"semua manusia tidak ada alasan untuk menyuarakan tentang satu jenis kelamin tertentu" -- R. Baiki, sutradara Pad Man (2018).
Film yang tidak befokus pada gender atau feminis ini bercerita mengenai seseorang yang berfokus pada kebersihan mestruasi wanita.
Film yang diangkat dari kisah nyata seorang lelaki pembuat pembalut di India Bernama Arunachalam Muruganantham dan dikenal dengan sebutan PAD MAN.
Muruganantham saat masa sulitnya merintis pembalut, dirinya kerap mengalami hinaan-hinaan yang menjatuhkan martabat seorang lalaki oleh para tetangganya. Karena pembalut direpresentasikan sebagai milik Wanita, sedangkan Muruganantham merupakan seorang lelaki yang membuat pembalut di desanya saat itu.
Hal tersebut diceritakan dalam film PAD MAN (2018) saat dirinya saat berusaha membuat pembalut yang nyaman dipakai oleh para Wanita.
Dalam buku An Introduction To Criticism oleh Michael Ryan, identitas gender adalah istilah yang digunakan para sarjana untuk membedakan norma-norma budaya dan cita-cita mengenai maskulinitas dan feminitas dari seksualitas biologis.
Artikel ini mungkin akan sedikit mengandung spoiler, namun teman-teman tidak akan merasa kehilangan ceritanya saat menonton film PAD MAN (2018) secara utuh. Langsung saja, Ini dia 3 fakta menariknya!
1. Â Â Istilah kesetaraan gender adalah klise
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, film PAD MAN (2018) tidak berfokus pada wanita, feminis, dan kesetaraan gender.
Karena menurut sang sutradara R.Baiki "Menurut saya istilah kesetaraan gender itu klise. Orang-orang itu setara. Baik itu kaya atau miskin, hitam atau putih, pria atau wanita, dan orang-orang dengan keyakinan berbeda -- kita sama"Â
Karena pada saat itu di India, lelaki dikonstruksikan sebagai pekerja, sedangkan wanita dikonstruksikan sebagai ibu rumah tangga yang tidak berpendidikan.
Pernyataan ini diperjelas dalam buku An Introduction To Criticism oleh Michael Ryan, Sarjana gender mempelajari bagaimana identitas laki-laki dikonstruksi melalui praktik budaya dan citra dari waktu ke waktu.
Mereka fokus pada idealitas maskulinitas dan temukan bahwa gambaran kekuatan yang diasosiasikan dengan cita-cita itu sering terbawa di dalamnya kecemasan tentang kejantanan dan kehilangan kekuasaan, dan ancaman rasa maluÂ
Sedangkan wanita menurut kritikus feminis dan sejarawan budaya mempelajari citra perempuan dalam sastra dan
budaya, dan mereka telah menemukan bahwa perempuan sering digambarkan dalam stereotip negatif atau sangat positif.
Wanita sering dipandang sebagai ancaman bagi kekuatan dan potensi laki-laki. Tapi mereka juga digambarkan sebagai malaikat yang misinya di hidup adalah untuk merawat pria.
2. Â Â Cinta tidak hanya dibuktikan dari kata-kata, tapi sebaiknya dibuktikan dengan perbuatan.
Berawal dari kepedulian PAD MAN terhadap istrinya, dirinya berusaha membuat pembalut yang aman dan higienis dipakai oleh para Wanita.
Meskipun PAD MAN seorang pria hati nurani dan perasaan sayang dirinya membuat rela memberikan kenyaman dan kesehatan terhadap istrinya dengan melenceng sedikit dari stereotype tentang pria.
Melihat hal tersebut, dapat kita bayangkan bahwa terlepas dari permasalahan gender maskulin atau feminim, penguasan atau dikuasai, dan lain sebagainya. Yang paling utama dalam menyikapi sebuah persoalan adalah mengenai bagaimana hati Nurani kita digunakan, bukan mengenai apa jenis gender kita?
Memang secara Secara tradisional, perempuan telah diberi peran sosial sekunder oleh laki-laki, yang memonopoli sumber daya dan kekuatan untuk diri mereka sendiri.
3. Â Â Penemu pertama biaya mesin pembalut dengan harga murah
Arunachalam Muruganantham merupakan pahlawan dalam kehidupan nyata, karena berkat dirinya banyak wanita di India dapat membeli pembalut yang bagus dengan harga murah.
Berkat mesin pembuat pembalut wanita dengan harga murah yang ia buat, kini ia dikenal dengan julukan PAD MAN.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H