“Aku haus kasih sayang. Kau sering mennggalkanku. Aku kesepian karena kau yang sangat jarang bersamaku suamiku,” ucapnya lagi.
“Lantas, apa itu menghalalkanmu untuk bermain gila?”
“Bukan seperti itu sayang, tapi aku khilaf. Kejadian itu berjalan usai kau menitip surprise untukku pada temanmu. Dari itulah temanmu merayuku dan membuatku terjerumus dalam hubungan ini. Maafkan aku sayang,” kilahnya ketika itu.
Jika aku bersamanya, ia memang istri yang sangat baik. Ia melayaniku setiap waktu. Tak pernah aku marah padanya dalam urusan rumah tangga. Hanya satu itu kesalahannya. Bagiku adalah kesalahan besar dan sangat fatal.
Pernah aku sakit terkulai lemas seperti sekarang ini. Dia yang merawatku siang dan malam tak mengenal lelah. Kasih sayang wanita itu begitu kuat. Hari-hariku selalu bahagia bersamanya tanpa ada satupun keluhan.
Sayang, keegoisanku harus membawa kami dalam putusan pengadilan yang telah bosan melakukan meediasi. Padahal akupun bukanlah lelaki yang begitu suci. Jauh sebelum perceraian, aku juga kerap menduakannya, Beruntungnya aku tak sampai ketahuan.
***
Hari ini dipembaringanku, aku begitu menyesal. Setahun aku menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita lain, tak sedikitpun ada ketulusan dalam perjalanan itu. Aku kini telah ditinggal lantaran sakit karena radiasi di pekerjaan. Membuat seluruh inderaku lumpuh.
Wanita terakhirku ini tak menerima kondisiku yang seperti ini. Beda dengan dia yang kini kukenang. Kurasa Ia akan meemberikan rasa sayangnya dengan maksimal. Aku sungguh mengenang saat-saat bersamanya.
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt
tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt