Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Fiksi Horor dan Misteri] Genteut

27 September 2016   22:49 Diperbarui: 27 September 2016   22:52 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sekitar dua jam perjalananmu. Percobaan terakhir, kalian kembali di dekat pohon bambu tadi.

“Aduh gimana nih Rid,” kau mulai mengeluh.

Ine mulai terisak, “takuuuttt.,,,..”

“Kamu kok ngajak aku ke tempat beginian sih;” sesal Ine pada pacarnya.

‘Ya, kan kamu yang minta turun,” jawab Farid pada Ine.

Kau mulai mengarahkan senter ke arah langit. Memberikan tanda SOS di tengah hutan. Berharap ada yang membantu. Kalian bertiga hanya bisa diam menunggu bantuan. Ine sudah mulai membaca-baca ayat suci. Bagimu itu semakin menambah kesan horor.

Lelah kau mengarah senter ke langit. Kau mulai menurunkan senter itu dan.... kau beserta Ine berteriak dan melempar senter menyeret tubuhmu kebelakang. Kau melihat sesosok orang yang sangat tinggi dengan rambut keriting dan wajah yang tak jelas.

Farid hanya berucap dan bertasbih. Kau sepertinya terseret beberapa meter dari posisi semula. “Fariiiiiiiiiidddd tooooooolooooonggg,” teriakanmu menggema di tengah hutan. Kini kau hanya bisa duduk sambil menangis dan berzikir. Sepertinya senter yang terjatuh sudah mulai redup.

Kini giliran suara Ine terdengar, sepertinya ada gesekan-gesekan dedaunan. Tampaknya Ine juga diseret yang kau tak tahu kemana. Kau coba berlari meraih senter yang telah redup. Tampak Farid terkulai memejamkan mata.

Tiba-tiba saja Farid seperti ada yang menarik. Seketika itu juga sentermu mati. Kau hanya bisa berteriak-teriak minta tolong. Kini kau tak mengetahui keberadaan Farid. Kau sendiri, terseok-seok ketakutan.

Hingga kau merasakan ada sosok besar yang mendekapmu. Kau menjerit-jerit. Semakin keras suaramu, kau berteriak terus menerus semakin mencoba mengeraskan suaramu. Hingga tenagamu tak ada lagi untuk berteriak. Pada akhirnya kau tak lagi berdaya dan jatuh di atas tanah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun