"Ya ayah ibu sabar kalau lagi sepi begini. Ini lho ayah ibu harusnya lebih punya variasa sekarang. Sudah jangan ngos-ngosan (berlelah) minta-minta keliling di jalan-jalan atau dari rumah ke rumah, tokoh ke toko, pasar ke pasar! Sudah bikin revolusi ibu ayah! Saat ini zaman sudah maju, manusianya makin pinter. Ya ayah ibu kalau ngemis juga harus lebih pinter lagi, di upgrade dong ayah ibu ma biar bisa ngikutin arus" Nasehat ku kepada keduanya. "Hah revolusi gimana ya ndis?" tanya ayah dengan penasaran. "Online yah! online ayah ibu! lagi viral temen-temen pengemis yang sama kayak ibu, ngemisnya lewat android." Jawabanku dengan menggebu-nggebu.
Diskusi kunjungan itu pun sangat seru, dan akhirnya ayah ibu pun pamit kembali pulang dengan ide-ide baru yang kami perbincangkan.
Sebenarnya ayah dan ibu adalah orang desa yang sudah bertumbuh kembang di kota dengan pekerjaannya mengemis. Tapi keduanya masih asing dengan hp, smartphone, android apalagi apple. Bagi mereka semua itu tidak perlu, yang penting keduanya bisa tetap bekerja untuk menghidupi sanak saudara.Â
Selama mengemis ayah ibu berhasil membeli rumah, mobil, sampai tanah tak terhitung jumlahnya di desa tempat ibu dilahirkan. Ya sudah tentu juga peternakan sapi yang dirawat oleh kakek nenek sebagai sumber penghidupan mereka disana.
Meski kalian bertanya, apakah nenek kakek tidak mengetahui kalau anak kandung dan menantunya disini mengemis?. Jawabannya adalah tidak. Bagaimanapun masyarakat desa masih menjujung nilai-nilai moral atau unggah-ungguh kalau meminta-minta tidak lah dibenarkan selama masih mempunyai keadaan jasad yang sehat bugar.
Kemudian mengapa ayah dan ibu tidak membelikan ku motor? Kan keduanya menyimpan banyak uang?. Maka dengan tegas, sehina apapun ayah ibu ku di mata orang. Mereka mendidik ku untuk menjadi anak mandiri, yang tidak manja bergantung dengan kekayaan orang tua.
Singkat cerita aku si sulung dari pengemis profesional yang tetap menetap di lapas 5 tahun lamanya. Ayah ibu ku masih dengan ide-ide kreatifnya mengemis tidak sebatas offline, tapi juga mulai belajar dan melancarkan aksi meminta-minta online. Keluarga kami pun terpenuhi dari finansial tapi tidak secara moral, kami masih merasa manusia tidak memanusiakan kami sebab kami adalah peminta sejati.
5 tahun berlalu. Aku tumbuh semakin dewasa dengan pikiran-pikiran dahuku kala yang kini perlahan berubah. Tapi tetap aku tak akan menyalahkan ayah ibu. Justru aku layak berterimakasih kini aku belajar banyak pelajaran kehidupan. Tentang presepsi setiap orang berbeda tergantung dimana kaki berpijak, dan di bola mata yang mana mereka bisa bercermin.
Sekarang juga aku memahami, jika kita tidak boleh sembarang menghina oranglain karena bisa jadi mereka tidak sadar kala sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Maka layaknya memanusiakan manusia adalah bentuk kelapangan dan kebaikan hati, karena kita tau apa yang akan kita terima kalau keadaan kita sama dengan mereka.
Hanya rangkaian kalimat yang tidak nyata dan semoga bisa diambil hikmahnya.
Sukoharjo, malam senin /15 Januari 2023.