Mohon tunggu...
Fiqih P
Fiqih P Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Semarakkan literasi negeri

Belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Api yang Menyendu

15 November 2017   02:22 Diperbarui: 15 November 2017   03:34 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Deri mengambil surat tersebut. Diam ia membaca isi surat yang pada akhirnya membuat Deri menetes air mata. Kini berbalik, Deri yang memeluk Dila.

"Kenapa kau tak mengatakan ini Dil, seharusnya kau katakana dan kita bisa mencari cara untuk menyelamatkanmu Dil."

"Tidak Der, akupun sudah Lelah menahan rasa sakit ini. Vonis akan kematianku adalah suatu hal yang kutunggu. Empat bulan ini aku hanya ingin membawa Satria pada kehidupan normal. Aku menyayanginya Der, aku ingin dia berubah, tapi sepertinya sudah gagal," tutur Dila.

"Tidak Dil, tidak..."

"Sudahlah Der, hanya tiga hari waktuku dari sekarang."

Deri tak kuasa menahan rasa terkejut itu. Ia menangis, terkulai lemas. Selepas Dila pergi dari rumahnya Deri mengurung diri. Hingga hari ketiga ia pun keluar dan melihat kenyataan jenazah Dila telah disemayamkan.

Sei Rampah 15/11/2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun