Mohon tunggu...
Bung Fiqhoy
Bung Fiqhoy Mohon Tunggu... Freelancer - Penikmat sastra dan jelajah rasa

Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya untuk Indonesia Raya

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

PDIP dan Nasdem: "Lawan" atau "Kawan"?

21 Oktober 2022   15:07 Diperbarui: 21 Oktober 2022   15:48 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertanding atau Bersanding?

Dalam perjalanan politik Jokowi, selain PDIP yang menjadi mesin politik utama pemenangannya, ada banyak pula barisan partai yang mendukungnya saat itu hingga sekarang. Salah satu partai pendukung yang bisa dikatakan “garis keras” kepada Jokowi adalah Nasdem. Melihat secara historis maka tentu partai-partai pendukung pemerintah saat ini sedang bermanuver untuk saling mengikat kepentingan dan mencari pasangan yang tepat untuk diusung pada 2024.

Melihat sejarah Nasdem dan PDIP yang turut dihiasi oleh riak-riak kecil antar keduanya, bukan tidak mungkin jika PDIP dan Nasdem akan menjalin romantisme Kembali untuk maju bersama-sama. Hal ini bisa terjadi jika kesepakatan antara Nasdem–Demokrat–PKS tidak membuahkan hasil yang menguntungkan bagi semua pihak. Bahkan jika terjadi kerjasama politik antara PDIP dan Nasdem dengan mengusung Ganjar – Anies, tentu ini menjadi skenario yang sangat berbeda dari apa yang publik lihat dari panggung politik Indonesia hari ini.

Prediksinya, jika benar-benar bersanding, maka PDIP dan Nasdem kemungkinan besar akan mengusung Ganjar dan Anies sebagai pasangan politik yang merepresentasikan kesinambungan pembangunan era Jokowi dan menjadi simpul persatuan dari kubu-kubu politik yang selama beberapa tahun kebelakang dinilai berseberangan. Akan tetapi, jika PDIP dan Nasdem lebih memilih untuk bertanding, maka skenario yang paling mungkin terjadi yaitu kemungkinan dirobaknya susunan kabinet yang disertai terbentuknya koalisi yang solid antara Nasdem dengan dua partai lain yang sedang dalam masa “penjajakan” saat ini.

Membaca Peta Politik saat ini

Selain Anies, baru Prabowo yang telah resmi diusung oleh partai Gerindra. Namun, jika ditinjau dari modal perolehan suara DPR pada pemilu 2019 yang lalu, belum ada satu pun dari Anies atau Prabowo yang memenuhi syarat dukungan minimal 20% dari partai pendukung. Gerindra hanya memiliki perolehan kursi sebesar 13,57% sedangkan Nasdem hanya memiliki 10,26 kursi di DPR. Sejauh ini, hanya PDIP lah yang dapat mengusung sendiri calon Presiden dan Wakil Presidennya dengan modal perolehan kursi DPR sebesar 22,26%. Solusinya adalah dengan berkoalisi, misalnya saja koalisi Gerindra (13,57%) – PKB (10,09%) sehingga totalnya menjadi 23,66% jumlah perolehan kursi. Sedangkan koalisi Golkar (14,78%), PAN (7,65%), dan PPP (3,3%) dapat mendulang perolehan total kursi DPR sebesar 25,73%.

Selain kedua kelompok koalisi tersebut, publik masih menantikan kemana kesepakatan politik Nasdem akan bermuara. Apakah akan berlanjut dengan PKS dan Demokrat, ataukah kembali ke dalam lingkaran koalisi PDIP. Dengan seringnya para petinggi Demokrat dan PKS bertemu secara informal dengan Nasdem, bukan tidak mungkin jika koalisi ini menjadi nyata dan membentuk poros baru. Jika dikalkulasi, koalisi Nasdem (10,26%) – Demokrat (9,39%) – PKS (8,7%) dengan total perolehan kursi sebesar 28,35% sehingga sudah lebih dari cukup untuk mengusung Capres dan Cawapres sendiri.

Jika dilihat dari persentase tersebut, kalkulasi koalisi Nasdem-Demokrat-PKS lah yang kemungkinan terbesar diantara yang lain. Kecuali, koalisi Golkar-PAN-PPP kemudian berlabuh ke PDIP sehingga total perolehan kursi DPR-nya menjadi 47,99%. Namun yang perlu diingat bahwa kontentasi politik tidak hanya didasarkan oleh angka demi angka, karena sifatnya yang mengalir dan tidak kaku. Tentu angka-angka diatas hanya menjadi acuan administratif dan belum mencerminkan kecenderungan pilihan seluruh rakyat yang semakin kesini semakin cerdas memilah dan memilih figur pemimpin. Sekali lagi, tidak hanya kekuatan mesin partai yang akan diuji, tapi juga latar belakang kandidat yang diusunglah yang juga akan sangat menentukan kemana suara rakyat dimanatkan.

Apakah Nasdem dan PDIP akan “bertanding” dengan kandidatnya masing-masing? Ataukah Kembali bersekutu layaknya “navigator politik Indonesia” seperti dalam kurun waktu 10 tahun terakhir? Atau justru PDIP Kembali menjadi magnet koalisi bagi partai-partai karena diprediksi akan mencetak hattrick kemenangan di 2024? Kita lihat saja nanti bagaimana takdir politik bergulir.

Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo
Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun