Sebenarnya mereka bersahabat. Tapi, karena Lastri yang lebih memilih Sulaiman, Danung pun mendendam.
"Mau apalagi kau Nung....?
"Aku ingin membunuh kalian sekeluarga," jawab Danung dengan gilanya. Mata keris yang dipegang Danung telah mengarah pada Sulaiman. Danung benar-benar gila. Sulaiman mencoba melindungi keluarganya.
Pertarungan terjadi. Sulaiman hanya bisa menghindari serangan-serangan keris Danung. Hingga ia tersungkur.
"Sabar Nung, sabar, sabar dulu. Kau tidak bisa selamanya seperti ini," ucap Sulaiman.
"Tak ada keuntunganmu membunuhku Nung... percayalah padaku. Kau akan semakin menyesal nanti," ujar Sulaiman.
"AHh.. sudahlah. Kau telah menghancurkan harapku untuk bersama Lastri. Kau tahu aku mencintainya, tapi kau tega merebutnya dariku. Persetan kau," teriak Danung.
"Jangan kang Danung!" Lastri berteriak dan bersujud di kaki Danung.
"Kumohon jangan kang. Hentikanlah ini, permusuhan ini. Akhirilah kang," ucap Lastri.
Danung tertegun dengan permohonan Lastri. Namun, kerisnya tetap saja menantang Sulaiman. Kemudian Sulaiman mengeluarkan seplastik bubuk kopi yang didapatnya tadi.
"Nung, lihatlah bubuk kopi ini Nung. Tidakkah kau ingat, dulu kita selalu menyeduh bubuk kopi bersama. Hampir setiap malam Nung. Ya hanya kita berdua," kenang Sulaiman.