Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manifesto Suami Profetik

30 Agustus 2016   22:38 Diperbarui: 30 Agustus 2016   23:27 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster BKKBN.http://bimailm.blogspot.co.id/

SUAMI merupakan kepala rumah tangga atas bersatunya hubungan antara laki-laki dan perempuan melalui jenjang pernikahan. Sehingga perlunya suami yang benar-benar matang dalam membina rumah tangga serta menjadi panutan bagi keluarga yang dibangun. Suami yang menjadi ayah kelak menjadi pilar bagi kesuksesan keluarga.

Untuk mewujudkan suami yang matang, maka penting penanaman peran-peran sebagai suami sejak dini. Untuk itu di masa pendidikan, tugas dan tanggung jawab suami harus dapat dimengerti bagi kaum lelaki. Dewasa ini, sulit kita menemukan suami yang dapat menjadi kepala rumah tangga yang bisa membawa keluarganya meraih masa depan yang cemerlang.

Berbagai tipikal lelaki malah banyak menjerumuskan keluarga. Baik itu penjerumusan secara spritual maupun penjerumusan ekonomi. Terjadinya hal tersebut lantaran belum matangnya seorang lelaki menjadi suami. Persiapan dalam membangun rumah tangga yang dapat meraih masa depan cemerlang belum tertanam.

Persiapan diri sebagai suami haruslah diberi contoh panutan. Misalnya mencontohkan tingkah perilaku kenabian Prophet dalam menjadi suami. Risalah Kenabian tentang membangun rumah tangga harus juga disesuaikan dengan masa kini Tajdid.Model tajdid ini serta merta menggabungkan dua zaman yakni antara zaman kerasulan dan kekinian.

Suami Profetik

Hemat penulis, suami yang mengikuti risalah Kenabian yakni suami yang dapat memunculkan dampak kebaikan bagi keluarga dan ummat. Jika disesuaikan dengan masa kekinian, maka Risalah kenabian sangatlah cocok dengan Tujuan Genre saat ini yang diperuntukkan bagi remaja sebagai bekal persiapan menjadi suami.

1. Pendidikan Setinggi Mungkin

Rasulullah SAW pernah bersabda soal 3 amalan yang tak terputus. Yakni ilmu yang bermanfaat, shodaqoh jairiyah dan anak yang shaleh. Nah para calon suami profetik harus membekali diri untuk terus menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ilmu dapat meninggikan derajat kita. Dengan ilmu kita dapat menjadi manusia yang lebih baik dan bisa mengajarkan ilmu kepada anak-anak kita kelak, sehingga dapat menjadi anak cerdas serta shaleh.

Sebagaimana Surat Al Mujadilah: 11 , Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Nah, di Indonesia, seorang remaja berusia 18 tahun stelah lulus SMA. Kemudian melanjutkan S1 selama 4 hingga 6 tahun. Ini haruslah dilewati sebelum hidup berumah tangga. Calon suami profetik harus dapat menyelesaikan satu  poin tersebut, sehingga usia 23 ataupun 24 tahun sudah mendapatkan title. Lebih baik bagi suami jika melanjutkan ke jenjang Strata2. Hingga usia untuk mendapatkan itu pada saat umur 25 hingga 30 tahun.

Tidak hanya itu, untuk calon istri idaman juga harus didukung agar dapat menyelesaikan pendidikannya. Jangan selesai SMA, remaja perempuan berencana untuk nikah. Raihlah pendidikan, hingga dapat tercipta keluarga yang mapan dalam intelektualitas sehingga manajemen ekonomi dan kehidupan sosial lebih mudah diatur.

Namun, poin pendidikan ini dipersulit dengan beberapa hal seperti Seks Pranikah, yang menyebabkan kehamilan pra nikah sehingga akan timbul masalah ekonomi karena belum matangnya suami dalam memberi nafkah. Maka, pernikahan dini juga bukan solusi untuk menghindari kesulitan tersebut.

Pernikahan dini (Lelaki dibawah 25, perempuan dibawah 20), malah akan semakin jadi masalah baru seperti masalah ekonomi. Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Perceraian, Perempuan menjadi Subordinasi, Kematian Ibu Hamil serta pendidikan yang gagal diraih. Sehingga menempuh pendidikan sampai usia ideal adalah pilihan yang sangat tepat.

Sedangkan masalah-masalah negatif ketika menempuh pendidikan tadi dapat dihadapi dengan religiusitas. Sesungguhnya setiap agama mengajarkan manusia tentang kebaikan. Itulah bekal kita dalam menempuh pendidikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Albert Einstein: Religion Without Sience is Blind, Since Without Religion Is Lame.

Rasulullah juga menikah dengan Siti Khadijah dalam usia 25 tahun sebagaimana Kitab Ibnu Katsir. Sebelum usia tersebut, Rasulullah banyak mencari ilmu dan pengalaman bersama pamannya tentang berdagang, tentang bercocok tanam hingga tentang teologi. Maka calon Suami Profetik memerlukan pendidikan yang tinggi agar masa depan cemerlang bersama keluarga.

Materi Nangkring BKKBN Kupang
Materi Nangkring BKKBN Kupang
2. Pekerjaan Kompetitif

Usai kuliah tentu bekerja dalam arti lebih luas dapat menghasilkan untuk menafkahi keluarga, terutama bagi para kaum adam. Jika tak adaa penghasilan maka untuk menjadi suami profetik sangatlah tidak mungkin. Karena sebagaimana firman Allah Swt di Quran Surat Albaqarah :233 Kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma’ruf.

Itulah suami profetik, selain matang dari usia dan pendidikan juga harus dapat menafkahi. Itu merupakan petintah Allah Swt. Hindarilah nafkah dari hasil-hasil tindak kriminal, tindak pidana korupsi. Maka bekerjalah dengan penghasilan yang halal.  Penghasilan yang dapat dikelola dengan baik dalam kehidupan berkeluarga.

Ini juga memiliki tantangan besar, dimana pengangguran di Indonesia cukupah besar. Data Badan Pusat Statistik Pengangguran Terbuka mencapai 7 juta orang lebih. Sedikitnya lapangan kerja dan minimnya tingkat improvisasi dalam melakukan usaha adalah masalahnya. Namun hal ini dapat teratasi dengan poin pertama tadi yakni pendidikan.

Pendidikan, merupakan modal untuk dapat membuka lapangan kerja yang baru yang dapat memberi penghasilan bagi diri sendiri. Kemudian, etos kerja yang tinggi juga harus dimiliki para calon suami profetik sebagaimana sabda Rasulullah Allah menyukai mukmin yang kuat bekerja. Hadis Rasul itu harus menjadi acuan bagi para suami.

Nah, bagaimana dengan istri?. Tentu istri juga penting bekerja, sehingga usia juga menentukan untuk istri dapat pekerjaan yang layak namun tidaklah diwajibkan sebagaimana suami. Karena suami telah ditekan dalam surat Annisa:34 yaitu Laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita.Pemimpin yang dimaksud yakni mencakupi pemenuhan kebutuhan, perhatian, pemeliharaan, pembelaan dan pembinaan.

Maka dapatkanlah perkerjaan terlebih dahulu. Apakah pekerjaan itu saat menempuh pendidikan ataupun setelah selesai pendidikan. Yang paling jelas untuk menjadi suami profetik haruslah berpenghasilan agar dapat meraih masa depan cemerlang. Persiapan ini harus ditanam pada remaja sejak dini dan sebelum menikah.

3. Menikah Terencana

Menikahlah terencana, baik itu soal ekonomi, jumlah tanggungan kedepan dan kehidupan sosial serta kehidupan agamis. Seperti Quran Surat Adzariyat : 49 Dan segala sesuatu kami jadikan berpasangan (suami-istri) agar kamu ingat kebesaran Allah.

Maka menikahlah untuk kebaikan semua. Pernikahan itu harus terencana dari diri sendiri, kapan, dengan siapa, jangan direncanakan orang tua ataupun orang lain. Karena akan berdampak buruk bagi kehidupan berumah tangga. Kasih sayang akan berbeda jika pernikahan bukan terenca berdasarkan suka sama suka.

Malah hal tersebut akan menjadikan mudharat dalam pernikahan. Jika tak ada kasih sayang, maka akan timbul KDRT. Kemudian pernikahan terencana ini juga merencanakan masa depan. Terutama soal keturunan, bagaimana tumbuh kembang anak, pendidikan, kesehatan dan lainya menyangkut anak.

Sifat para Nabi dan Rasul selalu mengupayakan yang tebaik untuk keluarga dan anak-anaknya. Maka kita dizaman ini juga harus memberikan yang terbaik bagi istri dan anak nantinya. Kembali lagi soal pendidikan harus dapat kita rencanakan, agar istri dan anak bisa mendapatkan pendidikan yang setinggi-tingginya. Itu merupakan tanggung jawab suami profetik.

Selain itu keluarga juga harus direncanakan agar dapat mengingat kebesaran tuhan sebagaimana ayat diatas tadi. Di agama lainnya juga sebagai seorang suami haruslah dapat mengenalkan kebesaran tuhannya agar keluarga tak tersesat dalam hal religiusitas.

4. Aktif Dalam Kehidupan Bermasyarakat

Kehidupan bermasyarakat penting menjadi indikator untuk suami profetik. Aktif bermasyarakat akan menambah wawasan serta dapat membandingkan kehidupan kita dengan lainnya. Membandingkan dalam artian yang positif. Dalam hal ini suami dapat mendorong keluarga agar menjadi pribadi-pribadi yang filantropi.

Menolong fakir miskin, anak yatim orang-orang yang termarjinal adalah output dari pentingnya seorang suami aktif dalam kehdupan bermasyarakat. Hal ini dijelaskan dalam Quran Surat Al Ma’un. Tentang bagaimana menolong fakir miskin, anak yatim dan orang-orang termarjinal lainnya. Poin keempat ini adalah bekal suami profetik.

Selain itu, keaktifan itu dapat menggiatkan kita pada hal-hal positif seperti bergotong royong, bakti sosial serta mengakrabkan diri dengan masyarakat lain. Itu merupakan protect bagi keluarga terhindar dari rindakan-tindakan kriminal. Semakin banyak aktif dalam kehidupan masyarakat, maka akan semakin tercipta kekeluargaan antar masyarakat.

Poin itu juga sebagai cara dalam memberikan perlindungan bagi keluarga. Seorang suami profetik yang berpendidikan dapat menempatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Tentu dengan modal ketidaksombongan dan kepintaran dalam berkomunikasi yang baik.

5. Pola Hidup Sehat Sehari-Hari

Hidup sehat adalah anugerah. Maka syukurilah jika para suami mampu menjaga kesehatannya. Kesehatan Rasulullah dalam berbagai kitab juga menerapkan kehidupan yang sehat. Menjaga diri baik soal konsumsi maupun soal motorik. Nah, untuk para remaja yang nantinya akan menjadi suami profetik yang paling dihindari yankni penggunaan Narkoba, Psikotropika dan Zat Adiktif NAPZA lainnya.

Napza dalam semua agama diharamkan. Kecanduan akan menyebabkan kebodohan dalam berumah tangga. Kekerasan dan keteledoran dalam mendidik anak. Maka suami yang mengikuti risalah kenabian sangatlah menghindari zat ini. Hal ini harus dimulai sejak dini. Maka diperkenalkan kepada remaja mulai saat ini.

Bayangkan saja, pengguna Napza akan menghasilkan kemelaratan ekonomi. Penurunan kondisi kesehatan. Peningkatan tindakan kriminal. Itu merupakan fakta, maka harus dihindari demi tercipta keluarga dengan masa depan yang cemerlang. Jadilah suami profetik yang dapat menjaga pola hidup sehat dalam kesehariannya.

Penutup

Demikianlah uraian penulis tentang suami profetik. Pembelajaran ini dapat diterapkan sebagai bahan kematangan baik laki-laki maupun perempuan sebelum menikah. Bagi perempuan juga harus menerapkan hal yang sama, namun urai-uraian diatas lebih ditekankan kepada laki-laki. Maka, sebenarnya usia ideal dalam menikah yang disosialisasikan BKKBN merupakan hal yang tepat.

Pembekalan ini dapat lebih matang bagi para laki-laki yang menikah diatas 25 tahun dan perempuan diatas 20 tahun. Karena penerapan pembekalan ini bukanlah hanya konsep semata, melainkan didapatkan dari kehidupan sehari-hari. Dengan usia diatas 25 tahun bagi laki-laki serta diatas 20 tahun bagi perempuan maka dapatlah meraih masa depan cemerlang, bagi suami, istri, keluarga serta keturunan-keturunan nantinya.

 

Facebook Twitter

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun