Mohon tunggu...
Fiona Try
Fiona Try Mohon Tunggu... Jurnalis - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

When nothing is sure, everything is possible.

Selanjutnya

Tutup

Film

Melihat dari "Ngenest" (2015) Sisi Pernikahan Beda Budaya

19 September 2021   18:58 Diperbarui: 20 September 2021   08:27 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbicara mengenai pernikahan, banyak dari kita yang melihat bagaimana kisah pernikahan melalui genre wedding film.

Mulai dari pernikahan beda budaya, restu dari orang tua, prinsip keluarga terhadap pernikahan, bahkan kekawatiran tentang anak-anak mereka, dll kerap kali ditayangkan pada film genre wedding ini.

Menurut  William Coztanzo dalam buku World Cinema through Global Genres melalui film pernikahan kita bisa melihat kebiasaan dan sikap kita terhadap orang lain. 

Kita juga dapat melihat bagaimana kegiatan tertentu dalam kehidupan sehari-hari dibentuk oleh doktrin agama, konsumerisme, patriarki, romantisme, dan sistem kepercayaan lainnya. 

Untuk dapat lebih memberikan daya tarik penonton terhadap film pernikahan, terkadang genre wedding film ini dipadukan dengan genre komedi romantis agar menambah daya tarik dan cerita yang menjadi tidak terlalu serius.

Film bergenre komedi romantis merupakan perpaduan dari dua genre, yaitu genre romantis dan genre komedi. 

Secara umum genre ini dicirikan dengan pasangan muda yang ditakdirkan untuk merajut kasih, namun selalu terhalang oleh berbagai macam hal seperti, restu dari orang tua, status sosial, atau halangan lainnya.  

Hal ini membuat pasangan tersebut harus berjuang agar untuk mengatasi semua kendala yang ada dan dapat hidup bahagia selamanya sesuai keinginan mereka. 

Contohnya film dari Indonesia yang memiliki genre wedding dan komedi romantis ini adalah Ngenest (2015), kenapa film Ngenest (2015)?

Ngenest: Kadang Hidup Perlu Ditertawakan (2015)


Film yang berdurasi 95 menit karya dari Ernest Prakasa  yang sekaligus merangkap menjadi penulis dan pemeran utama. Berhasil menggaet 787.767 penonton dan mendapatkan rating di IMDb 7.0 , berhasil menduduki film terlaris pada tahun 2015. Film ini mengangkat tema besar yaitu ke- "cina"-an yang dimiliki Ernest.

Diskriminasi terhadap minoritas, Tionghoa /yang lebih akrab kita ketahui dengan sebutan "cina", kekawatiran suami agar anaknya tidak memiliki wajah oriental merupakan hal yang ditonjolkan dalam film ini.

Ngenest bercerita bagaimana Ernest telah menjadi minoritas sejak duduk di bangku Sekolah Dasar dan mendapat diskriminasi dari geng yang ada di sekolahnya.

Ketika dirinya sudah Remaja, ia memutuskan untuk menikahi gadis pribumi untuk memutuskan rantai keturunanya agar kelak anaknya tidak di bully seperti dirinya.

Saat Kuliah, Ernest jatuh cinta pada Meira yang merupakan keturunan Jawa dan Sunda. 

Segala cara untuk menaklukan hati Meira telah Ernest lakukan dan akhirnya mendapatkan respon baik dari Meira.

Akan tetapi, hubungan mereka terhalang oleh restu ayah Meira yang mengetahui bahwa Ernest adalah keturunan Tionghoa. 

Ayah Meira memiliki kenangan buruk dengan orang Tionghoa, sehingga ia trauma ketika melihat Ernest.

Lalu apakah Ernest bisa mematahkan prinsip keluarganya dengan menikahi gadis pribumi?

Karena disini saya akan membahas mengenai bagaimana genre pernikahan dalam film Ngenest (2015), maka jangan lupa tonton kelanjutan film ini untuk melihat keseruannya!

Film Ngenest Dalam Genre Wedding

Sumber: Dokumentasi pribadi
Sumber: Dokumentasi pribadi

Pada film Ngenest keragaman dalam kehidupan pernikahan diceritakan oleh film ini dalam setiap scenenya, mulai dari pendekatan, restu kedua orang tua, adat dan budaya, ritual pernikahan, hingga kepercayaan pasutri digambarkan dalam film ini.

Seperti yang telah saya kutip dari buku Costanzo, dalam film genre pernikahan kita dapat melihat bagaimana kegiatan keseharian dapat berubah dikarenakan adanya doktrin agama.

Namun dalam film Ngenest ini, lebih memperlihatkan bagaimana kegiatan sehari-hari dibentuk oleh budaya Tionghoa. 

Contohnya dari ritual pernikahan yang memakai warna dekor dominan merah, iringan lagu mandarin. Bahkan dalam kesehariannya pasangan ini sering disuguhkan hal-hal yang menyangkut adat Tionghoa oleh keluarga Ernest.

Dalam pernikahan, kepercayaan merupakan sebuah kunci utama dalam menjalin rumah tangga yang harmonis.

Kepercayaan yang dibangun Meira kepada suaminya adalah agar Ernest tidak terlalu menghawatirkan bagaimana rupa anaknya nanti, kepercayaan yang Meira bangun membuat Ernest menjadi lebih iklhas dan tenang untuk menerima anaknya jika memiliki wajah yang oriental seperti dirinya.

Prinsip Keluarga dalam Pernikahan

Sebelum menjalani pernikahan, ada sebagian keluarga yang sudah lama menetapkan prinsipnya dalam memilih calon mempelai. 

Misalnya menikah dengan sesama ras tau suku arena bertujuan untuk melestarikan etnisnya.

Contohnya etnis Tionghoa yang kebanyakan memilih menikah dengan sesama suku agar melestarikan etnisnya dan membuat keluarga besar.

Karena di Indonesia, ras Tionghoa menjadi minoritas. Maka tidak jarang jika ledekan sering dilontarkan pada anak-anak keturunan Tionghoa. 

Seperti pembullyan yang sering dialami oleh Ernest dalam film Ngenes ini, membuat dirinya memutuskan prinsip untuk menikah dengan Wanita pribumi agar keturunanya kelak tidak di bully oleh orang-orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun