Mohon tunggu...
Perempuan Sasak
Perempuan Sasak Mohon Tunggu... Guru - Perempuan Sasak

Perempuan Sasak, Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Syukur Seorang Sahaya di Balik Jeruji

13 November 2018   14:14 Diperbarui: 13 November 2018   14:15 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu hari di balik tembok yang begitu tinggi

Suatu hari disaat pintu-pintu tertutup rapat

Suatu hari ketika hanya malam adalah waktu yang paling aku cintai

Suatu hari disaat mulut-mulut mendesis seperti ular

Aku menyebutnya kehidupan paling suram

Kepasrahan akan mati lebih membuatku tenang, ketimbang kepulangan yang kuinginkan lebih dekat dengan kata mustahil.

Keindahan yang aku bayangkan sirna

Jiwaku terperangkap dalam gelapnya mimpi

Aku merasa perempuan paling malang di dunia

Semesta seakan murka dan membiarkanku begitu saja

aku adalah tahanan!

Tahanan yang mengikhlaskan diri taat pada selain Tuhan

Amarahku bahkan bungkam saat ia yang kupanggil Tuan menguasai keringat dari setiap detik jam

Apalah aku seorang Sahaya

Menghamba pada sesama manusia

Dari pagi ke pagi tubuhku diperas oleh waktu

Detik dan menitnya menguasaiku tanpa ampun

Bergelut dengan debu yang paling hidungku benci

Dan senyum toilet tua yang paling menyebalkan terus saja mentertawaiku

Ah...! Sahaya sepertiku mengakrabkan diri dengan segala jenis tuntutan

Tangisku tumpah saat malam tiba

Hatiku menjerit! ada yang salah denganku.

Inikah aku yang Sahaya, kenapa menghamba pada sesama?

Dan kenapa pada Tuan aku begitu yakin, sedang pada Tuhan aku abai?

Sekonyol inikah mimpi?

"Mimpi yang sebenarnya lebih mendekatkanmu pada Tuhan," hatiku berbisik dalam kesunyian.

"Kenapa mimilih pingsan sebagai sarapan pagimu?" tambahnya seperti mengolok.

Air mataku mengalir memecah sunyi

Aku bersyukur dan akan terus bersyukur

Mati bukanlah pilihanku untuk melepas diri

Aku akan pulang, mengemas seluruh cemas dan sesakku

Aku ingin rebah di pangkuan ibuku

Bercerita yang indah-indah

Menghapus duka di dadanya

Sesampai di rumah

Aku akan pergi ke pasar

Membeli mimpinya dengan riyal yang tak seberapa

Aku akan beli ikan segar kesukaan ibuku

Baju untuk adikku

Dan boneka untuk Dwi anakku

Aku bebas!

Meringkuk di balik jeruji

Memeluk tubuh sendiri

Bersyukur tiada henti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun