Dunia kini sudah  sudah serba digital, hal ini dapat kita lihat dari eksistensi sumber literasi yang semakin canggih. Banyak alternatif pendukung seperti aplikasi atau situs yang dapat menunjang penulisan secara digital yang kini kian banyak dicari keberadaanya oleh geneasi milenial.
Pemanfaatan internet menjadi salah satu pondasi utama hadirnya informasi secara digital. Meredupnya penulisan cetak yang berubah menjadi penulisan digital semakin menunjukan banyaknya peminat dalam ranah digital.
Lalu apa yang membuat menulis digital ini menjadi eksis?
Peminat Media Cetak vs Media Digital
Hidup pada zaman generasi milenial membuat kita terbiasa berdampingan dengan adanya sebuah perubahan terhadap pembaruan- pembaruan akibat dari perkembangan zaman, salah satunya perubahan perilaku pembaca.
"kebutuhan" merupakan kata yang tepat mengambarkan pentingnya penulisan di era digital saat ini. Bagaimana tidak? karena setiap manusia memerlukan informasi real time atau bacaan hiburan yang dapat menunjang keseharian mereka.
Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa seharusnya informasi dapat diberikan secara gratis, ditambah lagi pembelian media cetak seperti koran hanya akan mendapatkan informasi satu kali dalam setiap harinya.
Seperti yang kita ketahui harga koran kini di bandrol mulai dari RP. 3000 saja, akan tetapi pembelian tersebut dianggap boros oleh sebagain orang. Maka pencarian informasi melalui media digital semakin banyak diminati oleh masyarakat.
Namun, tidak dapat dipungkiri jika dibeberapa daerah masih banyak orang yang mencari informasi melalui koran.
Contohnya masyarakat di Medan, Makassar, Palembang masih memilih media cetak ketimbang media digital. Hal ini didasari dari kemungkinan bahwa masyarakat Medan, Makasar, Palembang lebih tertarik mengakses berita lokal. "Mungkin juga karena akses internet masih terbatas," ujar Hellen  selaku Direktur Eksekutif Nielsen Media Indonesia.
Keunggulan Media Digital
Dengan memanfaatkan kondisi perubahan perilaku pembaca secara tak sadar kita akan menemukan beberapa keunggulan dari penulisan digital. Karena kini penulis digital dapat meggunakan perannya untuk menyebarkan hal positif kepada masyarakat melalui tulisan atau konten bacaan yang mencerdaskan pembacanya.
Meningkatakan presentase budaya literasi di Indonesia melalui tulisan digital juga menjadi salah satu upaya yang bisa kita perbuat untuk bangsa Indonesia.
Salah satu contoh terwujudnya budaya literasi Indonesia dalam ranah digital dilihat dari kemunculan aplikasi-aplikasi dan situs bacaan yang dapat kita akses dengan mudah. Diantaranya yaitu:
- Aplikasi portal berita: Babe, Detik, CNN Indonesia, Kumparan, dan lain-lain.
- Aplikasi cerita: Wattpad selain itu ada aplikasi khusus untuk pembaca komik yang bernama webtoon.
Selain itu, beberapa aplikasi yang sudah saya sebutkan tadi ternyata tidak hanya eksis dalam aplikasi. Namun mereka eksis dalam situs website yang tentunya semakin memudahkan pembaca dalam mengakases.Â
Jika melihat dari 3 aspek Jurnalisme digital yang menjadi acuan utamanya, dalam ranah digital informasi yang diberitakan harus dibarengi dengan:
1. informasi itu harus cepat.
2. perlu informasi lebih variatif jadi lebih banyak.
3. Â informasi itu harus lebih personal sehingga setiap pembaca punya preferensi yang berbeda.
Maka dari itu dilansir dari Media Indonesia pembaca pada media cetak mengalami penurunan dan tersisa 8% atau 4,5 juta orang dari seluruh pembaca yang mencapai 83%. dan media online sekitar 11% atau 6 juta orang pembaca.Â
Kesimpulan
Menulis digital merupakan tanda dari kemajuan sebuah zaman, dimana kita kini dipermudah oleh keberadaan teknologi dan internet. Meskipun begitu media cetak terus berupaya melakukan riset untuk dapat memberikan inovasi-inovasi pada media cetak agar tidak terlekang oleh zaman.Â
Masih banyak juga sebagian orang membaca dalam bentuk media cetak seperti novel, koran dan majalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H