Selanjutnya ia kembali menjumpai dokter mempertanyakan penyebab keguguran Okta.
"Okta seperti memikirkan sesuatu yang berat,membuat kondisi tubuhnya lemah. Ditambah diapun tak makan teratur," jelas dokter.
Namun, untuk hamil di lain waktu Okta masihlah bisa sebagaimana dijelaskan dokter sembari menenangkan Furqan yang menangis sejadi-jadinya.
Sakitnya Okta sudah tersiar kepada keluarga besar. Banyak saudara yang mengunjungi mereka yang kini telah berada di kamar pasien. Sepupu Furqan, Lia pun ikut mengunjungi.
"Sabar ya mbak, pasti nanti bisa lagi. Aku bantu doa," kata Lia sambil memegang tangan Okta. Dilihatnya Furqan berdiri.
"Oh iya mas, kemarin sepatuku ketinggalan loh di mobil, nanti kuambil ya," kata Lia pada Furqan.
"Ya Allah itu sepatumu Lia. Mbak fikir.......," omongannya malah dilanjutkan dengan tangisan. Begitupun Furqan menangis sejadi-jadinya.
"Jadi dalam fikiran kamu sepatu itu punya perempuan lain. Mas sendiri juga gak tahu sepatu Lia tinggal di bawah jok," jelas Furqan.
"Itulah yang membuat kandungan kamu melemah sayank," timpal Furqan dan meminta Okta agar berhusnuzan padanya.
Okta menangis di pelukan Furqan dan menyesali apa yang difikirkannya beberapa hari ini tentang sepatu di bawah jok.
Â