Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Fiksi Horor | ''Serenity''

28 Desember 2017   23:03 Diperbarui: 28 Desember 2017   23:24 1007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalian mencoba keluar dengan tubuh tanpa sehelai benangpun. Tapi Serenity, si hantu baru telah memutar kunci kamar. Kalian tak bisa keluar.

Teror berlanjut. Uang yang kau ambil dari berangkas Serenity berhamburan di kamar. Serenity menggunakan konsentrasinya lagi. Serpihan kaca cermin terbang menyilet-nyilet wajah Rose. Kini darah sudah mulai terlihat.

"Maafkan kami Serenity, tolong maafkan kami," kau bermohon pada hantu Serenity. Rose menangis di sudut dekat pintu. Tapi Serenity masih belum puas. Konsentrasinya melayangkan kursi ke wajahmu. Kini kepalamu lebam. Hempasan kuat dilakukan oleh Serenity. Tahukah kau, saat itu Serenity tersenyum simetris.

Tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Kalian berusaha kabur. Kau dan Rose berlari kencang, tapi sapu melayang menjegal kaki. Kalian berdua terjatuh. Entah darimana kini pisau dapur rumahmu melayang. 

Tanganmu di atas lantai tertusuk pisau itu. Sedangkan Rose sudah tercekik oleh tali. Dia memegang lehernya, mencoba melepas jerat. Namun kesaktian hantu Serenity semakin bertambah. Saat itu kau dengar tawa Serenity.

Perkakas rumahmu sudah mulai berterbangan. Kalian dihajar dengan semua perkakas itu. Rose sudah tak tahan lagi. Tubuhnya sudah berlumuran darah. Teror Serenity telah membuatnya gila.

Serenity membiarkan Rose keluar dari rumahmu. Rose berjalan tanpa sehelai benang pun sambil tertawa-tawa gila. Dia terus saja tertawa, sekali-sekali ia menirukan tawa Serenity.

Kini tinggal kau Sendiri menghadapi teror Serenity. Tahukah kau, uang-uang yang kau curi darinya mulai berterbangan. Dengan konsentrasinya, Serenity mengarahkan uang-uang itu masuk ke dalam mulutmu. Uang yang begitu banyak dipaksa masuk lewat kerongkonganmu, hingga kau tak lagi bisa bernafas. Kau tewas dengan mata terbelalak.

Sei Rampah 28/12/2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun