"Akulah produsen kerinduan-kerinduan itu. Akulah orangnya dinda. Yang membuat istri bersedih. Anak menjadi yatim. Orang tua terbebani. Mereka juga merindu. Maka biarlah aku merasakan sakitnya merindu. Biarlah aku dihukum mati agar tak terlalu lama kumenahan sakit karena rindu," tuturnya.
Sang istri menangis haru dipelukannya. Erat, tangannya menjadi sebuah tali mengerat tubuh si gembong narkoba. Tak peduli ia akan keramaian. Tak takut dia akan petugas.
"Kenapa aku dan anakmu yang harus jadi korban ini semua. Kanda, kau tahu aku tak bisa hidup tanpamu,"
"Maka hiduplah dalam doamu untukku dinda. Kerinduanmu akan terobati. Aku menjadi narapidana di dunia, berharap menjadi penghuni surga nantinya. Inilah pilihanku dinda, kuharap kau tak bersedih," ucapnya haru pada istrinya.
Lonceng Lembaga Pemasyarakatan telah dibunyikan. Tanda para pembesuk narapidana dan tahanan untuk segera keluar. Mereka berpisah dan mempersiapkan diri dalam kerinduan-kerinduan yang menunggu di depan.
Sei Rampah 8/9/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H