Mohon tunggu...
Firasat Nikmatullah
Firasat Nikmatullah Mohon Tunggu... Editor - @sekjend.kafir

Aku adalah apa yang kamu pikirkan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ikan Kaleng Kemasan: Dalam Politik Tak Ada Makan Siang Gratis!

14 November 2024   16:00 Diperbarui: 14 November 2024   17:24 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah denger ungkapan "tidak ada makan siang gratis"? Nah, di dunia politik dan ekonomi global, ungkapan ini sering banget jadi kenyataan yang nggak enak.

Apalagi kalau kita bahas soal bantuan ekonomi dari China. Di balik tawaran yang kelihatannya wah, ada jebakan utang yang bisa bikin negara penerima garuk-garuk kepala.

Bantuan Ekonomi China: Apa yang Ditawarkan?

China itu terkenal suka ngasih bantuan ekonomi ke negara-negara berkembang. Bentuk bantuannya macam-macam: pinjaman lunak, investasi infrastruktur, sampai bantuan teknis.

Negara penerima pasti senang banget. Siapa sih yang nggak mau punya infrastruktur keren, teknologi canggih, dan pinjaman dengan bunga rendah?

Jebakan Utang: Apa yang Terjadi di Balik Layar?

Eits, tapi tunggu dulu. Di balik semua keuntungan itu, ada risiko gede yang ngintai.

Banyak negara yang terima bantuan dari China malah akhirnya terjebak dalam utang yang susah banget dilunasi.

Pinjaman dengan bunga rendah awalnya manis, tapi lama-lama bisa jadi beban berat yang bikin sesak napas.

Contoh Kasus: Sri Lanka dan Hambantota Port

Contoh paling epik adalah Sri Lanka. Negara ini dapat pinjaman besar dari China buat bangun Pelabuhan Hambantota.

Eh, ujung-ujungnya, karena nggak bisa bayar utang, mereka terpaksa serahkan kendali pelabuhan ke China selama 99 tahun.

Bisa bayangin nggak? Bantuan ekonomi bisa berubah jadi alat buat nguasai aset strategis negara.

Mengapa Negara-Negara Terjebak?

Kenapa sih banyak negara bisa terjebak? Pertama, karena kebutuhan mendesak akan infrastruktur dan teknologi yang bikin ngiler.

Kedua, kurangnya transparansi dan pengawasan dalam proses pemberian pinjaman.

Ketiga, ketergantungan ekonomi pada China bikin negara-negara ini susah menolak tawaran bantuan, walau tahu risikonya.

Program Makan Siang Bergizi Gratis

Sekarang, kita bahas program makan siang bergizi gratis yang digagas oleh Presiden Prabowo Subianto.

Program ini bertujuan buat kasih makanan bergizi gratis ke anak-anak sekolah di Indonesia. Salah satu menunya adalah ikan kaleng kemasan, termasuk sarden!

Kenapa ikan kaleng? Karena ikan ini gampang diakses dan distribusinya juga lebih mudah, terutama buat daerah-daerah yang jauh dari pesisir.

Walau ada kritik kalau ikan kaleng gizinya lebih rendah dari ikan segar, ahli gizi bilang kalau kandungan gizinya hampir sama, kok. Cuma beda dikit, maksimal 5-10 persen.

Dukungan dari China

Pemerintah China sudah komit untuk dukung program ini melalui kesepakatan pendanaan yang tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) antara Indonesia dan China.

Dalam MoU ini, China bakal nyumbang dana buat memperkuat program makan siang bergizi di Indonesia.

Ada Kesepakatan Lainnya?

Selain pendanaan buat program makan siang bergizi, MoU tersebut juga mencakup beberapa kerjasama lain, seperti ekspor kelapa segar dari Indonesia ke China, promosi perikanan tangkap berkelanjutan, penguatan kerjasama ekonomi biru, kerjasama sumber daya mineral, dan kerjasama penilaian kesesuaian.

Harap Cemas dan Waspada

Meskipun program ini kelihatan menguntungkan, kita tetap harus waspada terhadap potensi jebakan utang yang mungkin menyertainya.

Dalam politik dan ekonomi global, nggak ada yang benar-benar gratis. Oleh karena itu, Indonesia perlu lebih hati-hati dalam menerima pendanaan dan investasi asing.

Program makan siang bergizi gratis yang didukung oleh China adalah langkah positif buat meningkatkan kesehatan anak-anak di Indonesia.

Tapi, penting banget buat pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto untuk memastikan bahwa pendanaan dan kerjasama ini nggak bakal berubah jadi beban utang yang berat di masa tua kita nanti. 'eh maksudnya di masa depan bangsa.

Penulis: Firasat Nikmatullah 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun