Mohon tunggu...
Hai_Ly19
Hai_Ly19 Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

Baru saja lulus dari tingkat Sekolah Dasar, sedang berjuang di pondok, slow respon, silahkan follow

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sekolah

6 Januari 2023   19:05 Diperbarui: 6 Januari 2023   19:10 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cahaya pagi menembus embun sebening kristal yang menetes ke tanah menawarkan kehidupan, kupu-kupu terbang mengitari bunga dengan riang, namun suasana pagi itu akan pecah oleh teriakan yang sangat familiar, panggilan abinya yang selalu disiplin saat setiap hari termasuk saat ini.

"Anila ayo segera sudah jam setengah tujuh!"

Namun teriakan itu hanya dijawab lirih "ya" oleh Anila dan tidaklah mungkin suara itu dapat mencapai abinya yang jauh didepan sana.

Tanpa basa-basi lagi Anila langsung meninggalkan kebunnya yang penuh ketenangan, abinya telah mmenunggu dan memintanya untuk segera, setelah alina duduk manis di kursi mobil abi langsung  mendorong gas  mobilnya, penyebabnya satu dan aku tahu takut telat, aku terkekeh sambil buang muka di samping abiku.

Kini hanya aspal hitam terhampar kasar dijalanan yang cukup ramai, alina merasa kedinginan entah karena ia sengaja menyalakan AC mobil atau memang cuaca sedang dingin, maklum lah tadi malam hujan turun mennyiram Klaten Bersinar ini, dan musim dingin memulai tahtanya.

Mobil dan motor berdesing-desing mengantarkan pengemudinya ke tujuan masing-masing. Lampu merah perlahan berubah menjadi hijau, tanda boleh melanjutkan perjalanan ke tujuannya.

Di saat alina menikmati pemandangan ia tertarik untukmerasakan hawa lingkungan diluar mobil, ia membuka jendela samping dan udara dingin dan segar langsung menguasai hawa di dalam mobil, namun ayahnya tidak setuju dan langsung menutup kembali jendela yang dibuka alina tadi.

"kalau pakai AC jendelanya jangan dibuka" tegur abiku mengurangi efek rumah kaca katanya. Alina hanya merengut jelek.

Aku kembali menikmati pemandangan toko-toko yan berjajar di pinggir jalan, sesekali ada pesepeda yang melintas entah mau sekolah atau sekadar berolaharaga sekalian refreshing berjalan-jalan mengelilingi kota.

Saking menikmati pemandangan di perjalanan, tak terasa aku telah sampai di sekolah, aku langsung disambut oleh satpam yang kelihatan muda juga gerbang hitam yang telah dibukanya serta deretan pagar hijau yang mencolok.

Kini aku menginjakkan kakiku ke sekian kalinya di sekolah yang bercat hijau yang sepertinya masih baru itu serta genteng yang basah terkena hujan tadi malam. Burung burung berlompatan kesana kemari menebar kebahagiaan. Pavingnya yang berbentuk persegi panjang. Juga ustadz ustadzah yang menyambut di depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun