Pada debat cawapres, Senin(22/01/2024), Beberapa kali Gibran menyindir Muhaimin dan Mahfud, sehingga mungkin Gibran dianggap tidak sopan bagi sebagian orang.Â
Sebenarnya, tidak ada perbedaan pendapat yang cukup tajam di antara ketiga cawapres dalam acara debat cawapres kedua, ataupun debat capres cawapres keempat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum.Â
Misalnya mengenai soal anggaran dana desa yang harus ditingkatkan, serta upaya memperkuat posisi masyarakat adat. Ketiga cawapres boleh dikatakan sepakat tentang cara-cara menanganinya dan sesuai tema.Â
Namun suasana agak memanas saat cawapres Gibran bertanya kepada cawapres Mahfud tentang bagaimana cara mengatasi Green inflation.
Mahfud yang tidak paham mengenai Green Inflation, lalu diberi penjelasan oleh Gibran bahwa Green Inflation atau "Inflasi Hijau" kata sesimpel itu Gibran mengaitkan Green Inflation dengan demonstrasi rompi kuning yang terjadi di Prancis beberapa tahun lalu. Menurut Gibran Green Inflation sangat berbahaya, karena sudah memakan korban. Gibran mewanti-wanti agar kejadian serupa jangan sampai terjadi di Indonesia.Â
Sedapatnya harus diantisipasi sejak sekarang, "saya kan tanya prof. Mahfud, inflasi hijau kok malah menjelaskan ekonomi hijau" ucap gibran menanggapi jawaban cawapres pasangan Ganjar tersebut.
"Prof. Mahfud yang namanya Green Inflation, atau inflasi hijau itu, ya kita kasih contoh yang simpel aja demo rompi kuning di Prancis, bahaya sekali sudah memakan korban. Hal ini harus kita antisipasi jangan sampai terjadi di Indonesia. Kita belajar dari negara maju aja masih ada tantangan-tantangannya menuju transisi energi hijau, jangan sampai nanti malah membebani, biaya menjadi mahal, proses transisi menjadi beban kepada masyarakat kecil itu maksud saya inflasi hijau, Terima kasih" Ucap lanjutan gibran menjelaskan tentang Green Inflation yang ia maksud.
Menanggapi penjelasan Gibran, Mahfud mengatakan bahwa Gibran telah mengarang tidak karuan, mengaitkan sesuatu yang tidak ada akademisnya.Â
Oleh karenanya Mahfud mengembalikan pertanyaan tersebut kepada moderator, seraya menyebutkan bahwa pertanyaan Gibran adalah pertanyaan recehan yang tidak ada gunanya dijawab.
Tetapi, mari coba telaah dahulu apa itu Green inflation dan seberapa penting hal itu bagi negara. Menurut berbagai sumber Green Inflation adalah kenaikan harga yang terjadi akibat transisi ke ekonomi hijau, kenaikan harga itu terjadi karena perusahaan-perusahaan harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar untuk melakukan transisi energi.
Mengingat biaya penggunaan energi hijau masih lebih murah dibandingkan energi fosil. Lalu apa kaitannya dengan gerakan rompi kuning di Prancis? gerakan itu muncul menjelang penghujung tahun 2018, yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas dan kelangkaan bahan bakar. Demonstrasi itu sejatinya dipicu oleh kenaikan pajak bahan bakar yang diberlakukan oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron, guna membiayai pengembangan energi bersih mengurangi emisi karbon.
Mengapa disebut gerakan rompi kuning? karena para pengunjuk rasa mengenakan rompi berwarna kuning yang biasa digunakan sebagai prosedur keselamatan Prancis menjadi tanda kesetiakawanan terhadap kelas pekerja. Tuntutan para pengunjuk rasa pun melebar menjadi tuntutan kenaikan upah minimum dan transparansi pemerintah.
Jadi apa yang dikemukakan atau ditanyakan Gibran kepada Mahfud apakah hanya karangan belaka? Bagi negara yang menuju negara maju ini bukanlah pertanyaan recehan, namun sesuatu yang bisa saja akan terjadi, termasuk di Indonesia.Â
Pada saat indonesia sudah mulai melakukan transisi ke energi hijau saat ini sehingga perlu diantisipasi sejak sekarang, dengan kata lain Green inflation bukan tidak mungkin akan dialami Indonesia saat berproses melakukan transisi ke energi hijau.
Green inflation yang dimaksud dalam debat tersebut perlu diketahui lebih dalam, mengutip dari CNBC, Green inflation ialah metode produksi dengan mengadaptasi teknologi rendah karbon, yang mengeluarkan lebih sedikit gas rumah kaca, yang pada satu sisi memerlukan investasi besar dan mahal yang akan meningkatkan marjinal yang tinggi, karena setiap unit yang diproduksi dalam jangka pendek.Â
Di sisi lain, penggunaan energi dari bahan yang lebih langka dan karena itu lebih mahal. Hal ini akan menciptakan tekanan ke atas pada harga.
Transisi ini energi ini juga dapat menimbulkan dampak makroekonomi yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap inflasi. Dalam jangka waktu pendek, dampak-dampak ini sebagian besar akan mendorong kenaikan harga, terutama kenaikan harga bahan bakar minyak fosil yang menjadi pemicu inflasi itu sendiri. Dalam jangka menengah dan panjang, transisi energi yang baik akan menekan harga energi sehingga bisa terjadi disinflasi. Disinflasi yang berasal dari dampak positif transisi yang baik maka akan memberikan peningkatan terhadap pasokan dan produktivitas dan dapat menjadi lebih penting.
Semakin cepat dekarbonisasi atau transisi dimulai, dengan cara yang jelas, bertahap dan didukung, maka dampaknya terhadap gangguan dan inflasi akan semakin moderat, dan semakin cepat pula dampak positifnya menjadi nyata. Lalu saat ini indonesia sudah mulai bertransisi ke energi hijau dan apakah indonesia telah menyiapkan strategi dan mengetahui bagaimana menghadapi Green Inflation tersebut?. (Fiki)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H