"ohhh... ayah masih di rumah sakit, mungkin ada serangan lagi, jumalah pasien bertambah"
"yaaaah, oh iya ibu aku izin main bersama teman-teman ya"
"masya Allah kamu sudah punya teman ya?"
"iya Alhamdulillah, di sini orang-orangnya baik-baik, ramah, tetapi kenapa Israel tetap menyerang menyerang kota ini ya?"
"entahlah, semoga Allah memberi kita pertolongan"
"Aamiin" terdengar sahutan dan suara pintu di buka.
"ayaaaaah" teriakku.
Ayah akhirnya pulang, terlihat raut muka lelah di wajahnya, yang walaupun begitu ia tetap mencoba tersenyum kepadaku. Jasnya juga terlihat kotor dengan bercak darah yang menempel.
"sebentar nak, ayah ganti baju dulu ya"
Aku mengurungkan niat untuk bermain, jarang-jarang ayah pulang, ayah sebagai dokter memang sangat diperlukan di rumah sakit, apalagi dengan jumlah korban yang semakin menumpuk.
Kira-kira karena itulah aku mengurungkan niatku yang hendak bermain bersama teman-temanku, mereka biasanya tak keberatan, lagi pula aku tidak berjanji apapun kepada mereka, selain itu akulah yang mengajak mereka bermain.