aku pikir tidak ada siapa-siapa di rumah! Jawabnya enteng dan setengah kaget. "Farhan, sudah berapa kali Mama harus katakan, ucapkan salam terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam rumah sekalipun penghuninya tidak ada, karena nanti yang akan menjawab salam kita adalah para malaikat." Terang Bu Nina. "Baik mah aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi." 

Kata Farhan. "Kenapa kamu terlihat gugup seperti itu?" Tanya Bu Nina. "Apa ada ulangan hari ini?" sambungnya. "A...ada Mah?" Jawab Farhan dengan terbata. "Apa itu matematika? boleh Mama lihat." Pinta Bu Nina. Perlahan dia buka tas gendongnya dan mengambil kertas yang sudah tergulung. Lalu diberikannya kertas ulangan tersebut kepada Ibunya lalu dibukanya."Subhanallah...! Kau memang anak Mama yang  pintar." "Jadi mama tidak marah kalau nilai matematikaku dapat lima?" "Tidak nak, Mama tidak marah bahkan Mama sangat bangga padamu, kemari nak berikan mama pelukan" Terang Bu Nina sambil meneteskan air mata.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun