“Lah, lah iya iki Septian toh,” kata Pak Kepala Dinas.
“Kok jadi begini dia yah. Sakit mungkin tuh dia,” kata teman lainnya.
Kantoran menjadi heboh. Mereka tak ketinggalan untuk peduli. Segera mereka menyebar foto Septian di sosial media, begitu juga mengirimkan pada otoritas yang berwenang. Mereka menduga Septian sudah gila.
Didatangi rumahnya di Malang.
“Ini Septian kan mak,” Andri menunjukkan foto itu kembali.
“Iya, ni anakku ini. Dimana dia. Aduhh, bikin susah emak aja ni anak. Kerjaan sudah bagus, tapi kok malah jadi gembel toh,” keluh emak.
“Yo wes mak, kita usahakan ngembalikan Septian.”
Emak menceritakan. Septian mengimpi-impikan kehidupan yang bebas. Bisa bertualang dan bisa melakukan sesuka hati, tanpa mempedulikan kehidupan materi.
“Iya, anakku itu pola pikirnya sudah berubah beberapa bulan terakhir ini. Katanya dia mau bebas. Bebas yang gimana lagi, emak gak ngerti,” terang emak.
Emak dan dua kakaknya menanti untuk bertemu kembali dengan Septian. Tiga Minggu belum ada kabar apapun tentang Septian.
***