Mohon tunggu...
Fiqih Purnama
Fiqih Purnama Mohon Tunggu... Lainnya - PNS

Seorang suami yang sangat mencintai istrinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Musnahnya Golongan Muuda

26 April 2023   02:46 Diperbarui: 26 April 2023   02:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image :LAPAN/Kompas.com

Sebuah negeri dari timur Samudera Hindia menyimpan kisah kelam. Satu kelompok musnah karena jadwal turunnya sang dewa. Setiap langit malam menunjukkan Rasi Heolistik, yaitu rasi yang mirip dengan Pohon Heo, maka saat itulah Dewa Hila turun.

Selama ratusan tahun Golongan Muuda menjadi penghitung tiap kali Dewa Hila turun memberikan khutbah pada negeri tersebut. 

"Dewa Hila akan muncul seminggu lagi," Ucap Aeda pemimpin Golongan Muuda.

Semua rakyat negeri mempersiapkan diri, mulai mensucikan diri, membersihkan rumah, memperbanyak sajen, untuk memanjakan Dewa Hila dalam seharian Khutbahnya nanti. 

Namun dari istana, Pangeran membantah bintang-bintang akan membentuk rasi heolistik seminggu lagi.

"Dewa Hila akan turun sepuluh hari lagi, bukan seminggu lagi seperti apa kata orang-orang tolol itu," ucap Pangeran ada majelis istana. 

Pentingnya ketepatan dalam turunnya Dewa Hila karena, sehari sebelum Sang Dewa turun, rakyat harus berpuasa, lalu makan besar saat turunnya Dewa Hila menjelang Khutbah Keilahian.

"Atas nama kerajaan, aku menetapkan Dewa Hila akan turun sepuluh hari lagi,"kata Pangeran dan disambut dengan stempel kerajaan.

"Bagaimana dengan Golongan Muuda yang akan berpuasa enam hari lagi Pangeran?" Adipati bertanya. 

"Saya Halalkan darah mereka, sini saya bunuh satu-satu,"

"Saya Halalkan darah mereka, sini saya bunuh satu-satu," ucap Pangeran murka. Hal itu pun dicatat oleh penulis istana. Hasil sidang majelis istana pun menyebar ke seantero negeri.

***

Tibalah hari berpuasa bagi Golongan Muuda, yakni sehari sebelum munculnya rasi heolistik di langit malam, atau turunnya Dewa Hila.

Hari itu juga, pemusnahan dilakukan oleh sebagian rakyat negeri terhadap Golongan Muuda. Karena ucapan pangeran yang bakal membunuh Golongan Muuda karena tidak sama dalam berpuasa menjelang turunnya Sang Hila.

Pemimpin Golongan Muuda, Aeda yang paling terakhir dieksekusi, 

"Wahai pangeran, seketika Sang Hila nanti akan turun, maka sinar matanya yang marah akan memusnahkanmu seketika," ancam Aeda. Begitupun jantung Aeda dihunuskan pedang oleh Pangeran. 

***

Keesokan hari negeri terasa sunyi, separuh rakyat yang tergabung dalam Golongan Muuda tewas mengenaskan. Api pembakaran mayat-mayat pun masih menyala. Rakyat tak peduli, mereka ikut memusnahkan seluruh pengikut Golongan Muuda karena ucapan pangeran. Hari itu mereka berpesta dan bermabuk-mabukan, berpendapat merekalah yang benar menghitung kedatangan Sang Dewa Hila.

Ditengah pesta negeri, mata Pangeran terbelalak ke langit. Cahaya Sang Hila muncul. Telapak  kaki sebesar istana menuju ke bumi. Rakyat terhanyut dalam pesta kematian. Sesaat getaran Sang Hila sampai ke bumi, matanya tertuju pada makhluk ciptaannya yang tak meyambutnya dan seketika pancaran cahaya merah dari matanya meluluhlantakkan negeri.

Medan, 23/4/2023.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun