Mohon tunggu...
Finna Diyanti Syahira
Finna Diyanti Syahira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta

Halo! Aku Finna, mahasiswi Bisnis Digital yang punya minat besar di bidang digital marketing dan manajemen. Walaupun cenderung introvert, aku menikmati diskusi santai, terutama soal musik dan film, dua hal yang nggak pernah lepas dari keseharianku.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Evolusi Sistem Pembayaran Dari Uang Tunai ke E-Wallet hingga Teknologi QRIS, Dampak Fintech yang Mengubah Cara Bertransaksi

27 Oktober 2024   21:15 Diperbarui: 27 Oktober 2024   21:32 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tahun terakhir, fintech telah menjadi bagian integral dalam keseharian kita, khususnya dalam transaksi keuangan. Pada dasarnya, Fintech adalah singkatan dari Financial Technology, yaitu penggunaan teknologi untuk menyediakan layanan keuangan yang lebih mudah diakses, cepat, dan efisien. Fintech memungkinkan inovasi-inovasi baru dalam cara kita melakukan transaksi, mulai dari pembayaran sehari-hari hingga investasi digital. Dalam beberapa tahun terakhir, fintech telah berkembang pesat di Indonesia, dengan hadirnya layanan e-wallet, peer-to-peer lending, hingga platform investasi online. Keberadaan fintech ini memberikan alternatif layanan keuangan yang lebih fleksibel dibandingkan dengan sistem perbankan tradisional, sehingga menarik banyak pengguna dari berbagai kalangan, termasuk orang-orang yang sebelumnya tidak memiliki akses ke layanan keuangan.

Dampak fintech terhadap evolusi pembayaran sangat signifikan. Sebelum adanya fintech, transaksi biasanya dilakukan dengan uang tunai atau kartu kredit, yang mengharuskan pengguna membawa alat pembayaran fisik, namun kehadiran fintech telah menghadirkan sistem pembayaran e-wallet dan QRIS yang memungkinkan masyarakat untuk melakukan pembayaran hanya dengan menggunakan ponsel. Hal ini tidak hanya mempermudah proses transaksi, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan keamanan serta mendukung ekonomi inklusif dengan menjangkau masyarakat terpencil dan meningkatkan akses UMKM ke pasar. Perkembangan ini menunjukkan betapa besar peran fintech dalam mengubah cara kita bertransaksi, Fintech telah membawa perubahan fundamental dalam cara masyarakat melakukan pembayaran seiring kebutuhan masyarakat yang semakin bergerak menuju efisiensi, kemudahan, dan sistem keuangan yang lebih modern

Dilansir dari data dari Bank Indonesia (2022), tingkat penggunaan layanan pembayaran digital di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan. Pada tahun 2020, jumlah pengguna e-wallet tercatat sekitar 47 juta orang. Angka tersebut meningkat menjadi lebih dari 82 juta pengguna per 100 juta penduduk pada tahun 2022, didorong oleh peningkatan adopsi teknologi QRIS di kalangan UMKM serta perluasan jaringan internet di berbagai wilayah. (Sumber: Bank Indonesia, Statistik Sistem Pembayaran, 2022).

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan jumlah pengguna e-wallet antara 2020 dan 2022 mencerminkan pergeseran preferensi masyarakat dari transaksi tunai menuju transaksi digital. Peningkatan ini tak lepas dari kemudahan yang ditawarkan teknologi QRIS, yang memungkinkan pembayaran lebih cepat dan praktis, terutama bagi kalangan UMKM. Selain itu, perluasan akses internet turut mendorong adopsi e-wallet di berbagai wilayah, termasuk daerah yang sebelumnya sulit dijangkau layanan perbankan. Dengan tren ini, fintech semakin memainkan peran penting dalam memperluas inklusi keuangan dan menciptakan ekonomi digital yang lebih inklusif dan merata di Indonesia.

Apa saja tantangan yang dihadapi oleh sektor fintech dalam mengatasi risiko serta menyesuaikan diri dengan regulasi di Indonesia?

Sektor fintech di Indonesia menghadapi berbagai tantangan terkait risiko keamanan data dan kepatuhan terhadap regulasi yang ketat. Seiring dengan pertumbuhan pengguna layanan digital, ancaman terhadap keamanan data pengguna juga meningkat, mendorong perusahaan fintech untuk memperkuat sistem keamanan siber dan privasi pengguna. Selain itu, perusahaan fintech perlu menyesuaikan diri dengan regulasi yang terus berkembang dari pihak otoritas, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI), yang bertujuan melindungi konsumen serta menjaga stabilitas pasar. Kesulitan ini kerap menjadi hambatan, terutama bagi fintech yang baru berkembang, dalam hal biaya kepatuhan dan penyesuaian prosedur operasional mereka.

Bagaimana perkembangan metode pembayaran digital, seperti e-wallet dan QRIS, berkontribusi pada peningkatan efisiensi transaksi keuangan masyarakat?

Metode pembayaran digital seperti e-wallet dan QRIS telah membawa perubahan besar dalam efisiensi transaksi, baik untuk konsumen maupun pelaku usaha. Dengan e-wallet, masyarakat dapat melakukan transaksi cukup dengan beberapa sentuhan di ponsel, tanpa harus membawa uang tunai atau kartu fisik. Selain itu, QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) memudahkan pengguna untuk bertransaksi dengan standar QR yang berlaku di seluruh Indonesia, sehingga mengurangi ketergantungan pada berbagai metode pembayaran yang terpisah. Efisiensi ini tidak hanya mempersingkat waktu transaksi, tetapi juga memperluas akses masyarakat ke layanan keuangan digital, terutama di wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau oleh layanan perbankan konvensional.

"Indonesia menghadapi tantangan dalam penetrasi pembayaran digital karena faktor-faktor struktural seperti rendahnya inklusi keuangan dan ketergantungan besar pada remitansi manual. Baik penyedia e-wallet dari sektor swasta maupun pemerintah berusaha mendorong penggunaan layanan non-tunai untuk mengatasi kekurangan ini.”(Ciptarianto, A., & Anggoro, Y. (2022). E-Wallet Application Penetration for Financial Inclusion in Indonesia. International Journal of Current Science Research and Review, 5(2) )

Tantangan besar dalam penerapan pembayaran digital secara menyeluruh di Indonesia muncul akibat ketidakmerataan inklusi keuangan, terutama di daerah-daerah terpencil yang masih sangat bergantung pada metode pembayaran tradisional, seperti remitansi manual. Kondisi ini diperburuk oleh terbatasnya akses terhadap layanan keuangan formal, yang menyebabkan sebagian besar masyarakat di wilayah terpencil belum dapat menikmati manfaat dari teknologi keuangan digital. Untuk mengatasi tantangan ini, penyedia layanan e-wallet, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, terus mendorong penggunaan layanan pembayaran non-tunai. Mereka berupaya memperluas akses dengan menyediakan layanan e-wallet sebagai metode pembayaran yang lebih efisien, cepat, dan aman dibandingkan metode konvensional.

Melalui pendekatan ini, mereka berharap bisa menjangkau masyarakat yang selama ini belum tersentuh oleh layanan perbankan formal, seperti di daerah pedesaan dan kawasan yang akses teknologinya terbatas. Selain mempermudah transaksi dengan metode digital, inisiatif ini juga bertujuan menyediakan solusi yang praktis dan terjangkau bagi berbagai lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan keuangan harian mereka. Namun, keberhasilan pendekatan ini membutuhkan dukungan infrastruktur, seperti jaringan internet yang stabil, serta edukasi dan literasi keuangan digital yang memadai. Edukasi ini penting untuk memastikan masyarakat dapat memahami dan merasa percaya menggunakan layanan e-wallet, sehingga dapat diterima dan dimanfaatkan secara luas serta konsisten di seluruh wilayah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun