Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... PNS -

Penulis Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Rano dan Pria Kurus Tinggi Berbaju Putih

27 Juni 2016   08:13 Diperbarui: 3 Agustus 2016   06:57 1096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kfk.kompas.com

Di jalanan, melihat dia seorang bapak tua dengan kaca mata memegang koran digenggamannya duduk di halte, tampaknya sedang menunggu angkutan. Tanpa sungkan Rano meminta bapak itu memberi tahu tentang pria kurus berbaju putih di sobekan koran tersebut. "Sana-sana pergi," dengan ketus bapak itu mengusir Rano. Yah, Rano pun pergi, dengan paras normal seperti tanpa masalah dan kejadian apapun, hingga dia melewati tempat penjual koran. Salah satu koran di halaman depan memuat foto yang mirip pria tinggi kurus berbaju putih sedang berjabat tangan dengan "bule", namun kali ini menggunakan jas hitam. Rano yang tengah mencari tahu tentang pria kurus tinggi berbaju putih jelas lebih tak mengenal siapa "bulek" itu.

Ditanya Rano pada si penjual koran. "Bang siapa itu di gambar, tentang apa itu koran bang?" Tanya Rano. "Bodoh kali kau, itu aja kau nggak tau, makanya sekolah kau,jangan mencuri cari duit aja kerja kau, sanalah kau," si penjual koran pun tak lagi menggubris Rano. Tiga kali sudah Rano diusir gegara menanyakan pria kurus tinggi berbaju putih. Rano kini hanya fokus mencari barang-barang yang dapat ditukar ke botot Bang Leman, tampaknya usai 3 kali diusir dan dicemooh ,Rano mulai kapok karena foto pria kurus tinggi berbaju putih di sobekan koran.

Waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Bersenjatakan goni, Rano telah mengumpulkan banyak kertas karton. Uang sisa tukar barang semalam masih ada 35 ribu lagi. Dia pun ingin membeli nasi di Warung Nasi Pak Lubis. Satu jam lebih dia berjalan, tumben dilihatnya warung itu sunyi. Biasa Rano hanya membeli nasi bungkus karena takut dirinya yang dekil merusak selera makan orang warung.Kali ini dia memberanikan diri makan di warung tersebut.

Rano memesan nasi pakai telur dadar dan teh manis dingin yang langsung habis disedotnya untuk melepas dahaga. Warung Pak Lubis menyediakan televisi di atas steling jajakan warungnya, saat itu ada berita kunjungan Presiden Joko Widodo ke pengungsi letusan Sinabung. Rano hanya sekali menoleh dan beruntung dilihatnya seseorang yang mirip dengan pria kurus tinggi berbaju putih. Dikeluarkannya sobekan koran dari tasnya,memang benar pria di televisi sama seperti di korannya.

Adapun suara penyiar televisi menjelaskan kalau saat itu Presiden Joko Widodo menyerahkan bantuan ke pengungsi Sinabung. "Ooo itu Presiden," teriak Rano membuat Pak Lubis yang sedang melihat siaran itu malah menoleh Rano. Kemudian Rano bertanya pada Pak Lubis tentang sobekan korannya. "Ini sama ya pak, sama yang tadi di TV," tanya Rano. "Iyalah," kata Pak Lubis. "Kenapa rupanya?" tanya Pak Lubis pada Rano.

Rano melihat gambar pria kurus tinggi berbaju putih di sobekan koran langsung berpendapat kalau orang di gambar itu baik hati, suka menolong orang susah, makanya disimpannya sobekan itu untuk mencari tahu. Nyatanya anggapan itu dibenarkan oleh Pak Lubis. "Ya itu Presiden kita, Pak Joko Widodo, dia rendah hati, suka menolong orang susah. Kayak kamu ini kalau tahu Pak Jokowi pasti ditolongnya," kata Pak Lubis pada Rano.

Pak Lubis pun banyak cerita tentang Jokowi kepada Rano dan menjelaskan isi berita di sobekan koran, dimana Jokowi sedang memberikan bantuan terhadap warga kurang mampu di daerah Jawa Barat. Rano pun bahagia akhirnya tahu tentang Pria Kurus Tinggi Berbaju Putih. Mendengar cerita Pak Lubis soal Jokowi membuat Rano semakin kagum, selain itu Rano juga menjadi akrab dengan Pak Lubis. Pak Lubis mempersilahkan Rano mampir ke warungnya setiap hari untuk melihat berita.

Akhirnya petang datang, hasil carmod Rano hari ini dihargai Bang Leman sampai Rp.150 ribu. Ini adalah pencapaian tertinggi Rano. Dengan uang segitu, Rano membeli baju dan celana di hemperan jalan menuju kolong tol. Hati Rano tenang dan lebih semangat setelah mengetahui Presiden yang rendah hati serta suka menolong, sehingga dia ingin tampil bersih dan mau belajar membaca sebagaimana yang ditawarkan Pak Lubis di warungnya tadi.

****

Cerita ini fiksi

*Penulis seorang PNS Kejaksaan RI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun