Mohon tunggu...
Fionna Marsa Belinda
Fionna Marsa Belinda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi

love to finding new things and pursuing interesting theories or facts

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hikikomori: Saat Tekanan Sosial Mendorong Seseorang ke Dalam Keterasingan

19 Juli 2024   13:55 Diperbarui: 19 Juli 2024   14:18 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/71VBjkmPa

Waktunya untuk beralih dan lebih aware terhadap fenomena hikikomori ini, seperti yang sudah dijelaskan pada awal pembahasan bahwa fenomena hikikomori memberikan dampak positif berupa pembentukan identitas diri yang mantap dan membentuk perkembangan diri. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dampak negatif yang di dapat lebih mendominasi. Mari kita selami lebih dalam terkait solusi pengobatan pada individu yang mengidap hikikomori.

Dalam mengatasi pengobatan yang paling dasar, peran keluarga dan individu di sekitarnya sangat penting dan dibutuhkan, mengingat seseorang yang mengalami kondisi ini mungkin merasa tidak membutuhkan bantuan medis. Akan tetapi, jika dibutuhkan bantuan medis, maka langkah pertama diimbau untuk menjumpai psikolog, setelah tahap pengevaluasian individu akan diarahkan untuk menjalani sesi psikoterapi dan konsumsi obat-obatan. Setiap orang mungkin memerlukan jenis pengobatan yang berbeda, disesuaikan dengan gejala dan tingkat keparahan kondisi yang dialaminya.

Berikutnya terdapat Intervensi empat langkah oleh MHLW 2010:

  • Dukungan keluarga, kontak pertama dengan individu dan evaluasinya
  • Memulai dukungan individu
  • Pelatihan dengan situasi kelompok sementara-menengah (seperti terapi kelompok)
  • Uji coba partisipasi sosial.

Hikikomori juga dapat dikomunikasikan melalui terapi psikologis, yaitu terapi Kognitif-Perilaku (CBT) yang dapat membantu mengatasi kecemasan sosial dan meningkatkan keterampilan sosial serta terapi Psikodinamik yang fokus pada pengidentifikasi, pemahaman konflik internal dan pengalaman masa lalu yang mungkin berkontribusi pada hikikomori yang dialami individu.

https://pin.it/2AzIKspkQ
https://pin.it/2AzIKspkQ

"You may encounter many defeats, but you must not be defeated. In fact, it may be necessary to encounter the defeats, so you can know who you are, what you can rise from, how you can still come out of it." — Maya Angelou

Dari beberapa data yang di dapat, hikikomori tidak lagi hanya tumbuh dan menyebar di Jepang saja, fenomena ini sudah semakin tersebar luas mulai dari Indonesia, India, bahkan sudah sampai ke Portugal. Sampai saat ini hikikomori belum juga dapat dipastikan apakah isu tersebut termasuk penyakit mental yang tetap, tetapi perilaku yang ditunjukkan cukup mengkhawatirkan dan merupakan dampak jangka panjang dari gangguan mental secara tidak langsung. Misalnya saja rasa malu yang berlebih akibat kehilangan pekerjaan dapat menimbulkan stress yang cukup berat sehingga menyebabkan emosional seseorang tidak stabil dan menarik dirinya dari lingkungan sosial.

Walaupun masalah hikikomori di Indonesia maupun di negara lain belum cukup booming, penting untuk kita meningkatkan kesadaran akan masalah ini dan beberapa langkah harus diambil untuk mencegah maupun mengatasi dampak hikikomori di tanah air kita. Dalam rangka mengatasi fenomena ini, pendekatan yang melibatkan dukungan keluarga, sosialisasi kesehatan mental, dan peningkatan akses ke perawatan perlu diperlukan sesekali. Nah, kesadaran semua orang akan hal ini juga sangat perlu untuk di-boost, pengurangan stigma untuk yang sedang mengalami hikikomori agar mereka dapat pertolongan, dan memperjuangkan terbentuknya lingkungan yang nyaman untuk semua orang.

References

Azzulfa, M. I. (2021). Mengenal Teori Pelabelan dalam Perspektif Sosiologi. Retrieved from Tirti.id: https://tirto.id/mengenal-teori-pelabelan-dalam-perspektif-sosiologi-f87C

Hikikomori. (2023, June 8). Retrieved from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Hikikomori

Rahmawati, A. (2023, November 14). Fenomena Hikikomori, Isolasi Diri Secara Ekstrem hingga Menimbun Gunung Sampah dalam Rumah. Retrieved from Liputan6.com: https://www.liputan6.com/citizen6/read/5452923/fenomena-hikikomori-isolasi-diri-secara-ekstrem-hingga-menimbun-gunung-sampah-dalam-rumah?page=12

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun