Inti secara singkat dari teori ini adalah media massa akan meliput berita sesuai dengan urgensi atau skala prioritas dari banyaknya berita yang akan diliput. Karena media massa juga memiliki sumber daya yang terbatas seperti uang dan juga waktu maka media massa akan memilih mana fenomena yang memiliki nilai berita lebih atau media akan memilih berita yang sedang banyak dibicarakan oleh publik.Â
Oleh karenanya dengan penjelasan dari kedua teori terkait media massa yaitu teori framing dengan teori agenda setting bisa kita kaitkan dengan sikap yang harus kita lakukan sebagai warga negara yang cerdas bahwa kita harus memilih berita yang validitasnya terjamin dan juga kita tidak hanya mebaca satu sumber saja karena beda media massa akan beda pulan sudut pandang mana yang akan mereka sorot.Â
Ketika kita sudah mengetahui perilaku media massa maka diharapkan kita sebagai warga negara bisa menjadi pemilih yang cerdas yang bisa menilai kandidat calon pemimpin berdasarkan visi misi yang akan mereka lakukan ketika mereka menjadi pemimpin bukn hanya terfokus pada identitas SARA.Â
Selain itu perlu diingat bahwa politik itu adalah hal yang dinamis tidak selamanya musuh yang ditampilkan oleh media akan menjadi musuh yang abadi dan begitupun sebaliknya tidak ada kawan abadi dalam dunia politik.Â
Karena tujuan para politisi adalah mempertahankan kepentingan mereka maka jangan sampai kita terpecah belah dengan dramaturgi yang mereka pentaskan atau mereka tampilkan.Â
Kita harus tetap selalu kritis pada hal yang substansial yang menyangkut pokok permasalahan supaya kita tidak terpengaruh pada isu politik identitas SARA yang mereka tonjolkan.Â
Hal ini harus kita lakukan supaya demokrasi di negara kita Indonesia tetap berjalan dengan lancar dan Indonesia tetap bersatu tidak terpecah belah hanya karena provokasi dari oknum-oknum politik.
Sumber:
https://metro.tempo.co/read/1045103/kaleidoskop-2017-pilkada-brutal-gubernur-dki-jakarta
https://www.merdeka.com/peristiwa/analisis-polarisasi-di-balik-istilah-cebong-dan-kadrun.html