Mohon tunggu...
Fiqhifauzan Firdaus
Fiqhifauzan Firdaus Mohon Tunggu... Wiraswasta - Cirebon, Jawa Barat

Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Ada Apa dengan Venezuela?

6 Juni 2019   13:11 Diperbarui: 6 Juni 2019   22:07 3021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Status Venezuela sebagai negara pengekspor minyak mentah terbesar di dunia, menyebabkan banyak pihak yang ingin terlibat dan ikut campur dalam urusan pribadi perpolitikan di Venezuela. Kubu Socialist Party didukung oleh Rusia, China, dan Spanyol (sebagai negara bekas jajahan). Sementara itu, kubu Democratic Unity Party didukung oleh Amerika Serikat dan 50 lebih negara dari seluruh dunia.

Krisis Venezuela


Permasalahan politik dan ekonomi tersebut, pada akhirnya mengantarkan Venezuela ke dalam jurang krisis. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan banyaknya kasus kemiskinan, kelaparan, dan berbagai virus penyakit yang mengganggu kesehatan rakyat Venezuela.

Selama terjadi perebutan kekuasaan, akses terhadap suplai makanan dan obat-obatan dari perbatasan Kolombia dibatasi. Amerika Serikat juga melakukan embargo (pelarangan perdagangan) dengan Venezuela, terutama embargo terhadap minyak bumi. Venezuela juga mengalami kelangkaan mata uang Bolivar untuk bertransaksi. Ada beberapa pihak atau oknum yang dinilai sengaja membawa mata uang Bolivar dalam jumlah banyak ke wilayah perbatasan.

Hal tersebut menyebabkan wilayah tengah di Venezuela kekurangan pasokan uang tunai. Kondisi semakin diperparah, akibat sejak dahulu negara Venezuela tidak ramah terhadap dunia bisnis dan hanya berfokus pada ekspor minyak bumi. Rakyat mereka banyak yang tidak memiliki kartu debit atau kartu kredit untuk bertransaksi.

Sementara itu, jumlah uang di perbatasan semakin banyak dan menyebabkan harga-harga melambung tinggi (hyperinflation). Untuk menangani kekurangan uang tunai di wilayah tengah, maka Bank Sentral Venezuela terus menerbitkan mata uang Bolivar. 

Hal tersebut justru semakin menambah banyak jumlah uang yang beredar di Venezuela. Banyaknya jumlah uang tunai dan terbatasnya pasokan kebutuhan sehari-hari dari wilayah perbatasan menyebabkan inflasi yang sangat tinggi (hyperinflation).

Bahkan hyperinflation di Venezuela menyebabkan harga-harga barang kebutuhan menjadi tidak terjangkau. Presiden Maduro menerbitkan mata uang cryptocurrency untuk menanggulangi hyperinflation dan kekurangan uang, serta menggantikan uang Bolivar yang lama. Namun, kembali tidak diakui dunia internasional, khususnya Amerika Serikat. Banyak masyarakat yang menggunakan US Dollar dan Euro untuk melakukan transaksi.

Sungguh memilukan, hingga pada akhirnya rakyat Venezuela menggunakan sistem barter dalam bertransaksi untuk menggantikan mata uang Bolivar. Kembalinya rakyat Venezuela menggunakan sistem barter menandakan ketidakpercayaan terhadap mata uang mereka. Hal tersebut menunjukan keruntuhan ekonomi di sebuah negara.

Pembelajaran


Krisis Venezuela menunjukan bahwa pentingnya kestabilan politik dan ekonomi di sebuah negara. Sudah sepatutnya para pemimpin negeri untuk saling berlapang dada dalam menyikapi hasil pemilu. Jangan sampai terjadi dualisme pemerintahan seperti di Venezuela. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun