Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Konstitusi Palsu Sadery

28 Oktober 2018   20:07 Diperbarui: 28 Oktober 2018   20:26 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau telah berkhianat padaku Falker. Maka pantas satu persatu keluargamu mati di hadapanmu." Ucap Hoffman.

Sebelumnya, kedua tokoh ini telah bermufakat dalam pengambilalihan kekuasaan. Namun, melihat gejolak masyarakat yang telah membunuh Jendral Asinger, Falker hilang keberanian dan memilih membelot dari Hoffman.  

"Oke.... Baik aku setuju, beri aku waktu memalsukan buku Prof.Kimberley, lepaskan putriku."

"Nah...., waktumu hanya satu Minggu untuk menyelesaikan buku tersebut, karena pihak PBB akan mengambil alih negara dalam waktu empatbelas hari.

***

Buku telah selesai. Pemikiran Falker beratasnama Prof.Kimberley akan dibawa pada publik. "Kimberleteia" sebuah konsep kenegaraan dimana kekuasaan politik berada di tangan angkatan bersenjata. Hak politik dan memilih hanya ada di tangan angkatan bersenjata dengan model kepala negara sebagai ex officio panglima perang teringgi. Konsep ini tidak melibatkan rakyat secara pemilihan. Namun, rakyat sebagai pemerintah penuh dengan segala kebijakan yang akan diterapkan akan memungut suara langsung rakyat.

Rakyat menyambut baik konsep negara tersebut, namun masalah ekonomi akan muncul dalam setiap pengambilan keputusan langsung yang melibatkan rakyat. Hoffman memegang kendali pemerintahan Sadery. Tapi segala kebijakannya dibatasi oleh rakyat.

Setahun berjalan pemerintahan tersebut, Hoffman mengundurkan diri. Pada akhirnya dia sadar, konstitusi negara yang dibuat Falker hanyalah untuk menjebaknya. Sadery kembali berada dalam kekosongan kepemimpinan dan kemiskinan. Buku pemikiran Prof. Kimberley yang asli hingga saat ini pun masih belum diketemukan.

MEDAN 28/10/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun