Keterkejutan pemimpin dunia dan rakyat di sejumlah negara telah mengarah pada kekhawatiran bagaimana AS berada di bawah Presiden terpilih Donald Trump.
Apakah AS akan lebih inward looking? Apakah AS akan menarik diri menjadi polisi dunia di berbagai kawasan? Apakah perdagangan bebas akan diakhiri? Apakah AS akan menjadi negara anti imigran? Apakah tembok tinggi jadi dibangun? Apakah hubungan dengan Rusia semakin akrab mengingat Trump dan Putin saling mengenal? Apakah perasaan Islamofobia semakin memiliki basis di AS? Dan masih banyak lagi apakah, apakah lainnya.
Kekhawatiran ini dapat dimengerti karena dunia mendengar apa yang disampaikan oleh Trump pada masa kampanye. Trump membeberkan apa yang akan dilakukan saat ia menjadi Presiden dengan tujuan membuat AS hebat kembali (make America great again).
Kekhawatiran dunia terhadap Trump sebagai Presiden AS bisa jadi hanya reaksi sesaat. Ada dua alasan untuk ini. Pertama, Trump sebagai kandidat Presiden akan berperilaku berbeda saat ia menjadi Presiden. Ketika menjadi kandidat, layaknya kandidat dalam suatu pemilihan, akan berkampanye seolah dapat merubah kebijakan dalam waktu semalam. Namun saat telah menjabat banyak realita yang harus dihadapi. Saat itulah siapapun yang menjabat baru menyadari bahwa tidak mudah untuk merubah kebijakan yang sudah mengakar dan berkaitan dengan berbagai isu lain.
Mulai realistisnya Trump dapat dilihat dalam pidato kemenangannya. Trump seolah melunak dalam kaitan dengan hubungan luar negeri. Ia mengatakan, "saya ingin mengatakan kepada masyarakat dunia sementara kami akan mengedepankan kepentingan Amerika sebagai yang utama namun kami akan berhubungan secara adil dengan semuanya, semua masyarakat dan semua bangsa-bangsa."
Selanjutnya Trump mengatakan, "kami akan mencari dasar yang sama, bukan permusuhan; kemitraan, bukan konflik." Kata-kata tersebut mengindikasikan Trump tidaklah segarang ketika ia berkampanye. Saat kampanye kegarangan ditonjolkan demi mendulang suara.
Kedua, perlu dipahami dalam pemerintahan AS ada dikotomi antara politisi dengan para birokrat. Presiden dan para menteri adalah politisi. Politisi bisa masuk dan bisa keluar. Saat masuk mereka ingin banyak hal dirubah, namun belum sampai perubahan terjadi mereka harus keluar.
Lalu siapa yang harus menjaga konsistensi kebijakan? Disinilah peran dari para birokrat. Para birokrat berperan untuk menjaga konsistensi kebijakan di AS, termasuk kebijakan luar negeri.
Para birokrat dan perwakilan AS di seluruh dunia mempunyai tugas tambahan. Mereka harus menjelaskan kepada pemimpin, para elit dan rakyat di suatu negara bahwa AS dibawah Trump tidak akan sama seperti saat Trump berkampanye.
Bila berurusan dengan pemerintah dan elit, bisa jadi tidak akan sulit untuk meyakinkan. Hanya saja untuk meyakinkan rakyat di banyak negara akan jauh lebih sulit.
Banyak rakyat di suatu negara telah mempunyai persepsi yang negatif terhadap Trump. Mereka merekam pernyataan-pernyataan tidak bersahabat dari Trump. Sehingga mereka menganggap AS identik dengan Trump saat kampanye.