Setelah baris mereka memulai pelajaran yang dipimpin oleh ustadzah dulu lalu istirahat baru kemudian pelajaran dari ustadz itu masih belum pelajaran setelah dhuhur, masih ada dua jam untuk kemudian pulang.
Ustadzah memulai pelajaran dengan memotivasi dan nasihat setelah itu baru mereka belajar, hari ini jadwalnya adalah IPS, saat alina hendak membuka buku mendadak ia teringat kalau ada pekerjaan rumah yang belum ia kerjakan, di dalam hati alina berdo'a agar tidak ada yang bilang.
Tetapi ternyata takdir sudah mendahului jadilah alina ketahuan tidak mengerjakan pekerjaan rumah yang diberi ustadzah kemarin lusa, tidak hanya alina namun ada  beberapa anak lain yang juga tidak mengerjakan pekerjaan mereka..
Karena  hal itu mereka yang tidak mengerjakan pekerjaan mereka dihukum ustadzah  dengan menulis istighfar 100 kali, ini cukup fantastis selama ini jarang soalnya yang  dihukum menulis istighfar lebih dari 50 kali.
Mereka memanfaatkan waktu saat ustadzah menjelaskan untuk menulis istighfar, beberapa anak berhasil termasuk alina namun ada juga teman alina yang belum selesai menulis jadinya dikumpulkan besok tetapi ditambahi 50 kali.
Lalu jam istirahat pun datang waktu untuk makan snack, setelah itu mereka yang perempuan mengobrol dengan ustadzah, sedangkan yang laki-laki bermain di luar entah bermain apa aja alina tidak peduli.
Jam berikutnya adalah tahfidz, di jam ini mereka menyetorkan hafalan mereka. jam ini menyenangkan ketika hafal dan akan berubah menjadi tidak menyenangkan ketika belum menghafalkan dan belum lancar.
Terkadang kalau belum hafal Anila berdiplomasi dengan ustadz agar dikurang batas minimala setoran, biasanya ia mengubah yang harusnya dua juz menjadi 1 juz lalu setengah juz, seperempat juz hingga satu halaman.
Karena saat ini pengampu hanya satu maka yang sudah tujuh juz  setoran bersama temannya yang juga sudah tujuh juz. Setelah pelajaran tahfidz ada makan siang untuk mengisi kembali energi yang telah habis.
Setelah itu shalat  dhuhur yang dilaksanakan di aula yang terletak di lantai tiga, semilir angin sangat kencang karena letaknya yang tinggi dan dekat persawahan. Dan istirahat lagi kali ini lebih lama dibandingkan dengan istirahat pertama.
Saat pulang baru terasa bahwa di Kuttab Ibnu Abbas sangat menyenangkan, selalu berat rasanya ketika hendak meninggalkan kuttab, Anila bahagia karena menjadikan Kuttabnya menjadi Rumahnya.