Mohon tunggu...
Fini RosyidatunNisa
Fini RosyidatunNisa Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby saya adalah membaca, menulis, dan belajar.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hikmah Tarbiyah Surat Yusuf

23 Januari 2023   08:59 Diperbarui: 29 Maret 2023   14:17 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayat di atas menggambarkan bagaimana luar biasa perjuangan seorang ayah. Kebesaran jiwa yang telah dilatih dengan iman bertahun-tahun, beliau mampu bersabar dan berharap hanya kepada Allah Ta'ala. Sehingga Nabi Ya'qub Alaihis Salam tetap melanjutkan kehidupan dengan anak-anak yang lain dengan baik.

Ironisnya di zaman ini sesorang yang diuji Allah Ta'ala dengan ujian-ujian hidup yang sulit, akan dengan mudah terkena gangguan mental dan berujung dengan bunuh diri. Sebuah studi artikel yang dimuat dalam jurnal Psyihological Autopsy menjelaskan terdapat satu atau lebih diagnosis gangguan mental pada 90% orang yang bunuh diri. Salah satu gangguan mental adalah depresi yang menjadi penyebab bunuh diri paling tinggi. Selain depresi didapati juga krisis mental sehat seperti gangguan bipolar, antisosial dan asosial, gangguan kepribadian ambang, post traumatic disorder (PTSD), narcissistic personality disorder dan skizofrenia. Maka semua gangguan mental akan menjadi tidak baik-baik saja pada diri anak, karena dapat membuatnya merasa sangat lelah dan putus asa dalam menitih tantangan-tantangan kehidupan.

Sehingga kisah Nabi Yusuf 'Alaihis Salam ini dapat menghasung orang tua agar mengajarkan anaknya untuk yakin jika optimisme yang dibangun dengan berharap hanya kepada Allah Ta'ala, tidak akan pernah berbuah kosong dan hampa. Sebaliknya jika berharap kepada manusia pasti akan berujung penyesalan dan kekecewaan. Syaikh Abdullah as-Syarqowi, pensyarah kitab al-Hikam karya Syaikh Tajuddin Ibnu Atha'illah menjelaskan, pengharapan sepatutnya hanya ditujukan kepada yang lebih hebat., bukan kepada sesama manusia yang notabennya memiliki derajat sama.

Maka baik orang tua maupun anak-anak harus menjadikan Allah Ta'ala sebagai tujuan utama dalam mewujudkan harapan-harapan di dunia dan akhirat. Menjadikan Allah Ta'ala sebagai satu-satunya sandaran, dengan begitu seorang anak maupun orang tua memiliki kekuatan untuk bertahan hidup, terhindar dari gangguan-gangguan mental dan tidak akan terbesit untuk melakukan kejahatan bunuh diri yang menyedihkan. Na'udzubillah

2. Berusaha Dengan Maksimal

Harapan yang diinginkan oleh setiap orang tidak akan mudah terwujud cuma-cuma. Sejatinya dalam hidup ini tidak ada yang digapai secara instan. Maka selain berharap kepada Allah Ta'ala orang tua hendaknya menjaga fitrah seorang anak. Fitrah gemar berusaha tersebut telah nampak sejak balita, seorang anak gemar berupaya untuk menggapai sesuatu termasuk agar bisa berjalan juga tidak dilaluinya begitu saja. Tentunya ada kesulitan yang dihadapi tapi tidak membuatnya berhenti. Dari sini orang tua dapat berpikir kalau balita yang mampu berjalan itu selain mutlak kehendak-Nya, Allah Ta'ala juga memberikan potensi kepada manusia untuk berusaha.

Usaha yang dikerahkan untuk menghadapi kepahitan hidup sewajarnya bukan yang biasa-biasa saja. Manusia harus mengerahkan apa yang dimilikinya secara maksimal agar mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan. Hal ini digambarkan pada kisah Nabi Yusuf 'Alaihis Salam di banyak episode kehidupannya. Dari beliau berusaha untuk bertahan hidup meski terpisah dari Nabi Ya'qub 'Alaihis Salam, berusaha menolak rayuan istri al-'Aziz, berusaha mendakwahkan millah Ibrahim kepada 2 orang yang dipenjara, berusaha menjadi bendaharawan Mesir yang ahli, berusaha membuat taktik agar dapat bertemu dengan sang ayah dan kembali berkumpul bersama keluarga. Semua usaha yang telah dikerahkan Nabi Yusuf 'Alaihis Salam berorientasi dengan satu harapan besar yakni ridho Allah Ta'ala.

Kenyataannya adalah kehidupan akan mengajarkan apa yang dilakukan kadangkala tidak sesuai dengan harapan. Sehingga berusaha secara maksimal terkadang membuahkan hasil dan terkadang juga nihil. Sama halnya dengan Nabi Yusuf 'Alaihis Salam yang berusaha mengabarkan alasan beliau dipenjara kepada seorang yang ditakwilkan mimpinya, agar nanti ketika sudah terbebas memberitahukan peristiwa yang menimpanya kepada raja. Namun hasilnya adalah belum terlaksana sebagaimana yang beliau 'Alaihis Salam inginkan. Peristiwa ini Allah Ta'ala ceritakan dalam firman-Nya artinya, "Dan dia Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat di antara mereka berdua, "Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu." Maka setan menjadikan dia lupa untuk menerangkan keadaan Yusuf kepada tuannya. Karena itu Yusuf tetap berada di penjara beberapa tahun lamanya." (QS Yusuf: 42). 

Selain dari peristiwa itu juga tergambar dari kisah Nabi Yusuf 'Alaihis Salam ketika disingkirkan oleh saudara-saudaranya. Mereka menginginkan agar cinta sang ayah pergi jauh dari diri Nabi Yusuf 'Alaihis Salam. Betapa rencana maksimal sudah dikerahkan dari awal bermusyawarah untuk membunuh Yusuf sampai pada keputusan membuang Yusuf 'Alaihis Salam ke sumur. Belum lagi usaha membuat tipu daya dengan berbohong kalau Yusuf 'Alaihis Salam meninggal diterkam binatang buas. Kemudian menyempurnakan usahanya dengan melumuri baju Yusuf 'Alaihis Salam dengan darah serigala. Tapi yang terjadi justru Nabi Yu'qub 'Alaihis Salam tidak lupa dengan Nabi Yusuf 'Alaihis Salam melainkan selalu mengingatnya dan menahan kerinduan di hati. Maknanya adalah terkadang usaha yang diupayakan manusia justru berbuah terbalik

Sehingga orang tua harus menjadi pendidik bagi anak-anak untuk memahamkan kepada mereka berusaha adalah ibadah. Karena meski nanti tidak sesuai dengan keinginan, setidaknya usaha yang baik akan bernilai kebaikan. Sedangkan usaha yang buruk justru bernilai dosa, belum lagi hasilnya tidak sesuai harapan dan pasti akan merugikan pelakunya.

3. Bertawakal Kepada Allah Ta'ala

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun