***
Beruntung kau sadar pada pagi hari kala matahari menghadirkan sinarnya. Hanya selang satu menit dari sadarmu yang kau sendiri masih setengah sadar, tampaklah kelima temanmu datang menggunakan tiga sepeda motor.
Kau memeluk mereka, menangis dengan suara yang serak. Mereka sangat iba padamu. “Farid dan Ine mana?” tanya Nurul. Kau menceritakan kejadian malam itu. Kemudian terdengar suara rintihan tangis dari dalam semak-semak pepohonan.
Kau dan kelima temanmu menelusuri, pada akhirnya mulailah tampak jelas Ine dan Farid terikat di kumpulan pohon bambu. Beruntung Ine sudah sadar dari pingsannya. Sedangkan Farid masih saja belum siuman. Namun nafasnya masih terlihat baik.
Kalian meminta bantuan. Ine dan Farid pada akhirnya di evakuasi. Dalam perjalanan turun, masih saja kau melihat sosok tinggi seperti yang kau saksikan. Kau menjerit sejadi-jadinya dan kembali pingsan.
***
Kau, berada di kos. Dengan kondisi yang sangat lemah mencoba menceritakan pada teman-teman yang menjengukmu. Kata Bapak Kos, sosok itu adalah Genteut yang sering menyesatkan perjalanan orang-orang di tengah hutan. Sosoknya tinggi, setinggi pohon kelapa berambut keriting. Genteut, orang Aceh menyebutnya. Mulai itu kau tak pernah dan tak berminat lagi untuk kemping.
Sei Rampah 27/9/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H