Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengenang

25 September 2016   23:30 Diperbarui: 26 September 2016   09:14 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kenangan (Jateng.Tribunnews.com)

TELAH kubuang jauh rasa itu. Rasa yang telah terpatri sembilan tahun lalu. Kufikir kenangan itu hanyalah sampah yang tak pantas dikenang. Bau busuknya tercium hingga bertahun.  Tapi  aku mampu menghindari setiap aroma busuk itu dalam setahun ini.

Namun sampah tak selamanya busuk. Kini sampah itu seperti telah di daur ulang. Kenangan bersamamu muncul kembali menafikan keburukan. Berusaha aku bertahan dalam keburukan-keburukan yang telah melekat, tapi sulit.

Sayang beribu kali sayang kenangan terpaksa muncul. Karena keburukan yang kualami kini lebih parah ketimbang keburukan dalam tiap kenangan itu. Kini ku menjadi pria kerdil dalam ketidakkonsistenan keputusan.

Aku telah terbaring lemah. Ku hanya berbisik dalam hati pada diri sendiri. Hanya aku dan fikiran memainkan dialog-dialog yang kutanya dan kujawab sendiri. Salahkah dirinya? Berusaha kutetap menyalahkan, tapi ku  tak mampu.

***

Memori dua tahun lalu

“Sayang, maafkan aku.  Itu terjadi begitu saja dan aku khilaf,” dia bersujud di kakiku mengakui kesalahannya.

Aku tak kuasa untuk memberi maaf. Bagiku tingkah wanita yang dulu adalah istriku sudah di luar batas toleransi.

“Tak pantas seorang wanita sepertimu diberikan kasih sayang,” ucapku, setelah memergokinya memadu kasih bersama seorang lelaki yang merupakan sahabat lamaku.

“Kalian  berdua manusia jalang.”

Dia menangis tersedu. Berjanji ia tak mengulanginya  lagi. Mengemis ia padaku dan balik memintaku agar tak berpisah darinya. Kuakui, aku hanya pulang setiap triwulan menjalani pekerjaan di luar negeri. Kepulangan terakhir itu adalah drama terpahit dalam  hidupku.

“Aku haus kasih sayang. Kau sering mennggalkanku. Aku kesepian karena kau yang sangat jarang bersamaku suamiku,” ucapnya lagi.

“Lantas,  apa itu menghalalkanmu untuk bermain gila?”

“Bukan seperti itu sayang, tapi aku khilaf. Kejadian itu berjalan usai kau menitip surprise untukku pada temanmu. Dari itulah temanmu merayuku dan membuatku terjerumus dalam hubungan ini. Maafkan aku sayang,” kilahnya ketika itu.

Jika aku bersamanya, ia memang istri yang sangat baik. Ia melayaniku setiap waktu. Tak pernah aku marah padanya dalam urusan rumah tangga. Hanya satu itu kesalahannya. Bagiku adalah kesalahan besar dan sangat fatal.

Pernah aku sakit terkulai lemas seperti sekarang ini. Dia yang merawatku siang dan malam tak mengenal lelah. Kasih sayang wanita itu begitu kuat. Hari-hariku selalu bahagia bersamanya tanpa ada satupun keluhan.

Sayang, keegoisanku harus membawa kami dalam putusan pengadilan yang telah bosan melakukan meediasi. Padahal akupun bukanlah lelaki yang begitu suci. Jauh sebelum perceraian, aku juga kerap menduakannya, Beruntungnya aku tak sampai ketahuan.

***

Hari ini dipembaringanku, aku begitu menyesal. Setahun aku menjalani bahtera rumah tangga dengan wanita lain, tak sedikitpun ada ketulusan dalam perjalanan itu. Aku kini telah ditinggal lantaran sakit karena radiasi di pekerjaan. Membuat seluruh inderaku lumpuh.

Wanita terakhirku ini tak menerima kondisiku yang seperti ini. Beda dengan dia yang kini kukenang. Kurasa Ia akan meemberikan rasa sayangnya dengan maksimal. Aku sungguh mengenang saat-saat bersamanya.

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiittttttttttttttt

tttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttttt


Sei Rampah 25/9/2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun