Berawal dari tiada, wajah yang melayang-layang dalam pikiran
teracak tak beraturan. Coba dan terus mencoba mencari solusi untuk
bagaimana pun caranya mencari jalan keluar untuk titik terangnya.
Sakit rasanya bagaikan tercelup di dalam lumpur. .
Akan ku tuang hingga batas maksimal kemampuanku.
Agar kau mau mengerti, dibalik semua cerita, nada, bahasa, yang pernah ada.
Pedasnya air samudra dan kemunafikan, hak-hak yang selalu terlupakan.
Langkah-langkah harapan yang hilang, lenyap bersama omong kosong yang membentang.
Jika dapat ku bentangkan mimpi, dan ijinkan ku menjinakkan duka.
Karena mata ini terlalu lelah menyimak derita, dan hati ini terlalu letih menapaki hari.
Dari setiap kurikulum yang dustakan intisari kebenaran
Kau lempar pradigma tentang perdamaian, mengaliri kebenaran
ke sudut kemunafikan.,
Waktu akan segera bicara, dihinanya cerita yang menghias arti perjalanan ini.
#Naluri Ku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H