Mohon tunggu...
Finna Diyanti Syahira
Finna Diyanti Syahira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Halo! Aku Finna, mahasiswi Bisnis Digital yang punya minat besar di bidang digital marketing dan manajemen. Walaupun cenderung introvert, aku menikmati diskusi santai, terutama soal musik dan film, dua hal yang nggak pernah lepas dari keseharianku.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Evolusi Sistem Pembayaran Dari Uang Tunai ke E-Wallet hingga Teknologi QRIS, Dampak Fintech yang Mengubah Cara Bertransaksi

27 Oktober 2024   21:15 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:32 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, fintech telah menjadi bagian integral dalam keseharian kita, khususnya dalam transaksi keuangan. Pada dasarnya, Fintech adalah singkatan dari Financial Technology, yaitu penggunaan teknologi untuk menyediakan layanan keuangan yang lebih mudah diakses, cepat, dan efisien. Fintech memungkinkan inovasi-inovasi baru dalam cara kita melakukan transaksi, mulai dari pembayaran sehari-hari hingga investasi digital. Dalam beberapa tahun terakhir, fintech telah berkembang pesat di Indonesia, dengan hadirnya layanan e-wallet, peer-to-peer lending, hingga platform investasi online. Keberadaan fintech ini memberikan alternatif layanan keuangan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan sistem perbankan tradisional, sehingga menarik banyak pengguna dari berbagai kalangan, termasuk orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan.

Dampak fintech terhadap evolusi pembayaran sangat signifikan. Sebelum adanya fintech, transaksi biasanya dilakukan dengan uang tunai atau kartu kredit, yang mengharuskan pengguna membawa alat pembayaran fisik, namun kehadiran fintech telah menghadirkan sistem pembayaran e-wallet dan QRIS yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan pembayaran hanya dengan menggunakan ponsel. Hal ini tidak hanya mempermudah proses transaksi, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan keamanan serta mendukung ekonomi inklusif dengan menjangkau masyarakat terpencil dan meningkatkan akses UMKM ke pasar. Perkembangan ini menunjukkan betapa besar peran fintech dalam mengubah cara kita bertransaksi, Fintech telah membawa perubahan fundamental dalam cara masyarakat melakukan pembayaran seiring kebutuhan masyarakat yang semakin bergerak menuju efisiensi, kemudahan, dan sistem keuangan yang lebih modern

Dilansir dari data dari Bank Indonesia (2022), tingkat penggunaan layanan pembayaran digital di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan. Pada tahun 2020, jumlah pengguna e-wallet tercatat sekitar 47 juta orang. Angka tersebut meningkat menjadi lebih dari 82 juta pengguna per 100 juta penduduk pada tahun 2022, didorong oleh peningkatan adopsi teknologi QRIS di kalangan UMKM serta perluasan jaringan internet di berbagai wilayah. (Sumber: Bank Indonesia, Statistik Sistem Pembayaran, 2022).

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah pengguna e-wallet antara 2020 dan 2022 mencerminkan pergeseran preferensi masyarakat dari transaksi tunai menuju transaksi digital. Peningkatan ini tak lepas dari kemudahan yang ditawarkan teknologi QRIS, yang memungkinkan pembayaran lebih cepat dan praktis, terutama bagi kalangan UMKM. Selain itu, perluasan akses internet turut mendorong adopsi e-wallet di berbagai wilayah, termasuk daerah yang sebelumnya sulit dijangkau layanan perbankan. Dengan tren ini, fintech semakin memainkan peran penting dalam memperluas inklusi keuangan dan menciptakan ekonomi digital yang lebih inklusif dan merata di Indonesia.

Apa saja tantangan yang dihadapi oleh sektor fintech dalam mengatasi risiko serta menyesuaikan diri dengan regulasi di Indonesia?

Sektor fintech di Indonesia menghadapi berbagai tantangan terkait risiko keamanan data dan kepatuhan terhadap regulasi yang ketat. Seiring dengan pertumbuhan pengguna layanan digital, ancaman terhadap keamanan data pengguna juga meningkat, mendorong perusahaan fintech untuk memperkuat sistem keamanan siber dan privasi pengguna. Selain itu, perusahaan fintech perlu menyesuaikan diri dengan regulasi yang terus berkembang dari pihak otoritas, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), yang bertujuan melindungi konsumen serta menjaga stabilitas pasar. Kesulitan ini kerap menjadi hambatan, terutama bagi fintech yang baru berkembang, dalam hal biaya kepatuhan dan penyesuaian prosedur operasional mereka.

Bagaimana perkembangan metode pembayaran digital, seperti e-wallet dan QRIS, berkontribusi pada peningkatan efisiensi transaksi keuangan masyarakat?

Metode pembayaran digital seperti e-wallet dan QRIS telah membawa perubahan besar dalam efisiensi transaksi, baik untuk konsumen maupun pelaku usaha. Dengan e-wallet, masyarakat dapat melakukan transaksi cukup dengan beberapa sentuhan di ponsel, tanpa harus membawa uang tunai atau kartu fisik. Selain itu, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) memudahkan pengguna untuk bertransaksi dengan standar QR yang berlaku di seluruh Indonesia, sehingga mengurangi ketergantungan pada berbagai metode pembayaran yang terpisah. Efisiensi ini tidak hanya mempersingkat waktu transaksi, tetapi juga memperluas akses masyarakat ke layanan keuangan digital, terutama di wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan perbankan konvensional.

"Indonesia menghadapi tantangan dalam penetrasi pembayaran digital karena faktor-faktor struktural seperti rendahnya inklusi keuangan dan ketergantungan besar pada remitansi manual. Baik penyedia e-wallet dari sektor swasta maupun pemerintah berusaha mendorong penggunaan layanan non-tunai untuk mengatasi kekurangan ini.”(Ciptarianto, A., & Anggoro, Y. (2022). E-Wallet Application Penetration for Financial Inclusion in Indonesia. International Journal of Current Science Research and Review, 5(2) )

Tantangan besar dalam penerapan pembayaran digital secara menyeluruh di Indonesia muncul akibat ketidakmerataan inklusi keuangan, terutama di daerah-daerah terpencil yang masih sangat bergantung pada metode pembayaran tradisional, seperti remitansi manual. Kondisi ini diperburuk oleh terbatasnya akses terhadap layanan keuangan formal, yang menyebabkan sebagian besar masyarakat di wilayah terpencil belum dapat menikmati manfaat dari teknologi keuangan digital. Untuk mengatasi tantangan ini, penyedia layanan e-wallet, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, terus mendorong penggunaan layanan pembayaran non-tunai. Mereka berupaya memperluas akses dengan menyediakan layanan e-wallet sebagai metode pembayaran yang lebih efisien, cepat, dan aman dibandingkan metode konvensional.

Melalui pendekatan ini, mereka berharap bisa menjangkau masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh layanan perbankan formal, seperti di daerah pedesaan dan kawasan yang akses teknologinya terbatas. Selain mempermudah transaksi dengan metode digital, inisiatif ini juga bertujuan menyediakan solusi yang praktis dan terjangkau bagi berbagai lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan keuangan harian mereka. Namun, keberhasilan pendekatan ini membutuhkan dukungan infrastruktur, seperti jaringan internet yang stabil, serta edukasi dan literasi keuangan digital yang memadai. Edukasi ini penting untuk memastikan masyarakat dapat memahami dan merasa percaya menggunakan layanan e-wallet, sehingga dapat diterima dan dimanfaatkan secara luas serta konsisten di seluruh wilayah Indonesia.

Bagaimana upaya Fintech dalam meningkatkan literasi keuangan digital di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat yang belum terbiasa dengan teknologi? 

Di era digital saat ini, banyak layanan keuangan berbasis teknologi telah berkembang pesat, namun penggunaannya masih terbatas di kalangan masyarakat yang memiliki akses dan pemahaman tentang teknologi. Bagi sebagian besar masyarakat di daerah terpencil atau yang kurang terpapar teknologi, kehadiran layanan seperti e-wallet, QRIS, dan platform digital lainnya masih terasa asing dan bahkan membingungkan.

Oleh karena itu, fintech diharapkan tidak hanya menyediakan layanan keuangan yang praktis, tetapi juga aktif berperan dalam edukasi, sehingga masyarakat luas dapat memahami manfaat dan cara penggunaan layanan tersebut dengan benar dan aman. Hal ini penting karena literasi digital yang memadai akan memungkinkan masyarakat menggunakan layanan fintech secara optimal, mendukung transaksi yang lebih efisien, serta menghindarkan mereka dari risiko penipuan atau kesalahan dalam penggunaan. Dalam jangka panjang, upaya edukasi yang tepat dapat mendorong inklusi keuangan, sehingga setiap lapisan masyarakat dapat memanfaatkan layanan keuangan digital untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Perkembangan Digital Payment di Indonesia

Pembayaran digital di Indonesia telah berkembang dengan cepat dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkat hadirnya e-wallet dan standar QRIS. Pada awalnya, sistem pembayaran di Indonesia didominasi oleh uang tunai dan kartu kredit. Namun, seiring dengan adopsi teknologi yang lebih luas dan peningkatan penetrasi smartphone, masyarakat mulai beralih ke metode pembayaran digital yang lebih praktis. Menurut laporan dari HSBC, penggunaan pembayaran digital telah melampaui pembayaran tunai, dengan tingkat adopsi yang semakin tinggi, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terbiasa dengan teknologi.

Adopsi e-wallet turut didukung oleh inisiatif pemerintah yang memperkenalkan QRIS sebagai standar nasional untuk pembayaran berbasis kode QR. Hal ini tidak hanya mempermudah transaksi antar penyedia layanan, tetapi juga mendorong bisnis, terutama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), untuk beralih ke sistem pembayaran non-tunai. Sebuah studi oleh Xendit menunjukkan bahwa penggunaan e-wallet di Indonesia meningkat signifikan, dengan e-wallet mencakup lebih dari 50% dari semua transaksi yang diproses pada tahun 2020, menjadikannya metode pembayaran yang dominan di banyak sektor (Xendit, 2022). Dengan demikian, evolusi digital payment di Indonesia menunjukkan perubahan fundamental dalam cara masyarakat bertransaksi, memberikan akses yang lebih luas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam layanan keuangan.

Konsep Dasar Fintech untuk Pembayaran  

Fintech, atau teknologi finansial, dalam konteks pembayaran mencakup berbagai inovasi yang dirancang untuk mempercepat dan mempermudah transaksi keuangan. Salah satu inovasi utama adalah e-wallet, yang memungkinkan pengguna menyimpan uang secara digital dan melakukan transaksi hanya dengan menggunakan ponsel. E-wallet memudahkan pembayaran untuk berbagai keperluan, mulai dari belanja online hingga pembayaran di toko fisik. Laporan dari Xendit (2022) menunjukkan bahwa e-wallet menjadi metode pembayaran yang dominan di Indonesia, mencakup lebih dari 50% dari semua transaksi yang diproses.

Selain e-wallet, Mobile Payment juga merupakan aspek penting dari fintech. Mobile payment memungkinkan pengguna melakukan transaksi cukup dengan beberapa kali sentuhan di layar ponsel. Pertumbuhan penggunaan mobile payment di Indonesia didorong oleh meningkatnya pemanfaatan smartphone dan keinginan masyarakat untuk melakukan transaksi dengan lebih mudah. Dengan semakin banyaknya orang yang memiliki akses ke teknologi ini, kebutuhan untuk metode pembayaran yang lebih efisien dan praktis menjadi semakin mendesak.

Tidak kalah pentingnya adalah distributed ledger technology (DLT), yang menjadi dasar bagi banyak aplikasi fintech, termasuk cryptocurrency dan blockchain. Teknologi ini memungkinkan pencatatan transaksi secara aman dan transparan tanpa perlu perantara, sehingga mempercepat proses dan menekan biaya. Menurut Nakamoto (2008) DLT dapat mengubah cara kita bertransaksi dengan menghilangkan kebutuhan akan pihak ketiga, sehingga mengurangi risiko dan meningkatkan efisiensi.

Dengan semua inovasi ini, fintech tidak hanya merevolusi cara kita melakukan pembayaran, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan inklusi keuangan, memberikan akses kepada lebih banyak orang untuk menggunakan layanan keuangan yang sebelumnya sulit dijangkau.

Regulasi Fintech di Indonesia  

Regulasi fintech di Indonesia berada di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), dengan tujuan menciptakan lingkungan yang aman dan terlindungi bagi pengguna layanan keuangan digital. Kebijakan-kebijakan yang diberlakukan, seperti Peraturan BI No. 20/6/PBI/2018 tentang uang elektronik dan No. 21/18/PBI/2019 tentang QR Code Indonesian Standard (QRIS), dirancang untuk memastikan keamanan dan kenyamanan dalam transaksi digital. Aturan ini tidak hanya melindungi konsumen, tetapi juga mendukung pertumbuhan industri fintech melalui penerapan standar yang jelas untuk operasional penyedia layanan.

Namun, tantangan tetap ada. Perusahaan fintech harus beradaptasi dengan regulasi yang terus berubah dan memastikan kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan oleh OJK dan BI. Di samping itu, risiko keamanan data pengguna menjadi perhatian utama, seiring meningkatnya jumlah transaksi digital. Banyak perusahaan fintech berupaya untuk meningkatkan sistem keamanan siber dan melindungi informasi pribadi konsumen agar tetap aman dari ancaman siber. 

Kelebihan dan Kekurangan Digital Payment  

Kelebihan digital payment mencakup efisiensi dan kemudahan akses yang signifikan. Pengguna dapat melakukan transaksi dengan cepat dan praktis hanya melalui smartphone, tanpa harus membawa uang tunai atau kartu fisik. Digital payment menawarkan kemudahan ini dengan menawarkan beragam opsi metode pembayaran, termasuk pembayaran lewat aplikasi mobile dan kartu digital. Menurut My Payment Savvy (2020), sistem pembayaran digital membantu mengurangi waktu transaksi dan meningkatkan pengalaman pelanggan secara keseluruhan. Selain itu, digital payment meningkatkan keamanan transaksi, karena banyak sistem yang dilengkapi dengan teknologi enkripsi dan autentikasi yang canggih. Hal ini mengurangi risiko penipuan dan memberikan perlindungan tambahan bagi informasi keuangan pengguna. Fintrak Software (2022) mencatat bahwa keamanan menjadi salah satu faktor utama dalam meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap penggunaan pembayaran digital. Dengan demikian, adopsi digital payment tidak hanya memudahkan proses transaksi tetapi juga membantu menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi pengguna.

Namun, disisi lain, digital payment juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu risiko utama adalah keamanan data, di mana pengguna rentan terhadap ancaman cyber seperti pencurian identitas dan penipuan online. Sebuah studi oleh Deloitte (2020) menunjukkan bahwa meskipun sistem keamanan terus diperbaiki, risiko tetap ada, terutama bagi pengguna yang tidak familiar dengan teknologi

KPMG. Selain itu, ketergantungan pada jaringan internet menjadi tantangan, terutama di daerah yang masih memiliki infrastruktur internet yang kurang memadai. Potensi biaya tambahan juga dapat muncul, seperti biaya transaksi yang dikenakan oleh penyedia layanan, yang bisa menjadi penghalang bagi beberapa pengguna.

Peluang dan Tantangan Ekonomi Digital

Sektor fintech di Indonesia menawarkan berbagai peluang, terutama dalam meningkatkan inklusi keuangan di daerah terpencil yang belum terlayani oleh layanan perbankan tradisional. Dengan adanya teknologi digital, fintech dapat menjangkau masyarakat yang sebelumnya sulit diakses, memberikan mereka kesempatan untuk berpartisipasi dalam ekonomi formal. Menurut laporan oleh McKinsey (2021), Fintech memiliki potensi untuk mengintegrasikan lebih dari 200 juta orang di Asia Tenggara ke dalam sistem keuangan, dengan menghubungkan mereka melalui aplikasi mobile dan platform digital yang mudah digunakan.

Namun, seiring dengan peluang tersebut, tantangan signifikan juga harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan akan edukasi literasi keuangan digital. Banyak masyarakat, terutama di daerah pedesaan, yang masih belum memahami cara kerja layanan fintech, yang dapat mengakibatkan ketidakpercayaan dan resistensi terhadap teknologi baru. Sebuah studi oleh World Bank (2020) menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang teknologi dan layanan keuangan dapat menghambat adopsi dan penggunaan produk fintech di kalangan masyarakat yang paling membutuhkan. Oleh karena itu, penting bagi penyedia layanan fintech untuk melakukan kampanye edukasi yang efektif, agar masyarakat dapat memanfaatkan layanan tersebut dengan optimal.

Peningkatan literasi keuangan digital tidak hanya akan membantu masyarakat memahami cara menggunakan layanan fintech, tetapi juga dapat meningkatkan kepercayaan mereka terhadap keamanan transaksi digital. Ini akan menciptakan ekosistem yang lebih inklusif dan memperkuat pertumbuhan sektor fintech di Indonesia. Sehingga, melalui kombinasi peluang dan upaya edukasi yang tepat, fintech dapat berkontribusi besar terhadap pembangunan ekonomi digital yang lebih merata dan berkelanjutan.

Data dan Fakta: Booming Pembayaran Digital di Indonesia dan Peran QRIS dan E-Wallet dalam Mendorong Inklusi Keuangan dan Gaya Hidup Modern 

Pembayaran digital di Indonesia telah berkembang dengan sangat cepat, terutama dalam beberapa tahun belakangan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pada Juli 2024, transaksi digital banking tumbuh sebesar 30,50%, mencerminkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap layanan perbankan digital. Sementara itu, transaksi menggunakan uang elektronik mengalami peningkatan signifikan, dengan kenaikan sebesar 22,61% dalam periode yang sama. Ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang beralih dari metode pembayaran tradisional ke solusi digital yang lebih praktis.

Penggunaan QR Code Indonesian Standard (QRIS) turut mengalami peningkatan pesat, dengan jumlah pengguna yang mencapai 51,43 juta. Pertumbuhan ini didorong oleh adopsi QRIS yang luas di berbagai sektor, termasuk di kalangan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang memanfaatkan teknologi ini untuk memudahkan transaksi dengan konsumen. Generasi muda memainkan peran yang sangat vital dalam mengadopsi teknologi pembayaran, menunjukkan bahwa mereka lebih bersikap positif terhadap inovasi dan bersedia untuk beradaptasi dengan cara baru dalam melakukan transaksi. Kelompok ini cenderung lebih cepat menerima perubahan, yang memungkinkan mereka untuk memanfaatkan kemudahan dan kecepatan yang ditawarkan oleh sistem pembayaran digital. Penelitian mengindikasikan bahwa keterbukaan generasi muda terhadap teknologi baru ini dapat menjadi pendorong utama dalam percepatan adopsi fintech di masyarakat secara luas

Perubahan perilaku konsumen ini sangat relevan dalam konteks kemajuan teknologi, di mana masyarakat semakin menghargai kemudahan, kecepatan, dan keamanan yang ditawarkan oleh layanan digital. Dengan adanya dukungan dari pemerintah dan penyedia layanan fintech, masa depan digital payment di Indonesia tampaknya semakin cerah, membuka lebih banyak peluang bagi inklusi keuangan di seluruh lapisan masyarakat.

Berikut adalah beberapa contoh layanan fintech yang signifikan di Indonesia beserta studi kasus yang relevan:

1. GoPay

Sebagai salah satu platform e-wallet terpopuler, GoPay telah meraih pangsa pasar yang besar di Indonesia. Menurut studi oleh InsightAsia, sekitar 71% pengguna di survei mereka mengaku pernah menggunakan GoPay, menjadikannya e-wallet yang paling banyak digunakan. GoPay juga dikenal dengan kemampuan untuk melakukan transaksi di berbagai platform, termasuk untuk transportasi dan belanja online.

2. OVO

OVO juga mencatatkan pertumbuhan pengguna yang signifikan, dengan laporan menyatakan bahwa lebih dari 10 juta pengguna aktif menggunakan layanan ini pada kuartal IV 2020. OVO memfokuskan diri pada pemberdayaan UMKM dengan menawarkan solusi pembayaran digital yang mudah, sehingga membantu banyak pelaku usaha kecil untuk masuk ke ekosistem digital. 

3. ShopeePay

Platform ini mengalami lonjakan pengguna yang mengesankan, mencapai pertumbuhan hingga 267% selama pandemi. ShopeePay mendominasi pasar e-wallet dengan pangsa transaksi 29% dari total pembayaran fintech di Indonesia. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh integrasinya yang kuat dengan platform e-commerce Shopee, yang membuatnya sangat menarik bagi pembeli online.

4. DANA

DANA telah menjadi pemain penting dalam ekosistem pembayaran digital di Indonesia. Dengan fokus pada inklusi keuangan, DANA berhasil memperluas jaringan mitra mereka dan mencatat peningkatan jumlah pengguna sebesar 50% pada tahun 2020. Platform ini berkomitmen untuk memudahkan transaksi, terutama untuk kebutuhan sehari-hari. DANA terus berinovasi dengan menghadirkan beragam fitur baru untuk memperkaya pengalaman pengguna, termasuk penawaran cashback dan kemudahan transaksi bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Penelitian menunjukkan bahwa DANA meraih rating tinggi dalam hal kepercayaan dan kepuasan pelanggan, yang mencerminkan kualitas layanan yang mereka sediakan.

5. Midtrans dan Xendit

Midtrans dan Xendit merupakan dua platform sistem pembayaran digital yang sangat berpengaruh di Indonesia. Keduanya menawarkan solusi untuk berbagai jenis transaksi, mulai dari e-commerce hingga pembayaran offline. Midtrans, yang telah beroperasi sejak 2013, menyediakan layanan seperti gateway pembayaran, manajemen transaksi, dan laporan analitik untuk membantu merchant mengelola proses pembayaran mereka. Platform ini telah menjalin kemitraan dengan berbagai e-commerce terkemuka di Indonesia, seperti Tokopedia dan Bukalapak, guna memudahkan transaksi bagi para pengguna.

Sementara itu, Xendit juga menawarkan berbagai layanan pembayaran digital, termasuk pemrosesan kartu kredit, pembayaran e-wallet, dan integrasi dengan bank. Xendit dikenal karena kemudahan penggunaan dan kemampuan integrasi yang cepat dengan sistem bisnis yang ada, sehingga membantu merchant dalam mempercepat proses penerimaan pembayaran

Keduanya memainkan peran penting dalam menghubungkan merchant dengan layanan pembayaran digital, sehingga memfasilitasi pertumbuhan e-commerce di Indonesia dan mendorong penggunaan pembayaran non-tunai.

6. Teknologi Distributed Ledger

Teknologi Distributed Ledger, meskipun lebih sering dikenal dalam konteks cryptocurrency, mulai diterapkan dalam sektor pembayaran di Indonesia. Salah satu contoh teknologi ini adalah Ripple, yang memungkinkan pengiriman uang lintas negara dengan biaya rendah dan waktu yang cepat. Ripple menggunakan sistem ledger terdistribusi untuk memastikan bahwa setiap transaksi dicatat dengan aman dan transparan, sehingga mengurangi risiko penipuan dan meningkatkan efisiensi proses transaksi keuangan

Quorum, yang dikembangkan oleh JP Morgan, adalah platform blockchain yang dirancang untuk kebutuhan perusahaan, menawarkan kecepatan transaksi yang lebih tinggi dan privasi yang lebih baik dibandingkan dengan blockchain tradisional. Quorum memungkinkan institusi keuangan untuk melakukan transaksi secara langsung dan efisien, tanpa perlu melalui pihak ketiga, yang bisa mengurangi biaya dan meningkatkan kecepatan transaksi. Penggunaan teknologi ini di sektor pembayaran membantu menciptakan ekosistem yang lebih transparan dan efisien, berpotensi mengubah cara transaksi keuangan dilakukan di Indonesia.

Tips Untuk mengurangi risiko keamanan pada pembayaran digital

Pengguna disarankan menerapkan langkah-langkah keamanan yang ketat, seperti menggunakan autentikasi ganda serta memilih layanan yang telah terbukti terjamin keamanannya. Berikut ini adalah lima tips untuk meningkatkan keamanan dompet digital Anda berdasarkan rekomendasi dari (Motionpay, 2023):

1. Pilih Aplikasi Dompet Digital yang Terpercaya

  Pastikan aplikasi dompet digital berasal dari penyedia layanan yang terpercaya, seperti OVO, GoPay, Dana, dan LinkAja. Aplikasi-aplikasi tersebut telah terdaftar dan mendapatkan izin dari Bank Indonesia sebagai penyelenggara sistem pembayaran elektronik, sehingga penggunaannya terjamin aman untuk berbagai transaksi. Memilih aplikasi yang sudah memiliki izin resmi sangat penting karena hal ini menjamin bahwa transaksi dan data pribadi pengguna dilindungi dengan baik sesuai dengan regulasi yang berlaku. Keamanan dalam penggunaan dompet digital menjadi hal utama agar pengguna terhindar dari potensi risiko, seperti penipuan atau kebocoran data.

2. Buatlah Kombinasi PIN yang Unik

  Gunakan PIN dengan kombinasi yang unik untuk menghindari risiko ditebak orang lain, termasuk peretas. Hindari angka atau huruf yang mudah dikenali, seperti tanggal lahir, nomor telepon, atau pola berurutan. Sebaiknya pilih kombinasi angka yang acak dan tidak terkait dengan informasi pribadi Anda. Selain itu, usahakan untuk tidak menggunakan PIN yang sama di semua akun atau layanan, karena hal ini dapat meningkatkan risiko keamanan. Memperbarui PIN secara berkala dan menjaga kerahasiaannya sangat penting untuk mencegah akses tidak sah ke akun Anda.

3. Batasi Nilai Top Up

 Batasi jumlah top up ke dompet digital Anda untuk melindungi diri dari risiko kejahatan dan menjaga pengelolaan keuangan tetap terkontrol, sehingga dapat terhindar dari pemborosan. Dengan menetapkan batas saldo, potensi kerugian bisa diminimalkan jika terjadi hal yang tak diinginkan, seperti peretasan atau penyalahgunaan akun. Selain itu, mengatur batasan ini membantu Anda lebih disiplin dalam penggunaan uang dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Pastikan untuk menambah saldo hanya melalui sumber yang terpercaya, seperti ATM atau layanan mobile banking, demi menjaga keamanan data dan transaksi Anda.

4. Perbarui Aplikasi Secara Rutin

 Perbarui aplikasi dompet digital secara rutin karena pembaruan ini mencakup perbaikan sistem keamanan yang membuat aplikasi lebih tahan terhadap potensi serangan siber. Pembaruan biasanya dilakukan untuk menutupi celah keamanan atau bug yang mungkin telah ditemukan dalam versi sebelumnya, sehingga sangat penting untuk selalu menggunakan versi terbaru. Mengabaikan pembaruan dapat membuka celah bagi penjahat siber untuk mengeksploitasi kelemahan tersebut dan mengakses data pribadi atau saldo Anda. Dengan memastikan aplikasi dompet digital Anda selalu diperbarui, Anda membantu melindungi akun Anda dari risiko peretasan dan memastikan performa aplikasi tetap optimal.

5. Cek Riwayat Transaksi

 Periksalah transaksi Anda secara berkala untuk memastikan semua catatan sesuai dengan yang telah Anda lakukan. Memeriksa riwayat transaksi secara rutin dapat membantu mendeteksi aktivitas mencurigakan atau transaksi yang tidak Anda kenali sejak dini. Jika Anda menemukan transaksi yang bukan milik Anda, segera hubungi layanan pelanggan dompet digital Anda untuk melaporkan dan menyelesaikan masalah tersebut.Tindakan cepat ini dapat membantu mencegah kerugian lebih lanjut serta memastikan keamanan akun dan dana Anda tetap terjaga.

Dengan mengikuti tips-tips ini, Anda dapat secara signifikan meningkatkan keamanan dompet digital Anda dan mengurangi risiko terkena kejahatan siber. Melakukan langkah-langkah pencegahan, seperti memilih aplikasi yang terpercaya, menggunakan kombinasi PIN yang unik, membatasi nilai top up, rutin memperbarui aplikasi, serta memeriksa riwayat transaksi secara berkala, merupakan cara efektif untuk menjaga akun Anda tetap aman. Ingatlah bahwa keamanan finansial adalah tanggung jawab pribadi yang membutuhkan kewaspadaan dan tindakan proaktif untuk menghindari segala bentuk ancaman. Dengan menjaga keamanan dompet digital, Anda dapat menggunakan teknologi ini dengan lebih tenang, aman, dan nyaman dalam menjalankan berbagai transaksi harian.

Kesimpulan

Fintech telah membawa perubahan besar dalam sistem pembayaran, dari penggunaan uang tunai hingga e-wallet dan teknologi QRIS, yang secara signifikan mengubah cara masyarakat bertransaksi. Dengan berbagai inovasi yang ditawarkan, Fintech bukan hanya membuat proses pembayaran lebih praktis, tapi juga memainkan peran penting dalam meningkatkan efisiensi dan memperluas inklusi keuangan di Indonesia, khususnya bagi kelompok masyarakat yang sebelumnya kesulitan mengakses layanan keuangan formal. Evolusi dari sistem pembayaran ini tercermin dari peningkatan adopsi e-wallet dan QRIS, yang kini menjadi standar dalam transaksi digital.

Meskipun menghadirkan peluang besar, sektor fintech masih menghadapi tantangan terkait regulasi dan keamanan. Perusahaan fintech harus memastikan bahwa layanan mereka aman dari ancaman siber dan patuh terhadap regulasi yang berkembang, demi menjaga kepercayaan pengguna. Inklusi keuangan dan peningkatan literasi digital juga menjadi tantangan yang harus diatasi untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari teknologi ini.

Secara keseluruhan, keberadaan fintech di Indonesia telah menciptakan ekonomi digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan, menghubungkan masyarakat dengan layanan keuangan yang lebih modern dan efisien. Namun, untuk mencapai potensi penuh dari fintech, diperlukan kerjasama antara penyedia layanan, regulator, dan masyarakat dalam membangun ekosistem yang aman, inklusif, dan dapat diakses oleh semua pihak. Teknologi finansial untuk pembayaran tidak hanya membuka peluang baru bagi ekonomi digital, tetapi juga menciptakan fondasi yang kuat untuk masa depan sistem keuangan yang lebih terintegrasi dan mudah diakses.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun