SAJAK TUNANETRA
Oleh : Moh Mansur
Kembalinya lembar-lembar di rak meja depan sudah tidak bisa mengelak, lalu tanpa sebab, pandangan
mengelupas segala ingatan. Tentang huruf dan bait-bait metavolusi
yang saban hari telah menjadi saksi antara suara dan gelembung pagi hari
Kini tarian sudah menjadi ejaan, membingkai aksara demi bahasa.
Bangsa Yunani akan iri. Dari belenggu yang lama mengutuk dan selalu mengetuk
 lebih-lebih persaingan dapat diinspirasikan. Bagi kesempurnaan ciptaan Tuhan.
Inilah indikator perkembangan zaman
yang dapat memupuk menjadi benih persinggahan
Setelah itu langkah mulai tak mengenal mundur. Yakin, pasrah, berbudi luhur
 dan tahu akan makna jujur, kalaupun kelak cahaya ini terhalang beton-beton.
 Biarkan akar itu mencari jalan memuju pedalaman, singgahi sejenak lalu kepakkan sayap, lihat.
Betapa luasnya dan betapa kecilnya sebuah akal.
Bisu tidak menjadi alasan
tuli tidak baik jika jauh dari potongan-potongan buku yang buram di antara mata menatap, kau pun sebaliknya!
cipta-Nya adalah asumsi kita menghadap sang Pencipta.
Kenali sekelilingmu tentang kesepian kabarkan bahwa: Tiada warna untuk tertawa
tiada  penting untuk berseragam. Tiada usia untuk mengenali isi semesta  selebihnya beritakan: pentingnya pendidikan.
MELODI PENDIDIKAN DAN PERSAUDARAAN SERUMPUN HARMONIS
Oleh: Siti Nur Wafiqoh
Di panggung ilmu kita bersatu, pendidikan tumbuh, harapan tertuju
persaudaraan serumpun terjalin erat
satu tujuan kita raih dengan tekad
persaudaraan serumpun, ikatan abadi, meski ragam, kita tetap satu rasa
persaudaraan serumpun, tali tak terputus,kita bersama, meski berjauhan letaknya.
Di perjalanan ilmu, kita bersama-sama
 pendidikan membimbing, tak pernah berhenti bergema
persaudaraan serumpun, seperti akar yang menghubungkan
meski berbeda warna, kita tetap satu bangsa.